Diantara bebatuan granit berukuran raksasa, dengan ditemani dengan semilir angin dan riak-riak kecil air laut, saya menatap langit barat di suatu sore yang begitu hangat. Sinar sang surya yang sudah tergelincir dari puncaknya itu terasa sangat nyaman. Sayangnya, gugusan awan gelap nan tebal, menutupi hampir sebagian besar kaki langit di ufuk barat hari itu, sehingga keinginan untuk mengantarkan surya, sang bintang senja, menuju peraduannya hari itu tidak bisa terpenuhi. Jadilah, senja di sore itu menjadi senja yang tak sempurna.
Mungkin senja sore itu bukanlah senja terindah yang pernah saya saksikan. Tetapi bagi saya, tetap terasa spesial. Senja sore itu adalah senja pertama setelah gerhana matahari total yang terjadi beberapa jam sebelumnya. Lebih istimewa lagi, saya menikmati senja itu di sebuah tempat yang tidak biasa, di sebuah pantai bernama Tanjung Tinggi, di negeri laskar pelangi, di kampung Andrea Hirata, Belitung.