Perjalanan di suatu siang yang terik di Padalarang, Kabupaten Bandung hari itu, membawa saya menuju ke sebuah perbukitan kapur yang cadas. Mobil yang saya tumpangi berjalan terseok-seok karena melewati jalanan yang bergelombang dan berbatu. Pemandangan di sepanjang kiri dan kanan jalan, didominasi bongkahan-bongkahan kapur yang bertumpuk-tumpuk. Sesekali batu-batu itu tampak berkilauan memantulkan sinar mentari yang memaparnya. Berjarak beberapa ratus meter dari mobil kami, tampak sebuah bukit yang menjulang. Samar-samar tampak cukup banyak orang yang memenuhi puncak bukit tersebut.
Setelah melewati jalanan yang cukup berat selama sekitar 5 menit, mobil kami pun akhirnya tiba di kaki bukit yang beralih fungsi menjadi tempat parkir. Yap, sampailah perjalanan kami di tujuan, sebuah lokasi wisata baru di sekitaran kabupaten Bandung yang selama setahun terakhir ini menjadi salah satu tempat wisata yang hits diantara penggemar sosial media Instagram, Stone Garden Citatah.
Suasana siang itu tampak sangat riuh dengan lebih dari dua puluh mobil memenuhi area pelataran parkir. Untuk menuju stone garden dari pelataran parkir ini, saya harus berjalan dengan medan yang sedikit mendaki. Sebenarnya rutenya cukup pendek dan mudah. Namun, perjalanan menjadi sedikit lebih berat karena cuaca siang itu yang begitu panas dan lembab, membuat baju yang saya kenakan basah oleh keringat.
Setelah menempuh perjalanan yang mungkin hanya sekitar 5 menit, sampailah saya di pintu masuk Stone Garden. Sebuah tulisan Welcome to Stone Garden Geo park yang terangkai di salah satu bongkahan bebatuan menyambut kedatangan saya. Dari sini saya masih harus mendaki beberapa langkah lagi untuk tiba di puncak bukit.
Sesampainya di puncak bukit, saya dibuat tercengang dengan pemandangan yang ada di sana. Sebuah taman yang dipenuhi oleh bebatuan yang sekilas tampak seperti tumbuh dari dalam tanah. Beberapa dari bebatuan itu membentuk sebuah formasi tertentu, yang berbentuk nyaris serupa dengan stonehenge di Inggris. Hanya saja ada perbedaan antara stonehenge dan stone garden. Salah satunya ada pada jenis bebatuannya. Jika bebatuan di stonehenge adalah batuan padat seperti menhir, sedangkan di Stone Garden ini jenis batunya adalah batu karang. Dan jenis bebatuan yang seperti karang inilah yang membuat Stone Garden istimewa. Bisa dibayangkan, batu karang yang harusnya berada di laut, terdapat di puncak sebuah bukit setinggi 900 meter diatas permukaan laut.
Dari beberapa catatan arkeologi dan geologi, konon dulunya diperkirakan kawasan perbukitan di sekitar stone garden ini adalah dasar laut. Karena aktivitas pergerakan bumi dan pergeseran lempeng, secara perlahan, dasar laut ini terangkat ke atas hingga membentuk bukit seperti sekarang ini. Sejarah terbentuknya stone garden ini di satu sisi membuat saya merasa takjub, tetapi di sisi lain membuat saya merasa ngeri. Bisa dibayangkan, betapa besarnya energi dari pergerakan lempeng bumi saat itu hingga bisa mengangkat dasar laut menjadi bukit. Saya menerka, ketika stone garden terbuat, kemungkinan besar saat itu terjadi gempa bumi yang cukup besar.
Salah satu kegiatan yang sering dilakukan di Stone Garden ini adalah memanjat bebatuan karang ini sambil berfoto ria karena memang pemandangan stone garden ini sangat instagramable. Jika mendapatkan angle yang tepat, foto yang didapat bisa tampak seperti berada di sebuah tebing yang sangat tinggi. Hanya saja, untuk memanjat bebatuan ini perlu kehati-hatian, karena permukaan dari bebatuan sangat tajam. Selain itu, beberapa dari bebatuan ini menjulang dengan cukup tinggi, sehingga terdapat resiko jatuh yang bisa berakibat fatal, jika kurang berhati-hati.
Diantara keindahan yang disajikan oleh stone garden siang itu, terdapat suatu pemandangan yang membuat saya sangat miris, yaitu aktivitas penambangan kapur yang sangat masif di perbukitan di sekitar kawasan stone garden. Aktifitas penambangan itu telah membuat beberapa bukit yang ada di sana sudah rata dengan tanah. Pada beberapa bukit yang masih tampak menjulang, tampak kepulan asap hitam yang menandakan tengah berlangsungnya aktifitas penambangan. Andai saja, Stone Garden Citatah ini tidak berstatus Geopark, bisa jadi nasibnya tidak jauh seperti bukit-bukit lain di sekitarnya. Ah miris sekali.
Dari beberapa informasi yang saya baca, waktu terbaik untuk datang di stone garden ini adalah di sore hari menjelang matahari terbenam. Selain karena cuaca yang nyaman, karena sudah tidak terlalu gerah, pemandangan matahari terbenam disana juga konon sangat indah. Hanya saja pengunjung wajib turun maksimal jam 6 petang karena di kawasan ini belum ada penerangan. Selain itu menjelang malam, biasanya beberapa ekor monyet akan berkeliaran di kawasan ini. Jika kebetulan datang di pagi atau siang hari, jangan lupa menggunakan sunblock untuk melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet. Selain itu agar lebih nyaman bisa mengenakan sunglass dan juga topi.
Jadi, tertarik untuk mengunjungi Stone Garden Citatah di Padalarang?
ini baru-baru aja ke stone garden-nya? lagi gersang ya a?
batuannya menanjak.
tempat wisata bandung keren keren ya. nice post