Hongkong, sebuah negara yang tidak asing bagi beberapa warga Negara Indonesia. Negara yang secara geografis terletak di Asia timur ini adalah salah satu tujuan wisata favorit WNI, terutama para selebritis. Daya tarik utama tentu saja wisata belanja. Bagi para shopalholic, Hongkong adalah surganya belanja. Konon katanya, mereka banyak menemukan barang-barang bermerk dengan harga sangat murah di Hongkong. Apalagi jika musim diskon tiba. Entahlah seberapa murah. Sepertinya, semurah apapun, bagiku akan tetap mahal, he he he.
Disneyland menjadi tujuan wisata selanjutnya para WNI ketika di Hongkong. Penat dan lelah berbelanja, ceriakan diri terlebih dahulu di Disneyland yang memiliki berbagai wahana permainan yang seru. Tidak lupa untuk berpose bersama para tokoh kartun Disney yang sangat termahsyur di seantero jagat seperti Mickey Mouse, Donald duck, ataupun Goofy.
Selain sebagai tujuan wisata, Hongkong juga menjadi salah satu negara yang menjadi sumber mata pencaharian bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Konon jumlah TKI yang bekerja di hongkong mencapai ratusan orang.
Bagi aku sendiri jika tidak mengalami delay dan mendapat berkah menginap semalam gratis, mungkin hingga saat ini, aku belum menginjakkan kaki di Daerah Administratif khusus China ini. Alasan utama tentu saja adalah mahalnya biaya hidup di Hongkong. Menurut pendapatku, daripada jauh-jauh ke Hongkong, mending ke Singapura yang mempunyai cita rasa yang hampir sama tetapi lebih murah. Bahkan mungkin sekarang ini, Singapura jauh lebih bagus dan menarik daripada Hongkong.
Dalam kesempatan kunjungan tak terduga ke Hongkong bulan Juni 2012 yang lalu, tidak banyak tempat yang aku jelajahi. Tapi meski begitu, aku cukup puas, karena sudah bisa merasakan suasana kota yang seolah tidak pernah tidur ini.
Cara terbaik dan termurah untuk berkeliling Hongkong tentu saja dengan jaringan kereta dalam kota yang dikenal dengan nama MRT (Mass Rapid Transportation). Hampir seluruh area di Hongkong sudah dilalui jaringan MRT, mulai dari bandara di sisi barat hingga pulau Hongkong disisi selatan. Ini sangat luar biasa, karena sesungguhnya Negara Hong kong tidak berada di satu pulau, tetapi terpisah-pisah dalam 3 pulau besar, yakni Lantau Island, Hong kong Island dan New Territories yang sepulau dengan Cina daratan. Untuk menghubungkan pulau yang satu dengan pulau yang lain, pemerintah Hongkong membangun jembatan ataupun terowongan bawah laut.
Dari Regal Airport Hotel di Bandara, aku menuju ke kota dengan naik Airport Express (AE), jaringan kereta khusus dari kota ke bandara. Dalam perjalanan ke kota Hongkong ini aku ditemani mas Ilham dan Koko. Harga tiketnya cukup mahal, yakni 90 HKD untuk Airport – Kowloon dan 100 HKD untuk Airport – Hongkong. 1 HKD sekitar 1250 rupiah. Harga tersebut adalah harga tiket PP jika perjalanan dilakukan dalam sehari.
Karena dalam posisi blank, tidak tau mau jalan kemana karena memang belum melakukan riset sebelumnya, kami pun bertanya ke mbak penjual tiket AE, tentang spot menarik di Hongkong. Mbak itu pun menyarankan kami untuk ke kawasan Tsim Sha Tsui. Untuk menuju ke sana, kami disarankan naik AE menuju Kowloon untuk kemudian berganti dengan jaringan MRT. Yap, akhirnya kami punya tujuan jalan-jalan, he he he. Aku berharap, Tsim Sha Tsui adalah sebuah lokasi di pinggir laut, yang mana, dari lokasi itu, terhampar pemandangan gedung-gedung bertingkat yang bercahaya yang berada di seberang laut. Sebuah pemandangan yang sering kulihat di aneka informasi wisata tentang Hong Kong. Kalau melihat letak kawasan Tsim Sha Tsui dari peta sih, sepertinya memang lokasi itu.
