Beberapa bulan terakhir ini, saya lagi gandrung dengan salah satu sudut pengambilan foto dengan view yang sangat rendah (low angle). Beberapa sahabat fotografi menyebutnya frog view angle. Salah satu hal yang membuat saya suka dengan frog view adalah mendapatkan sebuah foto yang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan apa yang dilihat oleh mata kita serta adanya efek kejutan dari setiap foto yang dihasilkan.
Teknik pengambilan gambar dengan sudut frog view adalah meletakkan kamera dengan serendah-rendahnya hingga nyaris menyentuh lantai atau sejajar dengan mata kaki kita. Teknik ini menantang diri untuk memotret tanpa melihat view finder ataupun layar LCD, karena posisinya yang sangat rendah. Akibatnya kita juga tidak bisa membayangkan perkiraan dari hasil foto. Karena itulah, saya menyebutnya tadi, ada efek kejutan dari foto yang dihasilkan.
Frog view dapat diaplikasikan pada banyak obyek pemotretan, mulai dari pantai, bangunan, jalan raya, rel kereta api atau bahkan untuk memotret model. Khusus untuk pengambilan pada jalan dan rel kereta api, frog view akan menghasilkan sebuah efek perspektif yang sangat bagus, seperti yang pernah saya lakukan pada rel kereta api di stasiun Minggiran, Kabupaten Kediri dan di museum kereta api Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Saya juga pernah mengaplikasikan frog view untuk memotret sebuah jalanan di suatu komplek perumahan di kota Malang. Saat itu mata saya menatap suasana jalan itu sangat indah, dengan pepohonan yang menghijau di kanan kiri jalan. Tetapi, ketika saya mencoba memotretnya dengan angle standard, sejajar dengan mata, hasil dari foto biasa-biasa saja. Akhirnya saya mencoba memotret dengan angle frog view. Dan hasilnya seperti cukup membuat saya puas. Foto tersebut berhasil melukiskan suasana jalanan yang rindang dan segar. Selain itu, yang membuat saya sangat puas adalah, foto tersebut berhasil membekukan tekstrur jalanan dengan detail yang bersinergi dengan aneka dedaunan warna-warni yang berserakan di atasnya. Foto itu juga menunjukkan adanya kedalaman fokus, dengan memiliki sisi yang tajam dan juga sisi yang kurang tajam atau blur. Terus terang, saat itu saya sungguh-sungguh terkejut dengan foto yang dihasilkan.
Saya juga pernah menggunakan sudut frog view untuk memotret pantai. Dengan sudut pengambilan ini, saya berhasil mendapatkan foto pantai yang dapat menunjukkan dengan detail tekstur dari pasir pantai. Tetapi untuk memotret dengan konsep ini diperlukan ke hati-hatian, salah-salah, kamera bisa terpercik air laut yang sangat korosif dan berbahaya.
Untuk bisa menghasilkan foto dengan sudut frog view yang bagus, diperlukan latihan yang cukup sering. Beberapa titik kesulitan dalam teknik ini adalah titik fokus yang tidak sesuai dengan harapan serta horizon yang miring. Saya sendiri masih sering mendapati foto yang saya dapatkan memiliki horizon yang miring. Meskipun hal tersebut bisa diperbaiki di software editing, tetapi rasanya tetap mengganggu kepuasan. Hingga kini saya terus belajar, mengasah kemampuan dalam memotret, termasuk memotret dengan sudut frog view.
Itulah yang membuat saya mencintai fotografi hingga detik ini. Setiap dihadapkan pada suatu obyek, kita harus berpikir secara cerdas, tepat dan cepat untuk segera mengambil keputusan terkait teknik maupun sudut pengambilan foto. Apalagi jika sebuah momen yang berjalan dengan cepat. Daya khayal, kreatifitas dan imajinasi dalam setiap aktivitas pengambilan foto, membuat otak kanan kita bekerja maksimal, sehingga ada keseimbangan kerja antara otak kiri dan otak kanan kita yang pada akhirnya membuat hidup kita akan terasa nyaman.
Mari motret yuk.
saya asal jepret aja dari kamera hp, ikut membaca ilmunya disini 🙂
Semoga bermanfaat mbak 🙂