Weekend di minggu kedua bulan mei 2008, aku manfaatin buat travelling ke Cipanas, Kabupaten Cianjur. Kebetulan ada my lovely girlfriend Dewi yang nemenin aku serta Rizna yang akan jadi guide selama aku di Cipanas.
Perjalanan dimulai dari kosku (di grogol) sejak pukul 5 pagi. Begitu sampai di perempatan grogol, aku langsung menuju halte busway jelambar. Karena hari masih pagi, tarif busway berada pada level 2000 rupiah. Karena hari masih sangat pagi pula, bus transjakarta yang berangkat juga sangat sedikit, sehingga membuatku terpaksa menunggu cukup lama. Setelah hampir 20 menit menunggu dengan bosan, akhirnya busway yang kutunggu pun datang. Dengan bus transjakarta, aku melintas jakarta di pagi itu, dari grogol di jakarta barat, hingga terminal kampung rambutan di jakarta timur.
Sebelum sampai di Halte Terminal Kampung Rambutan, Dewi sudah menungguku di Halte Makro Pasar Rebo. Dari halte itu, kami melanjutkan perjalanan bersama naik bus transjakarta ke Terminal Kampung Rambutan. Kami sampai di terminal jam 07.20.
Di Terminal, kami langsung mencari bus yang akan membawa kami ke Cipanas. Sesuai dengan saran dari Rizna, kami naik bus Doa Ibu jurusan Tasik Jakarta via Puncak. Selain bus jurusan Tasik Jakarta, perjalanan menuju Cipanas juga dapat ditempuh dengan bus jurusan Garut Jakarta dan Bandung Jakarta asalkan keduanya via Puncak.
Setelah cukup lama berjalan perlahan sambil sesaat ngetem untuk mencari penumpang, bus pun akhirnya memasuki pintu tol jagorawi sekitar jam 8.00. Perjalanan sesungguhnya pun dimulai.
Perjalanan menuju Ciawi cukup lancar, karena bus melewati jalan tol. Hanya 35 menit perjalanan, bus sudah sampai di Ciawi. Macet mulai menyerang sejak di Ciawi. Bus merayap meter demi meter melewati jalanan yang berkelok-kelok dan naik turun. Sudah menjadi kebiasaan para penduduk ibukota menghabiskan liburan akhir pekan di luar kota, dan daerah puncak, Cisarua dan sekitarnya adalah salah satu tujuan wisata, selain Bandung dan Sukabumi. Jadi bisa dibayangkan betapa macetnya jalanan di puncak di setiap akhir pekan, karena mobil-mobil dari jakarta tumplek blek disana.
Meski macet, aku dan Dewi tidak merasa begitu bete. Pemandangan alam puncak benar-benar mempesona kami. Tampak nun jauh di sana, beberapa puncak gunung yang berdiri dengan sangat gagah. Belum lagi sawah dan rimbunan daun teh yang seperti mengingatkan kami pada suasana di film Petualangan Sherina.
Setelah bermacet-macet ria, akhirnya kami pun sampai di Pasar Cipanas. Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 10.30 pagi. Begitu turun dari bus, semilir angin yang sangat sejuk menyambut kami. Meskipun matahari bersinar cukup terik, tetapi hawa yang terasa sangat sejuk.
Rizna yang sudah stand by untuk menjemput kami sejak 10 menit yang lalu, mengajak makan sejenak di satu-satunya restoran fast food di Cipanas yakni California Fred Chicken (CFC).
Setelah perut kenyang, kamipun melanjutkan perjalanan. Karena rencananya kami bermalam di Cipanas dan balik ke jakarta besok pagi, maka aku harus mencari tempat penginapan. Masalah tempat menginap Dewi sudah beres, karena dia tidur di kosnya Rizna. Setelah berputar-putar dan bertanya kesana-kemari, akhirnya aku mendapat tempat menginap yang lumayan miring. Hanya 75000 saja. Tapi karena murah, otomatis ada harga yang harus ditanggung, yakni kenyamanan.
Setelah urusan penginapan selesai, kami pun segera meluncur ke arah tujuan, yakni Taman Bunga Nusantara di daerah Mariwati. Dari Pasar Cipanas kami naik angkot jurusan Cipanas Mariwati. Dengan ongkos 3000 rupiah per orang, kami diantar sampai tepat didepan halaman Taman Bunga ini.
Harga tiket masuk taman bunga nusantara ada 2 pilihan, yakni tiket biasa dan tiket Dotto Trans. Keterangan tentang ini bisa dilihat di gambar. Kami memilih tiket biasa seharga 15000 karena kami memang niatnya jalan-jalan, bukan naik angkot.
