Telkomsel Photo Marathon Maret 2016 Day 2 – Seni dan Budaya Indonesia

Telkomsel Photo Marathon Maret 2016

Telkomsel Photo Marathon Maret 2016 telah memasuki hari yang kedua. Pemenang untuk lomba foto yang pertama sudah diumumkan, dan Alhamdulillah, saya belum berhasil menang. Tapi saya berhasil cukup mendapatkan like di dua foto saya dan juga lumayan jadi nambah satu postingan di blog. Bagi saya, hal tersebut patut untuk disyukuri, he he.

Telkomsel Photo Marathon Maret 2016
Telkomsel Photo Marathon Maret 2016

Tema untuk hari kedua ini adalah Seni dan Budaya Indonesia. Jadilah saya kembali mengubek-ubek stok foto saya yang sekiranya cocok dengan tema diatas. Ternyata agak susah ya. Terus terang, saya memiliki beberapa foto dengan tema yang cocok, tetapi saya masih bingung dengan aturan legalitas sebuah foto utamanya terkait model release. Jadinya akhirnya saya memilih foto yang tidak ada wajah manusia. Kalaupun ada, wajahnya tidak terlihat, baik itu tertutup topi ataupun topeng.

Dan setelah sekitar 20 menit memeriksa satu demi satu foto di Laptop, akhirnya saya menemukan dua foto yang saya kira cocok. Alhamdulillah.

Read more

Tips Memotret di Jalan Braga, Bandung

Jalan Braga adalah sebuah nama jalan yang sangat tersohor di kota kembang, Bandung. Kondisi ini telah berlangsung lama, bahkan sejak masa pendudukan Hindia Belanda. Jalan yang terletak tidak jauh dari Gedung Merdeka dan juga Masjid Raya Bandung itu memang memiliki keunikan tersendiri mulai dari kondisi jalannya, bangunan-bangunan di sekitarnya, tiang lampu jalan hingga suasananya. Saya menyebutnya suasana yang sangat Eropa. Mungkin kalimat saya terlalu sok tahu, karena kenyataannya saya sendiri belum pernah menjejakkan kaki di Eropa. Tapi, saya tidak bicara sembarangan karena saya sudah membandingkan beberapa foto yang pernah saya ambil di Braga dengan foto suasana Eropa yang beredar banyak di Internet. Sungguh suasana yang hampir mirip.

Jalan Asia Afrika Bandung
Suasana Subuh di Jalan Asia Afrika Bandung

Bagi saya, belum lengkap rasanya ke Bandung, tanpa berjumpa Braga. Meski hanya sekedar singgah atau bahkan sekedar lewat, itu sudah cukup bagi saya. Jika bagi banyak orang, belum sah kalau ke Bandung belum berfoto di depan gedung sate, bagi saya sendiri, landmark Bandung adalah gedung De Vries, yang terletak di ujung selatan dari Braga.

Read more

Lima Aktivitas di Pulau Lengkuas, Belitung

Memiliki luas kurang dari satu hektar, pulau Lengkuas merupakan salah satu dari pulau-pulau kecil yang berceceran di sekitar pulau Belitung. Pulau Lengkuas ini adalah salah satu destinasi utama yang ditawarkan kepada para wisatawan ketika melakukan hoping island di Belitung.

Pulau Lengkuas
Pulau Lengkuas

Bagi saya, pulau Lengkuas ini adalah pulau yang cukup unik. Keunikan yang pertama tentu saja adalah adanya gugusan bebatuan granit yang mengelilingi sekitar pulau. Gugusan bebatuan ini meski tertumpuk secara berantakan, tetapi seolah-olah seperti membentuk sebuah formasi. Ini memang kekhasan tersendiri yang dimiliki oleh pulau maupun pantai yang terletak di propinsi Bangka Belitung ini.

Read more

Sepotong Kisah Tentang Braga

Hari masih terang ketika kakiku menjejak Braga. Langit tampak menghitam. Angin bertiup cukup kencang. Sayup-sayup, saya bisa mendengar deru angin yang menyibak helai-helai rambut dan menembus gendang telinga.

Ku hirup nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Ku coba merasakan oksigen Braga memenuhi relung paru-paru. Ada sebuah kerinduan disana karena sudah lebih dari lima tahun, butir-butir molekul O2 dari salah satu jalanan yang paling tersohor di kota kembang ini hinggap di pembuluh darahku.

De Vries yang termahsyur itu masih tampak gagah di usianya yang sudah lebih dari seabad. Perawatan berkala yang dilakukan pemkot Bandung membuat Gedung yang pada awalnya berfungsi sebagai supermarket pertama di kota Bandung itu, tetap lestari hingga saat ini. Memandangi De Vries membawa anganku terbang berkelana dengan mesin waktu. Dari dalam benakku, aku melihat kota Paris. Paris van Java.

Read more

Suatu Ketika Di Sibolga

Pantai di Sibolga

———-

“Sibolga, Negeri Berbilang Kaum”

———-

Pada sekitar abad ke-19, ketika Belanda masih menguasai wilayah nusantara, saat Indonesia masih bernama Dutch East Indies alias Hindia Belanda, ada satu kota yang memegang peranan penting dalam hal perdagangan di pesisir barat Sumatera, terutama bagi karesidenan Tapanuli.

Pemandangan di Pantai Sibolga
Pemandangan di Pantai Sibolga

Kota itu tidak terlalu besar sebenarnya, tetapi kondisi geografis membuatnya sangat pas untuk menjadi sebuah bandar atau pelabuhan. Meskipun berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang dikenal dengan ombaknya yang ganas, kondisi perairan di kota ini tidak terlalu berombak. Bahkan bisa dibilang sangat tenang.

Ini tak lain karena kota tersebut terletak pada sebuah kawasan teluk bernama Teluk Tapian Nauli. Selain itu, pada jarak sekitar 92 mil laut di sisi barat kota, terdapat pulau besar bernama Nias. Pulau Nias inilah yang menjadi tameng kota tersebut dari ganasnya ombak Samudera Hindia. Selain Nias, terdapat beberapa pulau kecil yang berjarak cukup dekat dengan kota, yaitu Pulau Poncan Gadang, Poncan Ketek, Pulau Sarudik, Pulau Panjang serta Pulau Mursala.

Kota itu bernama Sibolga. Saat ini, secara administratif, Kota Sibolga masuk dalam wilayah propinsi Sumatera Utara.

Read more