Kala berkunjung ke Sulawesi Utara bulan Juni 2012 yang lalu, aku dibuat terpukau oleh sebuah danau vulkanik seluas 34 hektar yang berlokasi di kota Tomohon. Sebuah Danau yang sangat indah dengan warna airnya yang bisa berubah-ubah. Danau Linow namanya. Keindahan danau ini sudah sangat terkenal di seantero kota Manado dan Tomohon, jadinya meski tengah bertugas, aku menyempatkan diri untuk berkunjung kesana, sekedar turut mencicipi kecantikannya. Kebetulan pula, tugasku memang berada di daerah Lahendong yang hanya berjarak beberapa kilometer saja dari lokasi danau linow.
Cara terbaik (dan tercepat) untuk menuju Danau Linow dari kota Manado tentu saja dengan menyewa mobil atau taksi. Kalau dihitung dari Bandara Sam Ratulangi, Manado, perjalanan akan memakan waktu sekitar satu jam. Bagi yang ingin berpetualang dengan kendaraan umum, bisa naik angkutan umum dari Manado ke terminal Tomohon. Dari terminal berganti angkutan umum, minta turun di sekitar Danau Linow. Setelah turun dari angkot, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh sekitar 500 meteran dengan medan yang lumayan menanjak.
Danau ini mempunyai kadar belerang yang cukup tinggi. Ini bisa dirasakan dari bau belerang yang cukup menyengat di sekitar kawasan danau. Konon karena kadar belerang yang tinggi itulah yang membuat warna air di danau ini sering berubah-ubah. Suasana di sekitar danau semakin meriah dengan kehadiran kawanan burung belibis yang tengah berenang di air danau.
Untuk dapat menikmati suasana danau Linow ternyata tidak gratis. Kita harus membayar tiket masuk seharga 25.000 rupiah per orang. Mahal? Menurutku tidak, karena tiket itu sebenarnya berupa voucher yang dapat ditukarkan segelas kopi atau teh yang dihidangkan bersama sepotong kue. Masih merasa mahal juga?
Saat ini danau Linow berada dalam pengelolaan pihak swasta. Pihak swasta ini membangun sebuah cafétaria yang berbentuk seperti dermaga kayu tepi laut. Bangunan kayu yang sebenarnya sangat sederhana, tetapi tampak sangat indah. Disekitar dermaga ditanami oleh berbagai pepohonan sehingga suasananya menjadi sangat sejuk dan rindang. Satu lagi, dermaga ini (dan juga seluruh area danau) sangat bersih. Tidak tampak sampah yang menjadi “ciri khas” tempat wisata di Indonesia. Luar biasa.
Saat kami berkunjung kesana, memang sempat tampak cangkir kotor berserakan di beberapa meja. Tapi hanya dalam hitungan menit, cangkir-cangkir itu sudah dibersihkan dan meja sudah rapi kembali. Beberapa menit kemudian, meja itu sudah terisi dengan cangkir-cangkir teh ataupun kopi yang menjadi pesanan kami.
So, aku rasa uang 25 ribu rupiah itu menjadi sangat worth it dengan kondisi tempat wisata yang bersih dan pelayanan yang sangat prima dari pengelola. Ini bisa menjadi contoh bagi pengelola tempat wisata di seluruh Indonesia.
Menikmati Danau Linow, tidak lengkap jika tidak mencicipi pisang goreng khas Tomohon. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari pisang gorengnya. Keunikannya terletak pada penyajiannya yang menggunakan sambel ikan sebagai pendamping pisang. Pisang goreng yang manis dicocol sambel ikan yang pedas? Hmm.. aku sendiri belum merasakan kelezatannya, karena saat kunjunganku kesana, sore sudah menjelang dan pisang gorengnya sudah ludes terjual.
So, berminat untuk melancong ke Danau Linow?
