Saya jatuh cinta pada foto-foto ini, rangkaian foto sebuah pagi di bandara internasional Juanda, Surabaya. Foto ini saya ambil di bulan Mei 2015, sesaat sebelum saya terbang ke Bali. Bagi saya, foto-foto tersebut istimewa. Sudah beberapa kali saya menjejakkan kaki di pintu gerbang propinsi Jawa Timur ini, tetapi belum pernah saya mendapatkan momen pagi seperti dalam foto-foto tersebut. Pun setelahnya, saya belum pernah lagi mendapatkan momen seperti itu lagi
Episode Pagi di 1 Syawal 1441 H
Sorai, riang, gelak tawa, wajah berbinar, bau wewangian, jabat tangan. Suara takbir sahut menyahut. Lalu menyeruak, langkah-langkah kaki kecil setengah berlari, diiringi gelak tawa. Di tangannya, semerbak harum lembar-lembar kartal yang masih licin. Sesekali pemiliknya menghentikan langkahnya, terdiam. Sejurus kemudian wajahnya tampak serius mengamati lembar demi lembar tersebut. Selang beberapa detik kemudian, tampak kelegaan di wajahnya.
Melihat wajah-wajah mungil tadi, saya kemudian menatap wajah yang lebih mungil dari mereka, yang saat ini sedang berada dalam gendongan saya. Sedari tadi, dia berontak, merengek, minta turun. Sepertinya dia ingin turut berlarian. Kaki-kaki imutnya sudah tidak sabar ingin menjejak dan bergerak. Utinya, ibu saya, sudah menyuruh saya untuk membiarkannya turun, namun, hari itu, saya ingin Aldebaran berada dalam gendongan saya. Merasakan tubuhnya, yang menurut timbangan sudah mencapai bobot 10.5 kg, di usianya yang sudah 16 bulan.