Mungkin ini pertama kalinya aku membuat judul postingan berupa ajakan dan cenderung provokatif. Saat tulisan ini dibuat dan diposting, aku memang tengah berada di Banyuwangi. Tepatnya di Sanggar Genjah Arum, Kemiren Glagah Banyuwangi. Disini aku dan empat belas rekan blogger dari komunitas dblogger Suroboyo mendapatkan undangan khusus dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang dipimpin oleh Bapak Abdullah Azwar Anas untuk menjelajah jengkal demi jengkal tanah di ujung timur Jawa ini bertajuk Dblogger Plesir Nang Banyuwangi.
Undangan untuk mengunjungi kabupaten di ujung paling timur pulau jawa ini benar-benar datang di saat yang tepat, ketika aku tengah galau dengan keputusan apakah aku memutuskan untuk jadi berangkat ke Malaysia Singapura atau tidak. Tiket promo sudah ditangan sejak 6 bulan yang lalu. Tapi sejak adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing beberapa bulan silam hingga sekarang ini, jadi berpikir ulang untuk melancong ke Luar Negeri. Di saat galau itulah, muncul undangan itu. Tanpa berpikir terlalu lama, aku ambil tawaran tersebut. Aku ikhlaskan saja uang tiket promo itu hangus. Tokh aku mendapat ganti petualangan yang lebih asyik dan bakal sangat luar biasa. Lagipula, ini kesempatan buatku untuk bisa berkontribusi terhadap dunia pariwisata domestik.
Selama ini Banyuwangi hanya dikenal sebagai daerah transit bagi pelancong dari Jawa yang hendak melanjutkan perjalanannya ke pulau Bali, ataupun sebaliknya, wisatawan dari pulau Bali yang hendak berkunjung ke Pulau Jawa. Tujuan wisata di Pulau Jawa yang menjadi tujuan para wisatawan itu antara lain Kawah Ijen, Bromo, Malang terus ke barat hingga Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Banyuwangi? Sepertinya tidak ada dalam list tempat yang wajib dikunjungi.
Selama ini jika turis merasa penat dan lelah dengan kondisi Bali yang sudah sangat padat, maka pulau Lombok (atau bahkan Sumbawa dan Flores) menjadi tujuannya. Hanya sedikit sekali yang melirik Banyuwangi sebagai destinasi wisata alternatif selain Bali.
Hmm, ada apa dengan Banyuwangi? Atau pertanyaan bisa diganti, Memang ada apa di Banyuwangi?
Semua orang mungkin sudah paham bahwa Banyuwangi adalah kabupaten yang terletak di ujung timur pulau Jawa. Tapi mungkin hanya sedikit saja yang tahu bahwa status tersebut telah memberikan konsekuensi yang luar biasa buat Banyuwangi. Di kabupaten Banyuwangi inilah, matahari menampakkan diri untuk pertama kalinya bagi penduduk pulau Jawa di setiap harinya. Barulah 15 menit kemudian, Surabaya dan menyusul Jakarta sekitar 45 menit berselang. Jadi tak salah kiranya jika Banyuwangi mendapat julukan The Sunrise Of Java.
Sanggar Genjah Arum, lokasi tempatku sekarang duduk, menghadap laptop, mengetikkan aksara demi aksara, adalah sebuah lokasi yang menarik. Berada di desa Kemiren, yang dikenal sebagi desa wisata Using, sanggar ini seolah-olah menjadi sebuah projek idealis dari seseorang bernama Iwan demi mengenalkan dan memberikan pengertian kepada seluruh warga negara Indonesia, terutama para pecinta kopi, tentang perlunya mengetahui cita rasa sesungguhnya sebuah kopi, hingga mengajarkan bagaimana seharusnya kopi itu diolah hingga dinikmati. Sungguh diskusi dengan beliau, meski hanya beberapa menit saja, seperti membuka lebar-lebar wawasanku tentang kopi. Bagi pecinta kopi, bersiaplah menikmati kejutan dari Kopi Kemiren.
Sanggar ini bukan hanya tempat untuk belajar tentang kopi saja, tapi disini kita juga bisa belajar banyak hal tentang seni dan budaya Banyuwangi. Beberapa diantaranya adalah tari Barong dan Othek.
Beberapa jam sebelumnya kami diajak untuk melihat langsung proses pengolahan biji kopi, mulai dari saat kopi disangrai, ditumbuk, dikemas hingga bagaimana cara penyajian kopi, di sebuah rumah di Desa Kemiren yang menjadi tempat workshop pengolahan kopi. Sungguh sebuah pengalaman baru yang berharga. Lucky me, bisa mengikuti acara ini.
Hanya kopi dan kopi sajakah yang ku temui selama sehari ini? Tentu saja tidak.
Perjalanan kami di Banyuwangi sejatinya dimulai hari jumat sore kemarin, saat kereta Mutiara Timur yang membawa kami dari stasiun Gubeng berangkat. Hari sabtu dini hari, tepat pukul 4.20 pagi, sampailah kami di Banyuwangi, tepatnya di Stasiun Karangasem. Ini sebenarnya bukan pertama kalinya bagiku menjejak Banyuwangi, tetapi karena itu sudah terlalu lama, dan sangat tidak membekas, maka aku menganggap inilah untuk pertama kalinya aku menjejak bumi Gandrung ini.
Setelah sempat beristirahat sejenak untuk sholat subuh, kami langsung memulai penjelajahan dengan tujuan awal adalah Resort Margo Utomo. Tapi di tengah perjalanan, sebuah pemandangan menarik, memaksa kami untuk berhenti sejenak.
