Bagi saya, dipandang dari sisi manapun, Masjid Nabawi akan selalu terlihat sangat indah. Mendapatkan kesempatan memotret masjid yang sangat dicintai Rasulullah itu, merupakan salah satu mimpi saya yang menjadi kenyataan.
Kesempatan memotret Masjid Nabawi untuk pertama kalinya saya dapatkan di hari Kamis 13 April 2017 dini hari. Itulah pertama kalinya saya menjejak masjid Nabawi. Suasana masjid sangat lengang karena masih jam 2 dini hari. Setelah menunaikan sholat sunnah, saya mengambil kamera dan mulai memotret beberapa frame. Saat itu, interior masjid Nabawi yang sangat khas, dengan ratusan tiang yang berjajar dan membentuk sebuah lengkungan di sisi atas, menjadi hal pertama yang saya potret.
Usai menunaikan sholat Subuh, saya tidak buru-buru kembali ke hotel. Meski semalaman belum tidur karena urusan imigrasi, yang berlanjut dengan urusan bongkar koper dan kemudian disusul dengan keinginan untuk segera menuju masjid Nabawi, saya berusaha menahan kantuk karena pagi itu saya melihat langit Madinah begitu indah.
Sesaat setelah keluar dari Masjid, saya melihat kegelapan di langit Madinah mulai pudar. Warna hitam mulai berganti menjadi warna biru gelap. Saat itu, payung elektronik yang berada di Masjid Nabawi masih tertutup. Saya pun lantas mengeluarkan kamera dan mengambil beberapa frame foto.
Masih di hari yang sama, di pagi harinya, sesusai mengunjungi Raudah, saya melanjutkan proyek memotret saya. Kali ini yang menjadi incaran saya adalah potret barisan payung elektronik raksasa yang menjadi salah satu kekhasan dari masjid Nabawi. Payung yang diimpor dari negeri teknologi, Jerman, tidak hanya memberikan perannya sebagai pelindung para jamaah masjid dari terik dan panas matahari, tetapi juga menambah cita rasa artistik. Desain payung elektronik masjid Nabawi ini pun kemudian menjadi inspirasi dari banyak sekali masjid di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Dari yang saya tahu, ada dua masjid di Indonesia yang memiliki payung seperti Masjid Nabawi, yaitu Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang dan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Sore harinya, saat adzan Maghrib berkumandang, saya kembali menyempatkan diri untuk memotret. Sebenarnya saat itu, saya tidak mengkhususkan diri untuk memotret, karena saya harus buru-buru untuk segera masuk ke dalam bangunan utama masjid, karena kalau tidak, saya tidak akan kebagian tempat dan terpaksa sholat di pelataran. Hanya saja, memang, waktu maghrib ini adalah waktu yang cukup istimewa, karena saat itu, langit sudah redup, tetapi payung elektronik masih belum tertutup. Saat itu, sekitar 20 meter dari gerbang bangunan masjid, saya berhenti sejenak, mengambil kamera dan segera memotret sekitar 4 frame. Total mungkin saya membutuhkan waktu 10 detik. Entah hasil fotonya seperti apa, bisa di analisa nanti. Setelah itu kamera segera saya masukkan kembali ke tas dan bergegas ke dalam masjid.
Keesokan harinya, saya memotret sisi selatan Masjid atau sisi kiblat masjid. Disini terdapat kubah berwarna hijau yang menjadi bagian yang cukup terkenal dari masjid Nabawi. Dibawah kubah hijau inilah terdapat makam rasulullah yang dulunya adalah rumah ibunda Aisyah. Di sisi selatan masjid ini, tepat didepan kiblat, tidak terdapat payung elektronik sehingga suasana di sisi ini relatif cukup panas di siang hari.
Dari sisi selatan ini, saya terus berjalan menyusuri sisi timur masjid yang berbatasan dengan makam Baqi dan kemudian sampailah kembali ke sisi utara. Disini saya kemudian tertegun ketika melihat ke atas langit, karena saya melihat awan disana. Infonya, kehadiran awan di Arab Saudi cukup jarang, sehingga saya pun segera mengambil kamera untuk mengabadikan langit Madinah yang tengah berarak itu.
Keesokan harinya, yang merupakan hari terakhir saya di Madinah, saya mencoba mengambil gambar Masjid Nabawi dari sisi luar area masjid. Saya pun menjelajahi wilayah sedikit di luar Masjid. Ternyata, dari sisi ini pun, Masjid Nabawi terlihat begitu mempesona dengan tiang-tiangnya yang sangat tinggi. Dan dari penjelajahan ini jugalah, saya akhirnya berjumpa dengan dengan kepak-kepak ratusan merpati.
Pada akhirnya, hampir seluruh sisi luar masjid, sudah saya abadikan dari berbagai sudut. Kalaulah ada sisi sudut yang belum bisa saya abadikan, itu memang adalah sudut yang susah, karena membutuhkan peralatan tambahan ataupun perlu menginap di salah satu hotel yang terletak di pelataran masjid, dengan view kamar adalah masjid Nabawi, yaitu dari sisi udara.
Namun apapun itu, saya sangat bersyukur diberi kesempatan mengabadikan masjid Nabawi. Semoga gambar-gambar masjid Nabawi yang saya sajikan di blog ini bisa menjadi salah satu motivasi bagi rekan-rekan semua untuk bisa segera berkunjung ke kota suci Madinah. Semoga Allah memberikan kemudahan, Aamiin.
So cool, Masyaallah. I have permission to take pictures and repost for my instagram pistrure 🙂
Silakan mas, tetapi jangan lupa, sumber-nya juga dicantumkan yak 🙂
Terima Kasih