Suryaaaaa…itu danau nya indah banget yah…
…ehm…jujur belum pernah lihat danau…hihihi…
*tutupin muka pake bantal robot Fathir*
dan ituh…makan pisang goreng kok pake sambel siiiiih?
…ehm…
“Nah, itu die mbak… Aku juga bingung.. Manis campur pedas, rasanya gimana ya..”
Indah banget Sur. Dan entah kenapa kok bersyukur ya pengelolaan dillkukkn swasta. Cinta deh ama poto-potonyah!
“Iya, sepertinya lebih baik dipegang swasta, asal swasta-nya masih warga negeri sendiri.. :)”
Linow serasa blue danube lake ya Sur he he…pisang goreng itu dimakan dengan dicocolkan sambal yang ada kandungan ikan-nya, nama ikannya sendiri adalah Roa, jadilah pisang goreng sambal Roa.
“Iya mbak… keren pokok’e danaunya… Aku belum sempat incip pisang sambel roa-nya mbak.. jadi kayaknya pas projek ke Lahendong, harus mampir kesini lagih.. hi hi hi”
Minat byanget! Foto2 cantikmu benar2 menggodaku, Sur… 🙂
“Terima kasih mbak Mechta”
Ternyata di Sulawesi masih ada wisata menarik selain bunaken ya 🙂
Surya udah kemana-mana ini aihhh nambah daftar ngiri deh hehehe
“Sulawesi tidak hanya bunaken mbak. Indonesia itu dangerously beautiful :)”
uooooooo tomohon….hiks, pengen mrene
btw, itu salah satu wajah kayanya aku kenal dweh :p. kok ra ngomong-ngomong yo dekne nek plesiran karo dirimu? wedi todongan oleh-oleh ya? hehehe
btw, aku lho pas di sby senenge makan pisang goreng cocol petis :))
“Silahkan langsung konfirmasi ke wajah yang dikenal dan tagih oleh2nya mbak ron.. hi hi hi”
Subhanallah… indah banget danaunya mas… Apik, resik, cafe nya juga penataannya bagus ya… 25rb? murah lah kalo bs dapet fasilitas kaya gitu
seklin mampir ke air terjun pinars,bukit kasih sekalin…
Ditutup dengn indahnya pnt mllayang.
Hmmm.
Suryaaaaaa…
mampir sinih untuk ngucapin Selamat Lebaran yaaaah…
Mohon maap lahir dan batiiiin…
Kalo selama ini pernah ada komen yang menyinggung perasaan…
Maapkanlah yaaaaaa 🙂
Liburan kemana niiiiih 🙂
“Met Lebaran juga ya mbak. Mohon maap lahir dan batin juga. Liburan, ya mudik sekitar Jawa Timur saja kok :)”
Berminat kayaknya Sur, foto disini bener-bener bikin saya pengen ngebuktiin bahwa tempat wisata di Indonesia itu tidak selalu identik dengan sampah…hehehehe, saya juga pengen makan lagi pisang goreng yang dicocol pake sambel itu…
Eh, gimana kalo sambelnya kita ganti dengan sambel petis?
😉
“Boleh juga tuh pisang goreng sambel petis :)”
wah, ulasan anda mengundang selera untuk berkunjung ke tempat tersebut, mumpung masih tugas di Manado
btw, bisa beri arahan petunjuk jalannya ? saya masih sangat belum mengusai rute jalan. BTW, sampeyan dari jawa timur ? salam kenal mas, saya juga dari jawa timur. oh, ya kalo naik motor ke tempat tsb bisa kah?
“Bisa mas… dari kota Tomohon, terus ikuti arah jalan ke selatan. Nanti ketika bertemu plang bertuliskan “PLTP Lahendong belok kiri” berarti mas sudah dekat. Sering tanya2 saja. Yang pasti ga jauh dari pusat kota Tomohon”
mirip telaga warna dieng ya 🙂
tapi lebih keren *matabelo*