Tips Memotret di Jalan Braga, Bandung

Jalan Braga adalah sebuah nama jalan yang sangat tersohor di kota kembang, Bandung. Kondisi ini telah berlangsung lama, bahkan sejak masa pendudukan Hindia Belanda. Jalan yang terletak tidak jauh dari Gedung Merdeka dan juga Masjid Raya Bandung itu memang memiliki keunikan tersendiri mulai dari kondisi jalannya, bangunan-bangunan di sekitarnya, tiang lampu jalan hingga suasananya. Saya menyebutnya suasana yang sangat Eropa. Mungkin kalimat saya terlalu sok tahu, karena kenyataannya saya sendiri belum pernah menjejakkan kaki di Eropa. Tapi, saya tidak bicara sembarangan karena saya sudah membandingkan beberapa foto yang pernah saya ambil di Braga dengan foto suasana Eropa yang beredar banyak di Internet. Sungguh suasana yang hampir mirip.

Jalan Asia Afrika Bandung
Suasana Subuh di Jalan Asia Afrika Bandung

Bagi saya, belum lengkap rasanya ke Bandung, tanpa berjumpa Braga. Meski hanya sekedar singgah atau bahkan sekedar lewat, itu sudah cukup bagi saya. Jika bagi banyak orang, belum sah kalau ke Bandung belum berfoto di depan gedung sate, bagi saya sendiri, landmark Bandung adalah gedung De Vries, yang terletak di ujung selatan dari Braga.

Read more

Sepotong Kisah Tentang Braga

Hari masih terang ketika kakiku menjejak Braga. Langit tampak menghitam. Angin bertiup cukup kencang. Sayup-sayup, saya bisa mendengar deru angin yang menyibak helai-helai rambut dan menembus gendang telinga.

Ku hirup nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Ku coba merasakan oksigen Braga memenuhi relung paru-paru. Ada sebuah kerinduan disana karena sudah lebih dari lima tahun, butir-butir molekul O2 dari salah satu jalanan yang paling tersohor di kota kembang ini hinggap di pembuluh darahku.

De Vries yang termahsyur itu masih tampak gagah di usianya yang sudah lebih dari seabad. Perawatan berkala yang dilakukan pemkot Bandung membuat Gedung yang pada awalnya berfungsi sebagai supermarket pertama di kota Bandung itu, tetap lestari hingga saat ini. Memandangi De Vries membawa anganku terbang berkelana dengan mesin waktu. Dari dalam benakku, aku melihat kota Paris. Paris van Java.

Read more

Sajak Untuk Braga

Hari itu ku sapa kembali jalan elok itu
Hai Braga
Bisikku, Suaraku
Alunan tak merdu itu terbang melayang terbawa bayu
Molekulnya tercerai berai
Berbaur dengan wangi aura jalanan
Dia terbang memenuhi penjuru
Lalu mendarat di sudut-sudut jalanan

Beberapa tahun berlalu
Kau masih seperti yang dulu
Makin menawan
Tetap mempesona

Rasanya tak lelah menyusurimu
Setapak demi setapak
Sejengkal demi sejengkal
Dari ujung ke ujung, utara ke selatan

Aku suka
Memandangi lukisan-lukisanmu
Menatap bangunan-bangunan tua milikmu
Menikmati kursi-kursi tamanmu
Menyaksikan fragmen kehidupan di sekitarmu
Mengabadikan semua yang ada pada dirimu

Braga
Kau adalah sepotong hati untukku
Denyutmu kunantikan
Ragamu kuangankan
Romansamu kurindukan

—-

Surya Hardhiyana – 25 Februari 2016