Sebuah kilauan dari peralatan dapur membuat sopir bus yang membawa kami menginjak rem dalam-dalam. Baru kali ini aku tahu bahwa ada sebuah sentra peralatan dapur dengan skala cukup besar. Dan dari sedikit wawancara dengan pekerja serta pemilik workshop, produk peralatan dapur ini sudah dijual tidak hanya di lokal Banyuwangi atau Jawa Timur saja, tetapi hingga Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Mungkin tidak lama lagi, produk khas Banyuwangi ini sudah bisa menembus pasar ekspor.
Perjalanan pun berlanjut menuju Margo Utomo, sebuah resort di kawasan Kali Baru. Resort ini sudah ada sejak jaman sebelum Kemerdekaan RI, tepatnya tahun 1943. Bangunannya bergaya khas Eropa dengan dilengkapi dengan Peternakan Sapi dan Perkebunan yang khusus untuk memanjakan para tamu yang menginap disana.
Dua jam di Margo Utomo, aku memperoleh banyak pengalaman baru, utamanya tentang susu dan berbagai hal yang berkaitan dengannya. Di Margo Utomo jugalah, aku untuk pertama kalinya melihat bagaimana bentuk buah pala dan pohon Vanilla. Sudah lama lidahku pernah mengecap rasa vanilla ataupun Pala, tapi baru kali ini aku melihat buahnya.
Setelah dari Margo Utomo, kami diajak ke Pendopo Kabupaten Banyuwangi. Ada satu hal yang sangat menarik di pendopo ini. Tapi khusus untuk hal ini, aku akan merahasiakan lebih dulu dan akan kutulis di postingan yang akan datang karena memang sungguh, aku benar-benar dibuat terpesona dengan sesuatu itu.
Dari pendopo itulah, kami menuju desa Kemiren untuk memulai petualangan tentang kopi, khusunya kopi Kemiren Banyuwangi.
Hmm, akan terlalu panjang jika semuanya dituliskan dalam satu postingan ini. Selain lelah membacanya, juga akan terasa membosankan. Jadi cukuplah sekian dulu postingan pembuka ini. Detil informasi dari masing-masing destinasi akan dibuat postingan tersendiri. Simpan dan tahan dulu rasa penasaran tentang potensi destinasi wisata yang luar biasa dari Banyuwangi, karena bukankah justru rasa penasaran itulah yang membuat hidup lebih menarik. Dan itulah yang kurasakan selama menjalani perjalanan selama sehari penuh ini. Insya Allah masih ada satu hari lagi esok waktuku untuk menjelajahi Banyuwangi dalam perjalanan Dblogger Suroboyo goes to Banyuwangi kali ini. Dan malam ini, aku tahan dan simpan rasa penasaran itu, karena aku yakin ada kejutan yang indah esok hari, sama seperti yang kurasakan selama hari ini.
Jadi, ayo datang ke Banyuwangi. Kita majukan pariwisata lokal. Kita undang para turis untuk datang kemari. Sudah saatnya pariwisata menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi negeri.
kalo pala aku sering liat, kalo vanila blom pernah hehee
“Aku malah baru liat kemarin, ndeso ya.. eh atau kota ya.. :D”
Sukses buat komunitas bloger Banyuwangi… dan terima kasih kunjungannya di Margo Utomo kemrin untuk plantation tour dan makan siang.. kita tunggu kunjungan berikutnya…
“Kami disini dari komunitas dblogger Suroboyo yang tengah mendapat kesempatan jelajah Banyuwangi. Insya Allah sooner or later, kami pasti datang lagi ke Banyuwangi. Indahnya ngangenin soalnya :)”
keren
“Terima kasih Mas”
next challenge boleh jadi nih.. kemarin aku cuma sempat menikmati sunrise bromo
“Silahkan, dan siapkan diri anda dengan kejutan dari Banyuwangi yang akan anda terima”
ceritanya menarik, dan tentu pengalaman ini luar biasa.
Sayang saya tidak banyak dapat menikmati, kebanyakan link yang disematkan untuk ke website pemerintahan.
Dan seharusnya ini bisa dijadikan dua postingan, mengingat tulisan yang berhubungan dengan pariwisata harus lebih mengenalkan tempat dengan sebuah gambar. Bukan tulisan produk review.
Karena, saya melihat keindahan yang diceritakan seperti membayangkan yang indah-indah. Nah, kalau ingatnya luar negeri, apakah bisa dipromosikan Banyuwangi sampai ke dunia.
sekedar saran bukan untuk menghebatkan 🙂
Salam dari Semarang 🙂
“Terima kasih atas kritikannya Mas Asmarie. Sangat membangun. Rencana memang nanti akan ada postingan per tempat wisata lengkap dengan foto2nya. Stay tuned di blog ini ya mas. Terima kasih telah berkunjung :)”
baru tahu banyuwangi seperti itu bagusnya. jadi makin tahu tempat” di Indonesia
“Saya juga baru tahu kemarin mas :)”
wow kereeeeeeen!!!!!!
Saya bangga Banyuwangi sekarang makin dikenal. Banyuwangi adalah masa kecil saya tapi sekarang tinggal di Kalimantan. Saya salut dan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah menyumbangkan kemampuannya masing-masing untuk memperkenalkan Banyuwangi ke masyarakat Indonesia bahkan manca negara. Salam hormat saya kepada Bupati yang sekarang Bpk. Abdullah Azwar Anas yang berhasil membuat berbagai langkah yang membuat Banyuwangi semakin moncer.
Oalah, gini to cerita awalnya, Sur?
Jadi Surya kesana bareng-bareng dblogger Suroboyo?
Seru pastinya yaaaaa…
“Iya mbak, kebetulan diundang blogdetik buat ikutan. Alhamdulillah, nambah banyak teman baru”