Mencintaimu adalah sebuah anugerah terindah dari Tuhan. Itu adalah hakku. Kalaupun kamu tidak mencintaiku, itu bukan urusanku. Jikalau Tuhan mengijinkan untuk kita saling mencintai, meskipun hanya sehari saja, itu akan menjadi hal terindah yang akan kukenang sepanjang hidupku.
Mungkin itulah sepenggal pesan yang ingin disampaikan oleh film One Day, sebuah film thailand bergenre drama romantis, yang rilis tahun 2016 silam. Review yang saya tulis ini, mungkin agak sedikit spoiler, tetapi saya akan berusaha untuk membuat pembaca review ini tetap merasa perlu untuk menonton filmnya.
Di era sekarang ini, sangat jarang seorang sineas drama romantis memilih sebuah akhir yang tidak bahagia, karena itu adalah hal yang dibenci para penikmat drama. Namun itulah jalan yang dipilih oleh Banjong Pisanthanakun, sang sutradara film One Day, yang sekaligus merangkap sebagai penulis cerita.
Menonton One Day, mengingatkan saya pada kisah seorang kawan di masa kuliah. Kisahnya hampir mirip dengan apa yang dilakukan aktor Chantavit Dhanasevi yang berperan sebagai Denchai, tokoh utama di film One Day. Seorang yang pendiam, pemalu dan seringkali tidak disadari keberadaannya padahal dia ada dan tidak sedang memakai jubah sakti Harry Potter yang bisa membuat orang menjadi invinsible. Di kantornya tidak ada yang bisa mengingat namanya, apalagi hari ulang tahunnya. Karakter pendiam dari Denchai semakin kuat, karena dia digambarkan sebagai seorang IT engineer yang cenderung freak.
Suatu hari, dia diminta untuk membetulkan sebuah komputer milik seorang karyawati yang relatif baru di kantornya. Nui, nama karyawati tersebut, masih sangat muda, cantik dan ramah. Tiga hal yang sepertinya tidak akan sulit membuat seorang pria menjadi penggagumnya, tak terkecuali Denchai. Namun, karena beberapa hal, Denchai memilih untuk mencukupkan diri hanya sebagai secret admirer dari Nui saja.
Suatu hari, dia memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan cinta dari Nui. Sesuatu yang tentunya sangat didambakannya sejak pertama kali mengenal Nui. Namun yang terjadi, dia justru memilih untuk pergi dari kehidupan Nui.
Ketika menyaksikan ending dari film One Day ini mendadak saya seperti merasa dejavu, pernah menonton film dengan ending yang hampir mirip. Sebenarnya bukan akhir yang tidak bahagia, tetapi dibiarkan sedikit menggantung, sehingga para penontonnya, termasuk saya, dibawa untuk membuat interpretasi sendiri bagaimana kiranya akhir dari film One Day ini. Dan kemudian saya menyadari bahwa Banjong Pisanthanakun adalah sutradara dari film Hello Stranger (2010), yang mana, film inilah yang membuat saya merasa dejavu tadi. Bahkan Chantavit Dhanasevi, pemeran Denchai, juga merupakan pemeran utama di film Hello Stranger.
Terlepas karena akhir yang tidak bahagia, ataupun menggantung, bagi saya, film One Day, tetap menarik untuk ditonton. Banyak sekali saya mendapatkan pelajaran tentang kekuatan cinta yang positif dari diri Denchai, yang mampu membuatnya menjadi pelindung dan penjaga Nui. Mungkin memang terasa sedikit klise ataupun bodoh, mencintai orang yang sama sekali tidak mencintaimu, bahkan cenderung menghindarimu, namun itulah kenyataan yang sering terjadi di kehidupan.
Selain itu akting dari dua tokoh utama, Chantavit Dhanasevi dan Nittha Jirayungyurn, sungguh sangat mengesankan. Tak heran, dalam sebuah ajang penghargaan film paling prestisius di Thailand, Suphannahong National Film Awards, tahun 2017, keduanya diganjar penghargaan sebagai pemeran utama terbaik pria dan wanita. Film One Day sendiri juga masuk nominasi film terbaik dalam ajang yang telah diselenggarakan sejak tahun 1992 ini, meskipun akhirnya penghargaan diraih oleh film By the Time It Gets Dark.
Jadi, tertarik menonton One Day?