Indonesia, Negeri Yang Berdiri Dari Keberkahan Perjuangan

Bismillahirrahmanirrahiim

Indonesia Negeri Yang Berdiri Dari Keberkahan Perjuangan

Memasuki bulan Agustus, bulan dimana negeri tercinta kita, Indonesia, memperingati hari kemerdakaannya, mohon ijin, saya menyampaikan sedikit rangkuman dari tausiyah Ust Salim A Fillah Salim A. Fillah saat bedah buku karya beliau yang berjudul Kisah-Kisah Pahlawan Nusantara

Tausiyah ini dapat ditonton di Youtube pada link

Berbicara kemerdekaan, ada sebuah mindset yang tersisa dari paradigma kolonialisme, yang selama ini masih melekat erat di benak kita, karena hal itulah yang diajarkan kepada kita, pada saat kita belajar mata pelajaran sejarah di sekolah, bahwa negeri kita, Indonesia, adalah negeri yang dijajah selama 350 tahun. Sebuah mindset, yang kemudian masuk ke kepala kita, dan karena sebagian besar orang menerima pendapat itu, maka mindset itu seperti menjadi sebuah kebenaran. Selanjutnya, karena menggangap diri sebagai bangsa terjajah, apalagi dalam jangka waktu yang lama, tanpa disadari, itu mempengaruhi mental kita. Kita seringkali merasa minder jika berhadapan dengan bangsa lain, terutama para bangsa penjajah.

Read more

Menikmati Pulau-Pulau di antara Denpasar – Maumere

“Kursi jendela masih ada mbak? Kalau bisa jendela sisi kanan?”, pintaku sambil sedikit ngos-ngosan.

“Ada mas”

Dengan cekatan, jari-jari si mbak petugas check in bergerak lincah di keyboard. Sejurus kemudian boarding pass saya pun tercetak. Disitu tertera rencana perjalanan saya, Surabaya – Maumere, dengan nomor kursi 24F.

“Alhamdulillah”, ujar saya. “Terima Kasih, mbak”

Saya menatap boarding pass dengan penuh kelegaan. Setidaknya dengan duduk di kursi dekat jendela sebelah kanan, saya dapat kesempatan untuk mengabadikan pemandangan di balik kaca jendela pesawat. Kalaupun nantinya terhalang sayap pesawat, setidaknya mata saya bisa merekamnya dalam memori otak.

Pemadangan Pulau Komodo dari Pesawat Denpasar - Maumere
Pemadangan Pulau Komodo dari Pesawat Denpasar – Maumere

Pagi itu adalah perjalanan pertama saya menuju pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, tepatnya ke kota Maumere. Dan sejak jauh-jauh hari, saya sudah mempersiapkan diri untuk perjalanan itu. Mulai dari membersihkan debu-debu di kamera, yang sudah hampir satu tahun hanya teronggok di dry box, Mencharge baterei kamera, melakukan sedikit riset terkait medan yang akan saya tempuh di Flores nanti, hingga melakukan web check in, agar mendapatkan kursi yang pas untuk memotret dari balik pesawat. Sayangnya, langkah terakhir, saya terlupa. Karena itu, pagi-pagi, saya sudah tiba di bandara, dan sedikit berlari menuju counter check in, berharap mendapatkan kursi dekat jendela yang tersisa.

Mengapa saya memilih window seat yang sisi kanan, kenapa bukan sisi kiri?

Read more

Suguhan Sunset di Pantai Oesapa, Kupang

Suatu sore di bulan April 2019, di sebuah hari, dimana untuk pertama kalinya saya menjejakkan kaki di pulau Timor. Kurang dari 24 jam saya berada disini, tapi saya bersyukur, saya berhasil bertemu senja yang sempurna.

Sunset di Pantai Oesapa, Kupang, NTT
Sunset di Pantai Oesapa, Kupang, NTT

Pantai warna Oesapa, disanalah saya menyaksikan detik-detik tenggelamnya sang bintang. Ditemani dengan sepiring mie instan, segelas teh tarik dan alunan musik berbagai genre, mulai dari reggae, dangdut, pop, rock hingga gambus.

Read more

Keheningan di Gili Trawangan

Langit memerah di ufuk barat mengiringi sang Surya menuju peraduannya. Dari seberang lautan, tampak gunung Agung mengeluarkan kepulan-kepulan asap tebal. Sambil memandangi senja, sesekali saya mengambil beberapa foto. Senja sore ini terlalu sayang untuk tidak diabadikan.

Suasana Senja di Gili Trawangan
Suasana Senja di Gili Trawangan

Sore itu, saya menikmati senja di sebuah cafe di pesisir barat gili Trawangan. Sudah sejak jam 5 sore, saya berada di cafe tersebut. Dan rupanya saya adalah tamu pertama di cafe tersebut sore itu, sehingga saya bebas memilih bangku terbaik untuk menikmati senja. Suasana hari yang cukup gerah, membuat saya memilih segelas lemon tea untuk menemani hari.

Tiga puluh menit berlalu, tamu cafe masih hanya saya sendiri. Saya tiba-tiba dirundung kebosanan. Hampir semua sosial media yang saya punya, sudah saya baca, beberapa berita di portal berita pun sudah dibaca, sehingga saya bingung harus melakukan apa sambil menunggu waktu senja tiba. Kamera pun sudah saya hunuskan di atas tripod, bersiap sedia untuk memotret. Ingin rasanya mengajak salah satu dari pelayan cafe untuk sekedar ngobrol, tetapi mereka semua tengah sibuk berdiri di sepanjang jalan. Mereka tak henti-hentinya menawarkan berbagai menu yang ada di cafenya kepada wisatawan yang lalu lalang, namun tidak ada seorang pun yang singgah. Mereka pun mulai mengeluarkan senjata pamungkas berupa promo happy hour, dan strategi ini akhirnya berhasil memikat sepasang wisatawan mancanegara untuk datang. Tapi setelah itu tidak ada lagi tamu yang datang hingga waktu matahari terbenam tiba.

Read more

Berlari dan bertemu Satwa di Safari Run 2017

Pagi itu saya berlari. Disela-sela hawa sejuk perbukitan di daerah kaki gunung Arjuno-Welirang. Diantara rimbunan hutan pinus yang menjulang tinggi. Ditengah-tengah percik-percik sinar matahari yang menyusup malu-malu diantara dedaunan dan ranting pinus. Kata orang, it is always the first time, dan pagi itu adalah untuk pertama kalinya saya mengikuti sebuah event lari bertajuk Safari Run 2017.

Panggung Safari Run 2017
Panggung Safari Run 2017

Diselenggarakan secara rutin sejak tahun 2015 oleh pengelola Taman Safari II, Prigen, Jawa Timur, Safari Run, menjadi sebuah perhelatan lari yang istimewa dan tidak biasa karena didalamnya terdapat kombinasi antara fun, family dan olahraga lari itu sendiri.

Ada dua kategori event lari yang bisa diikuti pada Safari Run 2017, yakni 5K dan 10K. Saya sendiri, disamping karena medannya yang berbukit dan status sebagai seorang debutan, maka saya memilih 5K.

Read more