Ternyata di dunia ini, tidak semua keindahan berbalut dengan kebahagiaan. Ada juga ternyata, dibalik sebuah kecantikan, terdapat tragedi alam. Salah satunya yang saya saksikan di danau Kaolin di pulau Belitung.
Mengunjungi danau kaolin di pulau Belitung ini membuat hati saya serasa terbelah. Dari sisi panorama, danau ini memiliki keindahan yang memukau dan fotogenic. Airnya yang biru kehijau-hijauan. Kontur dinding danau yang berlekuk-lekuk seperti lereng dan punggungan gunung. Pasirnya yang putih dan lembut. Ketiganya dipadukan dengan langit biru dengan gumpalan awan putih. Semuanya itu adalah sebuah santapan yang sangat gurih bagi penggemar fotografi landscape seperti saya. Semua keindahan danau Kaolin akan langsung terasa begitu para pengunjung sampai di lokasi. Dan keindahan danau Kaolin semakin menjadi-jadi ketika cuaca sedang panas terik.
Tetapi dibalik semua itu, ada cerita miris penuh ironi. Danau Kaolin sejatinya bukanlah sebuah danau yang terbuat secara alami oleh alam, tetapi danau ini adalah bekas sebuah galian tambang Kaolin. Lubang-lubang bekas galian ini kemudian terisi oleh genangan air hujan yang terjebak di dalam galian. Dan akhirnya jadilah genangan tersebut menjadi semacam sebuah danau.
Dari informasi di wikipedia, kaolin adalah sebuah bahan tambang berupa semacam tanah liat yang memiliki kandungan besi yang rendah dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kegunaan utama Kaolin adalah sebagai bahan obat pereda diare. Selain itu Kaolin kadang-kadang juga digunakan sebagai osion untuk mengobati lecet, bisul, dan peredangan kulit, walaupun di masa sekarang ini sudah tergantikan oleh krim antiseptik dan antibiotik.
Pulau Belitung, sekaligus saudara kembarnya Pulau Bangka, memang memiliki potensi bahan tambang galian yang cukup besar, yang tersimpan di dalam perutnya. Selain Kaolin, pulau Belitung juga dianugerahi tambang timah. Di masa lalu, sebelum pulau Belitung menjadi tujuan destinasi wisata seperti sekarang ini, tambang timah dan Kaolin menjadi gantungan hidup bagi penduduk. Akibatnya, penambangan kaolin dan timah menjadi masif, baik yang dilakukan secara korporasi maupun perorangan. Semuanya ini membuat wajah pulau Belitung saat ini dipenuhi oleh danau-danau Kaolin. Jika dilihat dari udara, danau-danau ini tampak seperti sebuah kawah bekas luka yang menodai hijaunya Belitung.
Saya hanya berharap, dengan semakin majunya dunia pariwisata di Belitung, warga menjadi mempunyai banyak alternatif dalam mencari penghasilan, tidak hanya melulu menjadi penambang, sehingga kondisi kerusakan alam yang lebih parah di pulau Belitung bisa dicegah. Saya juga berharap, lokasi wisata danau Kaolin yang saat ini digratiskan, menjadi berbayar. Nantinya uang hasil retribusi wisata itu, bisa digunakan untuk merehabilitasi kondisi alam sekitar danau, seperti melakukan penghijauan di sekitar area danau Kaolin. Dengan area yang hijau dan teduh, maka keindahan danau Kaolin akan lebih terasa. Bagi penggemar fotografi, pepohonan di sekitar danau juga bisa dimanfaatkan sebagai framing foto.
Untuk menuju lokasi wisata dan menikmati keindahan danau Kaolin, satu-satunya cara adalah dengan menyewa mobil, karena di pulau Belitung tidak ada angkutan umum. Bagi pengunjung diharapkan berhati-hati saat berada di bibir danau, karena dikhawatirkan longsor dan pengunjung bisa terperosok dan tenggelam ke dalam danau yang menurut pemandu wisata, memiliki kedalaman lebih dari 10 meter.
Jadi, kapan ke berangkat ke pulau Belitung dan menikmati keindahan danau Kaolin?
He he he, belum Taqi. Tapi kayaknya ini stok yang terakhir 😀
Wow luar biasa indahnya pemandangannya dan juga masih terjaga ya mas.
Terimakasih atas artikel anda yang menarik dan bermanfaat.