Jika dilihat sekilas, terutama dari kejauhan, benteng kapas Pamukkale tampak seperti sebuah gunung salju. Saya sendiri awalnya seperti tertipu dengan penampakan Pamukkale ketika berada di dalam bus. Apalagi di sepanjang perjalanan dari Kusadasi menuju Denizli, saya disuguhi pemandangan gunung beratapkan salju abadi yang sungguh sangat mempesona di mata saya. Hati ini sudah terlanjur senang, karena memang salah satu keinginan yang saat ini belum kesampaian adalah menikmati salju. Namun, ketika sudah sampai di lokasi benteng kapas Pamukkale, saya pun akhirnya harus menerima kenyataan, bahwa Pamukkale bukanlah gunung salju.
Warna putih dari Pamukkale berasal dari mineral batuan kapur yang dikandungnya. Infonya, pada jaman dahulu, beberapa kali terjadi gempa di kota kuno Hierapolis, tempat dimana Pamukkale berada. Gempa ini kemudian menyebabkan munculnya retakan-retakan di sekitar bukit Hierapolis. Dari retakan-retakan ini, kemudian muncul sumber air panas yang kaya akan kalsium karbonat. Awalnya suhu air panas di sini mencapai 100 hingga 350 derajat celcius, namun karena terpapar udara luar, suhunya makin lama makin turun dan air menjadi hangat. Aliran air ini kemudian menguap, memadat dan membentuk lapisan-lapisan kapur seperti yang bisa kita saksikan sekarang ini.