Saya jatuh cinta pada foto-foto ini, rangkaian foto sebuah pagi di bandara internasional Juanda, Surabaya. Foto ini saya ambil di bulan Mei 2015, sesaat sebelum saya terbang ke Bali. Bagi saya, foto-foto tersebut istimewa. Sudah beberapa kali saya menjejakkan kaki di pintu gerbang propinsi Jawa Timur ini, tetapi belum pernah saya mendapatkan momen pagi seperti dalam foto-foto tersebut. Pun setelahnya, saya belum pernah lagi mendapatkan momen seperti itu lagi
November Empat Lima, Sebuah Pelajaran dari Pertempuran Dahsyat Di Surabaya
Melintasi kawasan jembatan merah, kota tua, tugu pahlawan hingga jalan Gemblongan Surabaya pada pagi hari ini, 10 November 2023, suasana jalanan begitu ramai dan padat. Saya melihat beberapa siswa berangkat ke sekolah dengan mengenakan pakaian bertema pahlawan. Di linimasa sosial media, beberapa kawan juga memajang status berupa foto anak-anaknya berbaju veteran, lengkap dengan bendera merah putih menempel di pipi, lengan ataupun diikatkan di kepala.
Saya pun kemudian membayangkan kondisi 78 tahun yang lalu, ketika Surabaya dikepung oleh berbagai kendaraan perang dari segala penjuru, tank dan mobil lapis baja di jalanan kota, kapal perang di sekitaran pelabuhan tanjung perak dan pesawat pembom yang berseliweran di langit.
Hari itu adalah 10 November 1945, dimana pada jam 6 pagi, adalah tenggat terakhir yang diberikan oleh Inggris, dan sekutunya, kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan diri dan meletakkan senjatanya. Hal ini disebabkan kejadian kontak senjata antara pasukan Inggris dan arek-arek Suroboyo pada tanggal 30 Oktober 1945 di kawasan jembatan merah yang berujung tewasnya komandan pasukan Inggris, Brigadir Jenderal AWS Mallaby.