“Kursi jendela masih ada mbak? Kalau bisa jendela sisi kanan?”, pintaku sambil sedikit ngos-ngosan.
“Ada mas”
Dengan cekatan, jari-jari si mbak petugas check in bergerak lincah di keyboard. Sejurus kemudian boarding pass saya pun tercetak. Disitu tertera rencana perjalanan saya, Surabaya – Maumere, dengan nomor kursi 24F.
“Alhamdulillah”, ujar saya. “Terima Kasih, mbak”
Saya menatap boarding pass dengan penuh kelegaan. Setidaknya dengan duduk di kursi dekat jendela sebelah kanan, saya dapat kesempatan untuk mengabadikan pemandangan di balik kaca jendela pesawat. Kalaupun nantinya terhalang sayap pesawat, setidaknya mata saya bisa merekamnya dalam memori otak.
Pagi itu adalah perjalanan pertama saya menuju pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, tepatnya ke kota Maumere. Dan sejak jauh-jauh hari, saya sudah mempersiapkan diri untuk perjalanan itu. Mulai dari membersihkan debu-debu di kamera, yang sudah hampir satu tahun hanya teronggok di dry box, Mencharge baterei kamera, melakukan sedikit riset terkait medan yang akan saya tempuh di Flores nanti, hingga melakukan web check in, agar mendapatkan kursi yang pas untuk memotret dari balik pesawat. Sayangnya, langkah terakhir, saya terlupa. Karena itu, pagi-pagi, saya sudah tiba di bandara, dan sedikit berlari menuju counter check in, berharap mendapatkan kursi dekat jendela yang tersisa.
Mengapa saya memilih window seat yang sisi kanan, kenapa bukan sisi kiri?