Diantara dua benua, disitulah saya berada saat itu. Di sebuah kapal kecil yang tengah berlayar menyusuri selat bernama Bosphorus yang memisahkan benua Asia dan Eropa. Asia di sisi timur, Eropa di sisi barat. Selat Bosphorus juga menjadi penghubung dua laut, laut Marmara di selatan dan laut hitam di utara.
Kapal yang saya tumpangi memiliki dua dek, dek tertutup di bawah dan dek terbuka di atas. Saya tentu saja memilih dek diatas, untuk bisa melihat lebih jelas keindahan satu-satunya kota di dunia yang terletak di dua benua. Kota Istanbul, Turki.
Saat itu jarum jam menunjukkan waktu pukul 2 siang waktu setempat. Matahari bersinar cukup terik. Namun, tidak sanggup untuk sekedar menghangatkan badan, karena semilir angin laut di sisa-sisa musim dingin ini begitu kencang.
Kapal berangkat dari sebuah pelabuhan yang terletak di sisi eropa kota Istanbul. Kapal bergerak ke utara, ke arah laut hitam. Di awal keberangkatan, saya bisa melihat the Tower of Justice yang terletak di istana Topkapi. Juga nampak Blue Mosque atau masjid Sultanahmet yang berdiri begitu anggun dengan enam menara yang menghiasinya. Saya juga bisa melihat museum Hagia Sophia yang masih tampak begitu megah meskipun dari jauh. Dari atas selat Bosphorus, ketiga bangunan bersejarah di kawasan sultanahmet itu, tampak berada di puncak sebuah bukit.
Setelah 20 menit perjalanan, sampailah kami di depan Istana Dolmabahce yang terletak di distrik Besiktas, Istanbul. Istana yang sangat megah dan indah ini adalah pengganti pusat pemerintahan yang dulunya berada di istana Topkapi. Di istana inilah, Mustafa Kemal Attaturk, sang pendiri republik Turki, menjalani hari-hari terakhirnya di dunia.
Kapal bergerak terus hingga menuju sebuah masjid yang sangat indah di tepi laut, bernama Masjid Ortakoy. Masjid Ortakoy memiliki dua menara dengan tinggi yang sama. Dari jauh, tampak ukiran dan hiasan yang begitu indah dari dinding Masjid. Setelah melewati masjid, kapal yang kami tumpangi melewati jembatan bernama 15 July Martyrs Bridge, yang sekilas tampak seperti jembatan golden gate yang terdapat di San Fransisco, Amerika Serikat. Dibawah jembatan ini, kapal berbalik arah ke selatan untuk kembali ke pelabuhan.
Pada perjalanan kembali ke pelabuhan ini, saya dihibur oleh puluhan burung camar yang terbang rendah mengikuti kapal kami. Mereka mengikuti kami bukan tanpa sebab. Adalah remah-remah roti yang dilemparkan oleh Kaira, seorang gadis kecil yang termasuk dalam rombongan travel yang saya ikuti, yang menjadi penyebabnya. Dengan agresif burung-burung camar itu menerkam remah roti yang dilemparkan Kaira. Saking agresifnya, jarak moncong mereka dengan tangan Kaira cukup dekat. Dan bahkan ada beberapa ekor yang berusaha mengambil langsung rotinya dari tangan Kaira. Sesekali Kaira reflek menarik tangannya, namun setelah suasana tenang, di lemparkan lagi remah-remah rotinya. Momen ini sungguh sangat sayang untuk tidak diabadikan. Jadi saya segera saja mengambil kamera dan menghunusnya.
Dan setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, sampailah kami di pelabuhan. Sebuah pengalaman yang sangat seru, menyenangkan dan ingin saya ulangi lagi suatu hari nanti jika ada kesempatan untuk mengunjungi kota Istanbul lagi.
Indah sekali. Berapa biaya nya untuk naik Bosphorus Cruise?
pengen banget ke turki….
berapa ya perkiraan biaya untuk kesana?