Dunia tengah dihebohkan oleh kehadiran jejaring sosial yang relatif baru, yang menawarkan sebuah ide yang cukup segar. Steller namanya. Nama yang sangat singkat dan sederhana. Tetapi dengan nama yang singkat itu, mampu menggambarkan secara langsung, seperti apa konsep yang ditawarkan oleh sang jejaring sosial yang lahir di tahun 2014 ini, yaitu Story Teller.
Saya sangat takjub pada penemu jejaring sosial baru yang mengusung tagline “Everyone has a story to tell”. Di tengah sudah relatif jenuh dan keringnya ide maupun konsep baru di dunia sosial media, ternyata masih saja ada orang yang bisa menemukan sebuah ide dan konsep yang baru dan belum ada sebelumnya. Selama ini beberapa sosial media yang relatif baru, mengusung konsep yang tidak jauh berbeda dari pendahulunya, seperti Path yang bisa dibilang mirip Facebook, hanya saja lebih private karena jumlah pertemanan yang terbatas. Ataupun Instagram sendiri yang sebenarnya secara konsep memberikan layanan yang hampir sama dengan situs pengelola foto-foto dari user seperti Flickr ataupun Picassa. Hanya saja instagram tidak berhenti sampai di pengelolaan foto, tetapi mereka lebih memposisikan diri sebagai sosial media. Mereka bergerak lebih luas hingga menjangkau para selebriti dunia maupun komunitas-komunitas foto yang pada akhirnya membuat jumlah user instagram berkembang sangat pesat.
Dalam sebuah statemen yang dilansir oleh techcrunch.com, Jay Wilder, sang penemu Steller mengeluarkan sebuah statemen yang sangat menarik untuk disimak. “Saya kira kita merupakan bagian dari penemuan jejaring untuk menemukan konten yang menarik untuk anda, serta jejaring sosial di mana anda bisa berbagi cerita, berhubungan dengan teman dan keluarga, sebagaimana anda berhubungan dengan idola anda”
Sesuai dengan konsep Story Teller yang diungkapkan sekilas oleh Jay Wilder, Steller memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk berbagi cerita sekreatif mungkin, melalui media tulisan, foto hingga video. Semua media yang ada tersebut kemudian akan dirangkai oleh Steller hingga membentuk sebuah jurnal atau majalah digital, lengkap dengan cover. Setelah itu, pengguna bisa berbagi jurnal digital yang sudah dibuatnya ke sosial media yang lain seperti Facebook, Twitter atau Pinterest.
Konsep baru yang unik dan original adalah semangat baru, gairah baru. Karenanya kehadiran Steller pun disambut dengan gegap gempita di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Nama Steller pun semakin tenar di Indonesia, tatkala berhasil menggandeng beberapa selebritis untuk bergabung menjadi penggunanya, salah satunya Dennis Adishwara.
Jika di awal kelahirannya, steller hanya tersedia untuk para pengguna IOS saja, maka sejak bulan Mei 2016 ini, pengguna Android sudah bisa turut menikmati gegap gempita dari Steller, meskipun dengan ada embel-embel versi beta. Tapi itu tampaknya sudah cukup untuk membuat jagat steller makin ramai dengan pengguna-pengguna baru, termasuk salah satu diantaranya adalah saya sendiri yang mendaftar sejak 11 Mei 2016 kemarin dengan akun suryahardhiyana. Silakan bagi yang berminat follow, he he he.
Ditengah popularitasnya yang sedang menanjak, saya melihat ada beberapa hal kecil yang masih perlu diperbaiki oleh Steller sebagai bagian dari pengembangan berkelanjutan, seperti navigasi untuk melihat follower dan following dari user lain, penanda official account pada account milik public figure sehingga pengguna tidak sampai salah follow, hingga fasilitas memberikan deskripsi pada jurnal yang sudah dibuat, lengkap dengan hashtags. Meskipun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, secara umum saya cukup puas dengan sosial media baru ini karena benar-benar memberikan tantangan kreatifitas baru untuk saya pribadi.
Jadi, tertarik juga bermain-main dengan Steller, kawan-kawan? Bagi yang ingin melakukan overview terlebih dahulu sebelum memutuskan mendaftar sebagai pengguna, bisa langsung mengunjungi laman web resmi steller di www.steller.co untuk melihat karya-karya pengguna yang sudah dipublish.
Semoga kisah Steller nggak bernasib sama seperti Pinterest 🙂
Sehingga bisa menjadi ladang baru setelah IG.
Semoga mas Rendra.
Tapi sepertinya perjuangan Steller masih panjang. Btw, di steller ternyata bisa langsung share link yang langsung bisa di klik lho
Yap.. Emg bisa, enak bs jadi sumber free traffic ke site kita 🙂
Kreativitas media sosial memang tak pernah berhenti ya, belum punya akun itu, yg baaru udah muncul 🙂
Yup mbak. Saya kagum dengan para penemunya. Mereka mempunyai ide brilian dan kemudian mewujudkannya
baru tahu ada aplikasi baru lagi lumayan juga
Mumpung yang daftar masih dikit mbak, jadi kita bisa jadi trendsetter
Hmm banyak ya macamnya. Sosial media baru, saya mah gak banyak ngikutin kebanyakan yang diikuti capek ngurusinnya hehe
Kalau saya, sosial media seperti instagram atau steller ini sebagai penyeimbang otak kanan dan otak kiri, karena mengasah daya kreatif mbak 🙂
ternyata saya wes katrok banget ni, g bisa ngikuti perkembangan sosmed terbaru…
kalau steller ini berkembang denga cepat, nasib blogger yang punya alamat sendiri bisa ditutup, pindah kesana hehehe….
mas, ada lomba foto ekspresi di http://keluargakokoh.com/foto , ikutan ya… baru dibuka lomba nya… 😀
He he he, tapi tetep, ada potensi untuk blog berkembang, karena mungkin ada yang berburu adsense juga kan…
Wah, ada lomba foto ya, menuju tkp
wah baru tau, thanks surya