Ke kota Makassar, kurang lengkap rasanya kalau belum menikmati konro, sebuah olahan makanan khas dari negeri angin mamiri ini, dengan bahan utamanya adalah iga sapi. Di Makassar sangat banyak penjual konro bertebaran di penjuru kota. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah Rumah Makan Konro Karebosi, yang berlokasi di Jalan Lompobanang 41-43 Makassar.
Rumah makan Konro Karebosi sudah berdiri cukup lama, tepatnya sejak tahun 1968. Ada dua pilihan menu utama di sini, yaitu sop konro dan konro bakar. Saya sendiri memilih sop konro, karena saat itu ingin makan yang berkuah dan hangat.
Ketika menu sop konro datang, saya terkejut dengan ukuran porsinya yang sangat besar, berbeda dari menu konro yang pernah saya pesan. Hmm, tanpa nasi pun, sepertinya sudah sangat kenyang. Kemudian saya melihat ke menu konro bakar yang dipesan teman saya. Ternyata untuk konro bakar, juga disediakan kuah yang diletakkan di mangkuk yang berbeda.
Setelah membaca bismillah, langsung saya menyantapnya. Gurihnya kaldu begitu terasa ketika kuah sop menyesap ke lidah saya, membuat lidah saya tidak sabar menunggu suapan-suapan berikutnya. Awalnya saya mencoba makan dengan sendok garpu. Tapi kemudian saya kesulitan untuk menempatkan daging, yang masih membalut tulang iga, pada mulut saya. Bahkan sempat tulangnya justru menabrak hidung dan juga kacamata saya, sehingga akhirnya saya terpaksa turun tangan. Maksudnya, saya makan pakai tangan, atau bahasa jawanya, muluk. Daging iga di rumah makan Konro Karebosi ini sangat lembut. Dengan hanya sekali gigit, daging-daging tersebut dengan mudahnya, terlepas dari tulang iganya.
Sambil makan, saya membayangkan, berapa banyak ya, sapi yang disembelih setiap hari untuk mendapatkan stok tulang iga. Kalau saya analisa, di setiap porsi konro, terdapat 3 potong tulang iga. Saya perkirakan setiap potongan tulang iga adalah 1/4 dari satu ruas tulang iga utuh. Anggap saja, jika seekor sapi memiliki 10 tulang iga, maka satu ekor sapi bisa disuguhkan untuk 10 sampai dengan 14 porsi. Dengan kapasitas Konro Karebosi yang mungkin ratusan porsi per hari, berarti cukup banyak sapi yang disembelih setiap hari. Itupun belum termasuk rumah makan lain yang juga menyediakan menu konro. He he, bahasan yang ga penting ya.
Sambil nulis postingan ini, tiba-tiba perut saya terasa lapar, dan seporsi Konro Karebosi terbayang-bayang di wajah. Semoga suatu hari nanti, bisa main-main ke Makassar lagi, dan tentunya makan Konro Karebosi lagi.