Tidak perlu menunggu lama, kereta AE pun tiba. Sungguh sebuah angkutan umum yang super duper nyaman. Yach worth it lah sama harganya. Saat itu, suasana AE cukup lengang dan sepi. Perjalanan menuju Kowloon memakan waktu sekitar 30 menit.
Sesampai di stasiun Kowloon, kami tidak langsung menuju ke Tsim Sha Tsui, tapi mencoba mencari tau suasana malam di area Kowloon ini. Dan yang kami dapat, ternyata sebuah pemandangan yang sangat spektakuler bagi kaum ndeso seperti saya. Pemandangan hutan beton yang bermandikan cahaya terhampar dengan sangat indah di bola mataku. Kamera ku pun beraksi. Di saat seperti ini, aku benar-benar merindukan tripodku.
Bagi sebagian orang, barisan apartemen yang tinggi menjulang dengan taman-taman buatan yang dilengkapi dengan air mancur dan lampu-lampu yang berkilau adalah sebuah pemandangan yang biasa, bahkan tidak menarik. Tapi, bagiku, ini adalah sebuah pemandangan yang sangat indah. Apalagi jika aku berhasil meng-capture-nya dengan sempurna. Tapi yang aneh, taman-taman di sekitar apartemen ini sangat sepi. Hanya beberapa gelintir orang saja yang terlihat, padahal suasana di taman ini sangat menarik.
Puas menikmati area Kowloon, kami langsung menuju Tsim Sha Tsui. Jika suasana di AE tadi cukup sepi, beda halnya dengan di MRT. Suasana masih sangat ramai, padahal waktu sudah menunjukkan jam 9 malam.
Sesampainya di stasiun MRT Tsim Sha Tsui, tanpa sengaja kami menemukan lokasi masjid Kowloon ketika tengah membaca papan petunjuk arah. Alhamdulillah, kami pun langsung bergegas menuju Masjid. Di sekitar masjid, cukup banyak yang menawari kami makan malam halal. Kebanyakan mereka berwajah India ataupun arab.
Setelah sholat, kami disuguhi suasana kawasan Tsim Sha Tsui yang sangat ramai. Suasananya benar-benar seperti kota-kota di Amerika Serikat yang sering kulihat di tipi. Dengan lambat-lambat, kami bertiga berjalan menyusuri kawasan ini, mencoba menikmati setiap jengkal langkah kami.
Kami terus berjalan menuju arah selatan, kearah teluk yang memisahkan daratan Kowloon dengan pulau Hongkong. Aku yakin, disinilah kami bisa melihat landmark kota Hongkong. Dan dugaanku benar. Sebuah pemandangan luar biasa kini tersaji dengan lezat di depan mataku. Arrghh, lagi-lagi aku merindukan tripodku. Tapi meski tanpa tripod, narsis must go on 🙂
Puas berfoto ria dan menikmati suasana angin yang bertiup cukup kencang malam itu, kami pun kembali ke hotel. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Kami kembali menggunakan jasa MRT untuk kembali ke Kowloon untuk kemudian lanjut naik AE ke Bandara.
Tak kuduga, meski malam sudah sangat larut, penumpang MRT masih sangat ramai. Bahkan suasana di MRT pun agak berdesak-desakan karena penuh. Kebanyakan dari penumpang tampak seperti seorang karyawan yang baru pulang kerja. Gila, batinku, jam selarut ini baru pulang kerja? Pantesan taman-taman di sekitar area Kowloon tadi sepi, lha wong para penduduknya masih sibuk bekerja. Benar-benar, Hongkong, the city never sleep.
Keesokan harinya sebenarnya aku berniat kembali untuk keliling kota, tetapi hujan yang terus menerus mengguyur Hong Kong membatalkan rencanaku. Akhirnya aku menghabiskan waktu dengan bersantai di kamar hotel sembari menunggu waktu check out tiba. Lagi pula, perjalanan semalam telah cukup menghabiskan energy.
