Life Traveler by Windy

Hari itu, sekitar bulan Mei 2012 yang lalu, di kala malam menjelang sepulang kerja, aku menemukan sebuah buku teronggok di sofa rumah. Sebuah buku bertajuk Life Traveler yang belum pernah kulihat sebelumnya berkeliaran di rumahku. Tampaknya ini adalah buku baru. Dugaan ini diperkuat dengan bercecerannya sebuah tas plastik bermerek salah satu toko buku ternama di tanah air dengan sebuah kertas struk tak jauh dari lokasi buku itu tergeletak.

02d5cc1cc569accc93fa058a797278e5_life-traveler

Tersangka pembeli buku tidak lain dan tidak bukan adalah dewi. Si kutu buku satu ini tampaknya memang sudah tidak sabar membeli lagi buku, setelah harus ‘puasa’ beli (dan baca) buku sejak bulan Januari yang lalu. Memang sejak rencana pindah rumah di sekitar bulan April 2012 fix, aku menerapkan kebijakan menunda pembelian buku sejak bulan Januari. Ya bukannya tidak sayang istri, tapi hanya ingin tidak menambah berat barang-barang yang dibawa pindahan.

Sembari meletakkan tas dan merebahkan badan ke sofa, aku ambil buku karya mbak windy ariestanty itu. Dari cover, buku ini sudah tampak menarik. Ditambah lagi dengan adanya review dari penulis sekaliber Dewi ‘dee’ Lestari. Dibuka lembar demi lembar, dan sejak saat itu, buku tersebut menjadi salah satu favoritku. Beberapa hari setelah hari itu, buku itu sempat menjadi bahan rebutan bacaan aku dan dewi, he he he. Tapi akhirnya aku berhasil membacanya duluan karena buku ini aku culik kala berdinas luar kota ke Pare-pare.

Sejak membacanya, ingin sekali membuat review tentang buku ini di blog. Tapi belum kesampaian juga, sampai pada akhirnya datang juga hari ini. Btw, ini adalah pengalaman pertama membuat review tentang buku, jadi ya semoga tidak malah membuat buku ini jadi gak laku, hi hi hi.

Buku Life Traveler ini, seperti judulnya memang bertemakan jalan-jalan. Benar-benar bacaan yang cocok untukku yang memang tengah hobi traveling dan insya Allah karena tuntutan tugas akan menjalani beberapa perjalanan dinas. Tapi terus terang, bukan hanya temanya yang membuat buku ini menarik buatku, tetapi juga cerita-cerita didalamnya yang sangat berisi.

Buku bersegment perjalanan seperti Life Traveler ini bisa dibilang sangat jarang. Tanya kenapa. Mungkin karena memang pasar untuk buku ini tidak sebanyak buku-buku bertema cinta ataupun detektif. Tapi bisa jadi juga, pembacanya sebenarnya ada, bahkan mungkin cukup banyak. Tapi banyak dari mereka yang lebih ‘bijaksana’ untuk tidak membacanya karena takut setelah membaca buku bergenre ini, akan dihantui oleh iri dan dengki berkepanjangan kepada penulisnya, hi hi hi.

Kisah di buku ini diawali dengan kisah perjalanan Windy dan teman-temannya ke Vietnam. Tepatnya di kota Ha Noi, Ha long Bay dan juga Hoi An. Setelah itu kita dibawanya untuk berkeliling dunia, mulai dari Siam Repp, Paris, Lucerne, Praha hingga Chicago.

Kita dibawa untuk menikmati indahnya pagi hari di Sieam Repp, merasakan kehangatan seorang ibu pemilik guest house di Ha Noi yang membuatnya betah berlama-lama tinggal disana, ataupun meresapi perasaan cinta abadi sepasang manusia di sebuah daerah di pinggiran kota Paris.

Dia juga membawa kita pada sebuah pengalaman yang sangat unik yang dialaminya, seperti bagaimana tingkahnya dalam memilih buah yang bagus dengan cara menciumi bau buah-buahan menarik perhatian si pedagang buah dan pembeli lainnya di Lucerne. Pada akhirnya mereka semua meniru apa yang Windy lakukan.

Dia juga berkisah, bagaimana dirinya tanpa sengaja membantu seorang laki-laki yang tengah bimbang memilih bunga yang tepat untuk dipersembahkan pada kekasihnya. Sebelum berpisah, laki-laki tersebut tak henti-hentinya mengucap terima kasih pada Windy. Sebuah pengalaman yang sangat unik dan menarik.

