Jika saya terkejut saat hendak tiba di Asklepion, maka hal berbeda saya rasakan saat bus yang kami tumpangi mendarat di area parkir kota kuno Ephesus. Setelah mengetahui Asklepion, saya langsung mencari tahu di itinerary, lokasi mana lagi yang akan kami singgahi dalam road trip Turki di bulan Maret 2018 ini. Mata saya kemudian terantuk pada sebuah tempat bernama Ephesus. Sebuah nama yang sangat Yunani, yang membuat saya menduga bahwa Ephesus adalah reruntuhan kota kuno seperti Asklepion. Dan, dugaan saya benar.
Ephesus kami singgahi di hari ke-4 perjalanan road trip menjelajahi Turki. Ephesus adalah destinasi pertama, dalam rangkaian perjalanan hari itu, dari Kusadasi, Izmir menuju ke kota Denizli. Epehesus masih masuk ke dalam wilayah propinsi Izmir, berjarak sekitar 80 km arah selatan dari pusat kota Izmir. Sejak 5 Juli 2015, Ephesus masuk ke dalam UNESCO World Heritage Site untuk kategori bangunan cagar budaya.
Ephesus adalah reruntuhan kota kuno peninggalan yang dibangun sejak masa Yunani kuno. Dari informasi yang saya dapatkan, kota ini sudah ada sejak 10 abad sebelum masehi. Selama bertahun-tahun kota Epehesus berganti-ganti penguasa, mulai dari masa Yunani kuno, era kekaisaran romawi, jaman byzantium hingga kekhilafan Turki Ustmani atau yang biasa dikenal sebagai Ottoman. Setiap masa di Ephesus, meninggalkan jejak sejarah berupa bangunan-bangunan, meskipun dari beberapa itu ada sebagian besar bangunan yang hanya tinggal puing-puing atau bahkan fondasinya saja.
Di masa Yunani kuno, berdiri Temple of Artemis, sebuah bangunan yang sangat megah di masa itu. Temple of Artemis didirikan sebagai persembahan rakyat Yunani kuno pada dewi Artemis. Dalam kisah Yunani, dewi Artemis adalah saudara kembar dari Apollo. Keduanya adalah anak dari Zeus dan Leto. Temple of Artemis adalah salah satu bangunan yang masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia kuno atau Seven Wonder of the Ancient World, bersama Pyramid of Giza, hanging garden of Babylon, Statue of Zeus at Olympia, Mausoleum at Halicarnassus, Colossus of Rhodes, dan the Lighthouse of Alexandria, berdasarkan catatan dari seorang penulis Yunani kuno bernama Antipater of Sidon. Dari ketujuh keajaiban dunia tersebut, hanya Pyramid of Giza saja yang masih bisa kita saksikan hingga masa modern ini. Enam lainnya sudah tinggal reruntuhan, atau bahkan sudah tidak terlihat lagi rekam jejaknya. Khusus untuk Temple of Artemis, yang tersisa di situs Ephesus saat ini hanyalah tinggal fondasi bangunanannya saja.
Didekat fondasi temple of Artemis, terdapat reruntuhan Library of Celcus, sebuah perpustakaan yang dibangun sekitaran awal abad ke-2 masehi, di masa kekuasaan romawi. Berbeda dengan temple of Artemis yang tinggal tersisa fondasinya saja, bangunan library of celcus masih berdiri tegak, meskipun hanya tinggal bagian depannya saja. Dari catatan sejarah, library of celcus ini didesain oleh arsitek romawi bernama Vitruoya dan dibangun dengan menghadap ke arah matahari terbit alias ke arah timur. Didepan bangunan library of celcus, berdiri empat patung wanita yang masing-masing adalah Sophia, yang melambangkan kebijaksanaan, Episteme yang berarti ilmu pengetahuan, Ennoia, simbol dari kepandaian, dan Arete yang menggambarkan kebaikan. Di masa modern ini, Library of Celcus inilah yang menjadi ikon utama dari reruntuhan kota kuno Ephesus. Selain library of Celcus, masa kekaisaran romawi juga meninggalkan bangunan theatre yang dipergunakan sebagai arena pertempuran para gladiator. Bangunan theatre di Ephesus tidak hanya satu, tetapi ada dua. Yang satu theatre besar, yang satunya lagi theatre kecil seperti di Asklepion.
Di era Byzantium, yang merupakan penganut kristen, dibangunlah sebuah gereja yang diberi nama Basilica of St. John. Gereja, yang reruntuhuannya masih ada hingga saat ini, dibangun tidak pada pusat kota tua Ephesus, tetapi tepat di kaki bukit Ayaslug, bukit tempat kota kuno Ephesus dibangun, sekitar 3.5 km dari kota tua Ephesus.
Sedangkan di era kekhalifahan Turki Ustmani, dibangun sebuah masjid bernama Isabey Mosque. Masjid yang didesain oleh arsitek bernama Ali bin Mushimish al -Damishki, dibangun sejak abad ke-14, tepatnya di tahun 1374 hingga 1375. Pada tahun 1829, masjid sempat mengalami kehancuran. Pada tahun 1934, masjid diperbaiki dan masih berfungsi sebagai tempat ibadah hingga saat ini. Lokasi Isabey Mosque tidak berada di pusat kota Ephesus, tetapi di kaki bukit Ayaslug, tidak jauh dari reruntuhan Basilica of St. John. Sayangnya, karena keterbatasan waktu, saya hanya bisa melihat reruntuhan Basilica of St. John dan Masjid Isabey dari balik kaca bus.
Mengunjungi kota tua Ephesus sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi saya. Saya benar-benar dibuat kagum atas hasil karya peradaban masa lalu. Dengan keterbatasan pengetahuan dan teknologi di masa itu, mereka sanggup membangun sebuah bangunan yang sangat megah, artistik, detil dan juga kokoh. Saat ini, kota tua Ephesus memang hanya tersisa reruntuhannya saja. Selain peperangan demi peperangan, penyebab dari runtuhnya kota kuno Ephesus ini adalah karena gempa bumi. Namun, meski pernah diguncang gempa beberapa kali, beberapa bagian dari bangunan Library of Celcus masih berdiri tegak hingga saat ini. Ini membuktikan hasil karya arsitektur masa lalu sungguh sangat kokoh.
Untuk bisa mengunjungi kota tua Ephesus, pengunjung dikenakan tiket sebesar 40 Turki Lira atau sekitar 140 ribu rupiah. Jadi kapan ke Epehesus? kapan ke Turki?