Hari Kamis dan Jumat (10 dan 11 Desember 2009) yang lalu, aku mengunjungi sebuah bendungan terbesar di Jawa Timur, yakni bendungan Sutami. Yakin bendungan terbesar di Jawa Timur? Kok aku belum pernah mendengar sebelumnya ya? Mungkin itu yang ada di benak pembaca sekalian. Tapi begitu aku menyebut waduk karangkates, pasti semuanya tahu. Bendungan Sutami adalah nama resmi dari waduk KarangKates yang terletak di Malang Selatan. Aku berangkat kesana dalam rangka kunjungan dinas ke PLTA Sutami. Ada beberapa pekerjaan yang harus ku lakukan di sana.
Perjalanan dinas kali ini membuatku exciting. Sudah lama aku berharap bisa mengunjungi PLTA Sutami ini, karena pastinya akan sangat menyenangkan bisa bekerja sambil sekaligus refreshing menikmati keindahan alam.
Mungkin banyak dari pembaca sekalian yang bertanya-tanya, apa yang menarik dari sebuah bendungan? Paling2 cuma sebuah bangunan yang digunakan untuk membendung dan mengelola aliran air. Jangan salah kawan, pemandangan alam di bendungan Sutami ini sangat indah. Di sisi timur bendungan, kita bisa melihat sebuah kolam air raksasa yang dikelilingi bukit-bukit hijau. Nun jauh disana tampak barisan pegunungan yang melengkapi keindahan lukisan-Nya.
Sedangkan di sisi barat, kita bisa melihat tiga buah pipa besar mirip bambu runcing berdiri tegak berdampingan. Pipa tersebut adalah bagian dari PLTA Sutami. Kita juga bisa melihat berbagai macam tanaman hijau yang menyejukkan mata. Di sisi barat itu juga terdapat rel kereta api yang sayangnya tak terlihat dengan jelas dari atas bendungan. Tetapi jika ada kereta yang tengah melintas, kita bisa melihat dengan jelas kereta tersebut. Dan pemandangan tersebut bagiku cukup keren. Seperti melihat kereta hogwarts ekspress di serial film Harry Potter.
Bendungan yang mempunyai kapasitas total 343 juta m3 ini diresmikan penggunaannya mulai tanggal 2 Mei 1972. Banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan adanya bendungan ini, diantaranya pengendali Banjir, irigasi dan Pembangkit Tenaga Listrik.
Banyak hal yang bisa kita nikmati ketika berkunjung di bendungan ini. Sunrise dan sunset yang sangat indah dari atas bendungan. Menyaksikan secara langsung, bagaimana sebuah pembangkit listrik tenaga air bekerja memproduksi energi listrik. Sebuah pembangkit yang ramah lingkungan, karena dia tidak mengeluarkan limbah dan polusi dalam proses produksinya. Lalu makan malam spesial di bibir bendungan dengan menu khas daerah karangkates yakni aneka ikan bakar mulai dari Nila, Gurame, Wader ataupun Mujaer dan ditemani semilir angin kota Malang yang sejuk. Hmm, pasti bakal menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Terakhir, ada pesan yang ingin ku titipkan kepada pembaca sekalian. Setelah berkunjung ke Bendungan Sutami ini, ada sebuah inspirasi kudapatkan. Indonesia sangat kaya akan pegunungan dengan sungai-sungai panjang dengan aliran yang cukup deras. Dan kekayaan alam tersebut sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat energi listrik. Tapi hingga kini, masih sedikit sekali dari potensi besar itu yang termanfaatkan. Jika kalian membaca tulisanku ini, aku berharap, kalian bisa menyampaikan pesanku ini kepada negara atau bahkan dunia. Coba bayangkan, jika seluruh listrik didunia ini bisa dihasilkan dari sesuatu yang hijau, bersih dan ramah lingkungan, pastilah kehidupan akan menjadi lebih baik tanpa global warming. Amiinnn.
bendungan sutami? otak saya langsung terasosiasi dengan nama jalan bendungan sutami di Malang sana, deket-deket sumbersari.. padahal mulai kecil saya dah terhitung akrab dengan bendungan karangkates (walopun cuman lewat pas naik kereta ke blitar π ).
sedikit pertanyaan usil, kenapa harus diberi nama baru bendungan sutami ya? kan karangkates dah ngetop tuh.. heheee π
wew…indonesia emang sahut
kaya akan wisata baharinya
salam
@afifur : Nama Sutami diambil dari nama Menteri Pekerjaan Umum era tahun 60an dan 70an, Bapak Ir. Sutami. Cuman memang orang2 lebih mengenalnya sebagai waduk karangkates π
@pinkie48 : Sangat… sangat kaya….
Makanya kita harus bangga sebagai rakyat Indonesia, dengan kekayaan alam yang indah dan melimpah π π
dari kecil sampe kuliah, blum pernah mampir ke bendungan sutami, cuman denger-denger aja….thanks for infonya yah…
http://hanacaraka.blogdetik.com/2009/12/15/greenholiday/
Nice picture
jadi tau lebih tentang bendungan ini ternyata namanya sutami yahe he
Kalo kesana lagi, oleh” keripik uceng ya….
@chahyaningtyas : Sama2 mbak…
Thanks for visiting my blog π
@deshinta : Siap Neng!!!! π
Bagus Sur… Mantap..
Kapan2 ngajak Yesha dan Azka kesana ah….
Suwun Sur..
Blog walking. . .
Nice story, nice photo bro!!
Wax, kalo kamu kesana lg, aku ajak’en po’o. . .
Pemandangannya bagus Wax. .
Ya. . . Ya. . .
saya tinggal di malang mas, tapi belom penah ke karang kates
dan baru tau kalo nama sutami diambil dari nama menteri
@Imam : Podo2 Mam..
@Gepenk : Thanks for coming
@Hula : Wokeh Hul… π
@Mala : Lho… gimana sih mbak… π
Kapan2 main ke sana mbak.. tapi bagusnya waktu sunrise atau sunset mbak..
Thanks for coming ya mbak..
salam kenal mas–
saya adalah mahasiswa sejarah yg saat ini sangat tertarik untuk menulis mengenai sejarah dari waduk karangkates,
walaupun sebenarnya saya sendiri bisa dikatakan sbgai warga sekitar waduk, tapi saya sangat awam sekali mengenai informasi dari waduk karangkates, misalnya saja tahun awal mula dibangunnya waduk tsb serta berbagai dinamika yg terjadi dalam proses tsb..
kira2 mas bisa memberi masukan kpd saya yg masih awam ini??
atau bisa sedikit memberikan informasi kpda saya ttg topik tsb?
^_^
mantap bos, jadi inget masa kecilku………di salah satu desa sekitar waduk ini aku d lahirkan….tanks….dari fotonya sedikit bisa mengobati rasa kangenku dngn kampung halaman……salam….
sip sip sip….. feri PIOP BRS
wauihkeren bgt mas,aku aja yg asli karangkates belum pernah bikin cerita.ok ok keep on moving. fero PIOP BRS
Jadi ingat 41 tahun yang lalu dimana saya pernah ikut berpeluh mengabdikan di Proyek ini, terimakasih pak Surya
“41 tahun yang lalu pak? Wah saya bertemu dengan orang hebat di blog ini euyy :). Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya pak. Insya Allah akan kami lanjutkan apa yang sudah bapak bangun dulu, demi kemajuan bangsa ini”