Rembang adalah salah satu kota di pesisir utara Jawa yang merupakan tempat peristirahatan terakhir Raden Ajeng Kartini. Tidak salah jika kota ini sangat kental dengan nama Kartini, mulai dari sekolah Kartini, Balai Kartini hingga pantai Kartini.
Aku bisa dibilang beruntung mendapatkan kesempatan mengunjungi salah satu kota bersejarah di Pulau Jawa ini. Beruntung karena aku tidak perlu bersusah payah naik kendaraan umum untuk menuju kota ini. Beruntung karena aku tidak hanya sekedar mengunjungi, tetapi bermalam hingga 3 malam. Dan terakhir, beruntung karena aku bisa mengunjungi kota ini gratis tis, bahkan aku diberi uang saku dari kantor untuk perjalanan ke kota ini :-p
Aku berangkat ke Rembang bersama rombongan Tim dari kantor. Sepanjang perjalanan menyusuri jalanan pantai utara Jawa ini, yang terlihat hanyalah pantai utara, hamparan tanah tandus serta tambak garam. Setelah menempuh 4 jam perjalanan dari Surabaya, sampailah kami di kawasan PLTU Rembang 2 x 315 MW yang terletak di desa Sluke, Rembang. Saat kunjungan pertama kami ini, PLTU tersebut masih dalam tahap proyek, sehingga suasana sangat ramai.
Sore harinya, setelah jam kerja usai, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel yang terletak di kota Rembang. Waktu tempuh antara Sluke ke kota Rembang sekitar 25 menit. Hotel tempat kami menginap sangat sederhana, khas penginapan-penginapan di jalanan pantura yang biasanya hanya ramai saat arus mudik, tetapi cukup nyaman. Harga pun terjangkau, hanya 125 ribu permalam untuk kamar dengan satu tempat tidur, dan 150 ribu untuk kamar yang dengan dua tempat tidur.
Malam harinya, kami langsung berburu kuliner di Alun-alun kota Rembang yang hanya berjarak 200 m dari hotel. Setelah berputar-putar mencari-cari, pilihan makan malam untuk hari ini jatuh pada Nasi Gandul, sebuah masakan yang sangat asing di telinga. Dan ternyata nasi gandul itu rasanya. Maknyus pemirsa. Aku sampek habis 2 piring.. (perlu diperjelas, piringnya cuman 2, tapi ada 3 porsi makanan yang kunikmati di 2 piring tersebut, he he he he)
Paginya, setelah sholat subuh, kami berjalan-jalan mencari pantai. Tapi pagi itu, kami belum menemukan pantai berpasir. Foto-foto sejenak dan kemudian mencari sarapan. Semangkuk bubur ayam menjadi menu kuliner kami di pagi yang hangat.
Dari tukang bubur ayam itulah juga, kami mendapatkan info tentang pantai kartini yang terletak 500 m dari alun-alun. Tetapi karena hari sudah menjelang siang, dan kami sudah harus meluncur kembali ke PLTU Rembang, maka kunjungan ke pantai kartini kami tunda hingga sore hari.
Sore harinya, kami pun akhirnya menginjakkan kaki di Pantai Kartini. Ternyata Pantai ini mempunyai nama Pantai Dampo Awang. Memang dulunya pantai ini bernama Pantai Kartini. Namun akhirnya dilakukan penggantian nama untuk membedakan dengan pantai Kartini yang ada di Jepara.
Tiket masuk kedalam pantai cukup murah, hanya 3000 rupiah saja. Tidak ada yang istimewa di Pantai ini. Hanya sebuah pantai berpasir dengan beberapa anjungan bagi pengunjung yang ingin melihat laut tanpa harus menginjak pasir. Ada juga Taman bermain anak, Kolam Renang, Kolam Buaya serta Permainan Banana Boat. Saat kami berkunjung kesana, terdapat beberapa anak-anak tengah bermain bola. Ingin rasanya bertelanjang kaki dan ikut bermain sepak bola pantai bersama mereka, tetapi karena saat itu badan cukup letih, maka kuurungkan niatan itu. Mungkin lain kali akan ada kesempatan bermain bersama mereka.. 🙂
Budi, teruslah bermain bola
Malamnya, sajian kuliner lain menanti kami, yakni Soto Kudus. Memang bukan aseli dari Rembang, tetapi itu merupakan pilihan terbaik dari sajian kuliner yang ada di Alun-alun ini. Warung2 lainnya menunya hampir sama dengan yang ada di sekitar kami, Nasi-Mie goreng, Ayam goreng, Bebek goreng, dll.
Keesokan harinya, sebelum bertolak kembali pulang ke Gresik dan Surabaya, kami menyempatkan mencari oleh-oleh khas Rembang, yakni sirup buah kawis. Ketika sesendok sirup kawis mendarat di lidahku, sensasi rasa yang cukup aneh terekam oleh otakku. Akupun mengurungkan niat membeli sirup kawis tersebut.
Tetapi kemudian ternyata ada jenis olahan buah kawis yang lain, yakni minuman bersoda. Nah kalau yang ini rasanya cukup masuk akal meski masih sedikit aneh. Rasa minuman ini seperti Coca Cola. Saat kucari referensi di internet, ternyata minuman soda kawis ini memang terkenal dengan sebuah Cola Jawa. He he he he, ada-ada saja.
Yach inilah sekelumit kisah tentang Rembang. Semoga Pembangkit Listrik yang berdiri kokoh di kota ini bisa memberikan manfaat yang positif bagi seluruh warga Rembang dan sekitarnya, Amiiinnn.
nice post
cocok banget
Apakah sama dengan nasi Gandul daerah Pati ?