Benar apa yang dikatakan oleh Valiant Budi, “Semua orang bisa pergi ke Vietnam, Paris, bahkan Pluto. Tapi, hanya beberapa saja yang memilih pulang membawa buah tangan yang mampu menghangatkan hati. Windy berhasil menyulap perjalanan yang paling sederhana sekalipun jadi terasa mewah. Bahkan, celotehannya dalam kesendirian terdengar ramai. Ramai yang membuat nyaman.”

Selain berisi kisah-kisah menarik yang dialami Windy selama perjalanan, tak lupa dia juga menyisihkan beberapa halaman untuk menuliskan catatan tentang tempat-tempat menarik yang masuk daftar must visited, informasi transportasi hingga list do dan don’t selama berada di kota atau Negara yang dia ceritakan.

Memang, di akhir membaca, aku dibuat sangat iri dan dengki dengan kisah yang sudah dituturkan oleh si penulis. Tapi aku berusaha untuk merubah iri dan dengki itu menjadi energy yang positif. Terus terang, kisah-kisah Windy telah memberikanku banyak inspirasi.

Bahwa perjalanan tidak hanya melulu tentang sebuah destinasi, tapi banyak sekali kisah dan pelajaran yang bisa kita ambil selama melewati detik demi detik didalam perjalanan itu. So, untuk bisa memiliki kisah seindah Windy, tidak melulu harus ke Ha Long Bay, Paris ataupun Chicago. Perjalanan mudik, tradisi yang baru saja dan tengah kita jalani saat ini juga memberikan banyak sekali kisah jika kita bisa menikmati setiap detik perjalanan itu. Seperti sebuah quote “Travel teaches how to see”

Bahwa rumah yang sesungguhnya bukanlah rumah yang kita tempati, rumah kos, kantor atau rumah orang tua. Disini Windy memberikan sebuah quote yang luar biasa indah untuk mendefinisikan apa itu rumah. “Home is a place where you can find your love”

Aku sendiri dulu pernah berkata pada dewi, bahwa rumah adalah tempat dimana orang yang kita sayangi berada. Ketika orang itu berada di Surabaya, maka Surabaya-lah rumahku. Tetapi ketika orang itu berada di daerah lain, seperti kala dewi harus menjalani training selama 3 bulan di bandung di pertengahan 2010 yang lalu, maka Bandung-lah yang menjadi rumahku saat itu.

Bahwa janganlah takut untuk melakukan sebuah perjalanan yang jauh dari rumah. Karena kadang kita menemukan rumah itu justru di tempat yang jauh dari rumah. Menemukan teman, sahabat, saudara atau bahkan cinta. Mereka akan memberikan ‘rumah’ itu untuk kita, apa pun bentuknya, cause travelers never think that they are foreigners.

Happy traveling everybody.

Untuk Mbak Irma Bintang Timur : Semoga suka dengan buku ini ya 🙂

Oh iya, karena masih dalam suasana Lebaran, wongkentir mengucapkan Selamat Hari Raya Iedul Fitri, Taqobalallahu minna waminkum, Minal Aidzin Wal Faidzin. Semoga Allah menerima semua ibadah kita selama bulan ramadhan serta menghapus semua dosa kita. Untuk rekan-rekan blogger sekalian, mohon maaf jika selama ini ada tulisan ataupun comment yang menyinggung. Semoga Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun depan, Amiiinnn..

3 thoughts on “Life Traveler by Windy

  • 23/08/2012 at 19:26
    Permalink

    Must read entry nih buku kalo gitu Sur. Makasih ya. 🙂

    Oiyes. Mohon maaf lahir batin ya. 🙂

    “Sama-sama Dan. Mohon maaf lahir dan batin juga ya.. :)”

    Reply
  • 27/08/2012 at 13:16
    Permalink

    Suryaaaa…reviewnya bagus banget!
    Trima kasih ya saya udah dikasih buku luar biasa ini…keren banget, Sur…saya juga suka dengan semua cerita perjalanan, salah satunya adalah buku yang dikasih Surya Dan Dewi ini..
    Thanks a lot 😀
    Oya,dugaan saya tentang keromantisan Surya dan Dewi ternyata bener..hehe, rebutan baca buku itu salah satunya,dan definisi Surya tentang rumah, wuih, bener-bener bikin saya speechless..

    “Waduh, masa rebutan buku itu romantis mbak?? :p”

    Reply
  • 03/09/2012 at 19:05
    Permalink

    hallo surya,
    terima kasih untuk review-nya. 🙂 senang bila telah bertemu pulang. semoga segera melakukan perjalanan yang lain demi bertemu pulang pada waktu yang lain pula.

    “Waaaahhh.. dikomenin mbak windy.. gak nyangka euy.. Terima kasih mbak sudah mampir ke blogku.. :)”

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *