Diantara bebatuan granit berukuran raksasa, dengan ditemani dengan semilir angin dan riak-riak kecil air laut, saya menatap langit barat di suatu sore yang begitu hangat. Sinar sang surya yang sudah tergelincir dari puncaknya itu terasa sangat nyaman. Sayangnya, gugusan awan gelap nan tebal, menutupi hampir sebagian besar kaki langit di ufuk barat hari itu, sehingga keinginan untuk mengantarkan surya, sang bintang senja, menuju peraduannya hari itu tidak bisa terpenuhi. Jadilah, senja di sore itu menjadi senja yang tak sempurna.
Mungkin senja sore itu bukanlah senja terindah yang pernah saya saksikan. Tetapi bagi saya, tetap terasa spesial. Senja sore itu adalah senja pertama setelah gerhana matahari total yang terjadi beberapa jam sebelumnya. Lebih istimewa lagi, saya menikmati senja itu di sebuah tempat yang tidak biasa, di sebuah pantai bernama Tanjung Tinggi, di negeri laskar pelangi, di kampung Andrea Hirata, Belitung.
Sepertinya pantai yang terletak di bagian utara dari pulau Belitung ini merupakan favorit para pemburu senja. Sejak pukul 5 sore, puluhan fotografer, lengkap dengan kamera dan tripod yang terhunus, sudah bersiap di pantai yang popularitasnya melejit setelah menjadi salah satu lokasi pengambilan gambar film Laskar Pelangi. Kombinasi antara pantai, pasir putih, guratan cakrawala ditambah dengan onggokan bebatuan besar yang merupakan ciri khas pulau di selat karimata itu, memang sangat menawan.
Ketika petang menjelang, suara shutter para fotografer semakin merdu bersahut-sahutan. Suasana makin sunyi, sehingga suara shutter yang begitu lirih bisa terdengar. Di kolong langit, guratan-guratan cakrawala semakin merekah. Mereka bersinergi melukis langit dengan warna-warni merah, jingga, dan kuning. Warna biru yang telah hampir 12 jam menghias langit, seolah robek dan mulai berganti dengan warna biru gelap. Ah, lukisan karya-Nya yang sungguh indah.
Saat kegelapan mulai menyergap hari, saat langit sudah menghitam, saat itu pula tiba waktunya bagi saya untuk beranjak. Puluhan frame saya bekukan sore itu, dan saya berharap, suatu hari nanti, saya bisa kembali ke pantai ini. Dan ketika waktu itu datang, saya yakin akan mendapatkan senja yang berbeda, senja yang lebih indah.
Foto senjanya mantab… pakai lensa apa Mas?
Saya cuma pakai lensa biasa kok mas, 17-85
merindingggg lihat eksotisnya pantai Belitong, cantik bangettt, pas pula dapet jepretannya, Indonesiaaaa ini di Indonesiaaa
Jadi, kapan mbak Ev ke Belitung, he he he *Racun*
semogalah nanti aku cepat menyusul kesana
Fotonya bagus bangeeeeddd pake d biar lebay 😀
Terima kasih apresiasinya mbak Fasya 🙂
Masnya jadi laskar gerhana kah?
Iya mas Alvian, saya kemarin jadi peserta Laskar gerhana detikcom
Waaaah jadi Laskar Gerhana Detik ya kemarin mas? hihi seru yaaak, ketemu sama Abang Darwance berarti 😀
Iya mbak, alhamdulillah, seru sekali. Iya, kemarin dipandu bang Darwance, mbak
wuiihh kereeennn Laskar Gerhana hehee..
saya cuma liat gerhana sebagian aja dari genteng rumah udah takjub, gemana yg live lgs liat gerhana total ya?
Baca postingan saya sebelumnya Mil kalau pengen tahu rasanya melihat Gerhana Matahari Total live http://suryahardhiyana.com/2016/03/11/gerhana-di-karimata/
Gila, pantai Belitong cantik banget. Mendung aja begitu, gimana saat cerah?
Duh, sy masih beum sempat juga nyebrang ke Belitong *ribet dgn ‘pasukan’ dibelakangnya*. Mungkin suatu saat harus.
Harus mbak. Dan Insya Allah mbak Winna akan kesana 🙂
Suka sekali sama foto2nya njenengan mas. Senja yang kurang sempurna saja bisa terbingkai indah…apalagi kalau pas cerah, pastilah fantastis 🙂
Terima kasih mas. Memang hari itu saya beruntung, senjanya pas lagi tjakep