———-
“Sibolga, Negeri Berbilang Kaum”
———-
Pada sekitar abad ke-19, ketika Belanda masih menguasai wilayah nusantara, saat Indonesia masih bernama Dutch East Indies alias Hindia Belanda, ada satu kota yang memegang peranan penting dalam hal perdagangan di pesisir barat Sumatera, terutama bagi karesidenan Tapanuli.
Kota itu tidak terlalu besar sebenarnya, tetapi kondisi geografis membuatnya sangat pas untuk menjadi sebuah bandar atau pelabuhan. Meskipun berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang dikenal dengan ombaknya yang ganas, kondisi perairan di kota ini tidak terlalu berombak. Bahkan bisa dibilang sangat tenang.
Ini tak lain karena kota tersebut terletak pada sebuah kawasan teluk bernama Teluk Tapian Nauli. Selain itu, pada jarak sekitar 92 mil laut di sisi barat kota, terdapat pulau besar bernama Nias. Pulau Nias inilah yang menjadi tameng kota tersebut dari ganasnya ombak Samudera Hindia. Selain Nias, terdapat beberapa pulau kecil yang berjarak cukup dekat dengan kota, yaitu Pulau Poncan Gadang, Poncan Ketek, Pulau Sarudik, Pulau Panjang serta Pulau Mursala.
Kota itu bernama Sibolga. Saat ini, secara administratif, Kota Sibolga masuk dalam wilayah propinsi Sumatera Utara.