Sepotong Kisah Tentang Braga

Hari masih terang ketika kakiku menjejak Braga. Langit tampak menghitam. Angin bertiup cukup kencang. Sayup-sayup, saya bisa mendengar deru angin yang menyibak helai-helai rambut dan menembus gendang telinga.

Ku hirup nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Ku coba merasakan oksigen Braga memenuhi relung paru-paru. Ada sebuah kerinduan disana karena sudah lebih dari lima tahun, butir-butir molekul O2 dari salah satu jalanan yang paling tersohor di kota kembang ini hinggap di pembuluh darahku.

De Vries yang termahsyur itu masih tampak gagah di usianya yang sudah lebih dari seabad. Perawatan berkala yang dilakukan pemkot Bandung membuat Gedung yang pada awalnya berfungsi sebagai supermarket pertama di kota Bandung itu, tetap lestari hingga saat ini. Memandangi De Vries membawa anganku terbang berkelana dengan mesin waktu. Dari dalam benakku, aku melihat kota Paris. Paris van Java.

Read more