Pukul 16.00, pesawat Cathay Pacific CX-781 tinggal landas dari bandara Hongkong untuk membawa kami pulang kembali ke kota Surabaya. Sebuah perjalanan yang sangat berkesan bagi kami dan sebuah pengalaman hidup yang sangat berharga buatku.
Catet dulu ah, nama kawasannya Tsim Sha Tsui ya, Sur…saya sampe bisa ngebayangin gimana gemerlapnya Hongkong di waktu malam…pasti indah banget!
Bener-bener delay bawa berkah ini sih, biarpun pulang ke Surabaya harus ketunda semalem, tapi lumayan kan semalemnya di Hongkon, bukan di jakarta…hehe, soalnya duluu banget saya pernah delay dan terpaksa bermalam di Jakarta dengan ditanggung maskapai Surya, padahal perjalanannya cuman Medan – Surabaya doang..hehe 😀
“He he he, pernah juga kena delay nginep ya mbak. Cuman memang kalau sendirian gak enak, nanti sekamar dengan orang yang tidak kita kenal.”
Aduh, luamaaaa pol, Surya…tapi syukurlah bisa masuk…hehe, itu ya baju yang dipake terus selama 24 jam karena baju lain sudah masuk bagasi?
Hehe, untung aja warnanya hitam, jadi nggak kelihatan kotor, paling cuman kecium aja…
😛
“Hue hue hue hue hue… Jadi malu nih.. :D”
Enaknya bisa ke Hongkong
Ngiri mas
foto-fotonya cakep
Hehehehehe. Bagus-bagus potonya Sur, tapi entah kenapa kok gak kepengen ke HK ya? *sirik*.
Suasananya mirip SG and i think i had enough with man made marvel. Ga betah dengan beton dan gedung tinggi yang semuanya serba teratur dan rapi. Hehehehe.
Masih lebih suka Indonesia dengan peeendangan hijau di sana sini. *maapkeun*
Tapi poto-potonya emang bagus-bagus. SUKAAAAK.. 🙂
“Yap, suasananya memang mirip SG Dan, lebih mahal lagi dari SG. Makanya kalau gak dibiayai ya kayaknya pikir-pikir kalau mau ke HK, he he he”
wuih….foto2nya kereen… *untung kena delay, jd bisa ikutan ‘lihat’ hongkong..hehe* thx Surya…. eh, foto masjidnya ga ada ya? *penasaran sama masjid di hongkong*
“Ada sih mbak foto bagian depannya masjid, nanti mungkin ku upload bersama postingan tersendiri. Waktu mau moto bagian dalamnya pas habis sholat, eh lampunya dimatikan, jadinya ga bisa ambil foto :(“
*Nyobain BW pake tablet karena Fathir sedang menguasai kompie*
“Wah keren, tabletnya bisa comment. Merknya apa mbak???”
Eeh, ternyata bisa yah? *dasar norak*
Suryaaaaa….
apapun ituh, kalo gratisan mah…hajar ajaaaaaa…hihihi…
Tapi sayang yah, besokannya ujan, jadi gak bisa jalan jalan…
Mbok yah lain Kali kalo mau delay kabar kabari dulu atuh yah…
Jadi bisa persiapan Dan survey dulu…hihihi…
“Iya tuh.. Harusnya aku dikasih tahu dulu ya kalau mau delay. Kan bisa siap2 gak bagasiin tas”
Wow Surya udah ke HK juga? welehhhhh nambah poin ngiri nih 😀
Mesjid Kowloon wah, suatu saat ingin dong kesana, kalau bepergian jauh namun ada tempat ibadah rasanya tenang gitu ya, foto2nya cantik2 ih , mupeng deh 🙂
“Iya mbak, perlu mampir ke masjid ini. Menambah jumlah tempat di bumi yang pernah menjadi tempat sujud kita :)”
ga pake tripod aja dah apik surr
*ngecesss*
😀
“Itu pake ISO tinggi depz, ya pokoknya gak ngeblur lah”
wahhh asikk benerr nihh ke HK…fotonya bagus2 pulaa…mantappp..
“Terima Kasih kunjungannya :)”