Begitu masuk di area taman, pemandangan menakjubkan langsung menyambut kami, sebuah patung merak berukuran besar yang dibentuk dari dedaunan dan beraneka warna-warni bunga. Amazing.
Setelah bernarsis ria sejenak, kami langsung membelokkan langkah kami kearah kanan. Disana kami menemukan Rumah Kaca dan Taman bernuansa Jepang. Di Taman Jepang ini aku benar-benar terpesona. Display yang dibuat benar-benar seperti serasa berada di Jepang (sok tau ya, padahal belum pernah ke Jepang, hi hi hi).
Tumbuhan dan pohon-pohon dibentuk sedemikian rupa hingga membentuk pemandangan layaknya desa-desa Jepang seperti yang pernah kusaksikan di film The Karate Kid 2. Hanya saja ada yang kurang dari taman jepang ini, yakni bunga sakuranya. Btw, bunga sakura bisa nggak ya tumbuh di Indonesia???
Perjalanan dilanjutkan dan kami menemui Taman Palem serta Taman mediterania. Di taman palem ini ditanam berbagai macam jenis palem sedangakn di taman mediterania terdapat kumpulan berbagai macam jenis kaskus dan tumbuhan gurun. Khusus di taman mediterania ini suasana didalamnya terasa cukup hangat. Ini mungkin untuk menjaga suhu dan iklim di daerah sekitar taman mediterania ini sehingga kaktus dan tanaman mediterania lainnya dapat tumbuh secara normal seperti di daerah asalnya.
Taman Bali menjad tujuan kami selanjutnya. Pintu masuk taman ini berupa gerbang seperti gerbang pura yang biasanya kita temui di Bali. Didalam taman bali ini terdapat bangunan-bangunan khas bali seperti patung dan arca serta kolam-kolam ikan.
Keluar dari Taman Bali, kami menemukan menara pandang yang letaknya tepat di tengah-tengah taman. Untuk naik keatas bisa lewat lift atau tangga manual. Jika pakai lift, ada biaya tambahan sebesar 1000 rupiah per orang. Dari puncak menara pendang ini kita bisa melihat seluruh areal Taman Bunga ini. Pemandangan sangat indah sekali, termasuk Maze atau lebih dikenal dengan Labyrinth. Sebenarnya nantinya ingin sekali masuk ke Labyrinth, tapi berhubung si Dewi dan Rizna takut kesasar, kami pun ga jadi masuk kesana.
Puas menikmati pemandangan di Menara Pandang, kami turun dan menuju Air Mancur. Air mancur ini keren loh. Keluarnya air mengikuti alunan lagu yang diputar. Lagi dan lagi, jeprat jepret dulu ah.
Setelah itu kami melangkahkan kaki menuju Taman Amerika. Menurutku taman amerika ini biasa-biasa aja. Nothing special. Tapi lumayan di taman Amerika ini ada gazebo yang bisa dibuat istirahat sejenak. Capek banget dari tadi jalan-jalan keliling.
Sambil istirahat, kami melihat-lihat peta, sekedar untuk merencanakan perjalan selanjutnya.
Setelah 10 menit, melemaskan kaki, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini menuju Taman Gaya Perancis. Kalau ini oke banget tamannya. Desain tamannya keren banget. Ada dedaunan yang dibentuk seperti Gate dengan hiasan air mancur yang indah. Pokoknya keren dah. Liat foto aja, aku gak bisa menjelaskan lagi. Melihat taman ini aku gak bisa berkata-kata.
Selanjutnya ke Taman Mawar. Sebenarnya taman ini bagus, tapi sayangnya saat ini lagi sedikit mawar yang berbunga, jadi kesannya biasa-biasa aja.
Kaki kami pun terus melangkah. Melahap sejengkal demi sejengkal tanah di taman yang indah ini hingga pada akhinrya kami sampai di Kolam Angsa. Beberapa ekor angsa hidup dengan damai di kolam ini. Ada yang berwarna putih, dan ada yang berwarna hitam. Mereka tampak sangat menikmati kehidupan mereka di tengah-tengah kolam yang sangat luas ini.
Dan Kolam Angsa ini tampaknya menjadi wahana terakhir yang kami kunjungi. Karena setelah itu kami sudah sampai kembali di jalan menuju gerbang Taman Bunga. Total kalau dihitung lebih dari 3 jam lamanya kami melahap areal Taman Bunga ini. Capek juga ternyata. Tapi capek itu gak kerasa karena kami sangat-sangat puas.
Setelah keluar dari Taman Bunga ini, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Tujuan kami adalah Masjid Attaawun. Dari taman bunga, kami naik angkot menuju pasar cipanas dulu untuk kemudian disambung dengan angkot menuju puncak.
Sampai disana ternyata suasana sudah sangat ramai. Banyak orang yang ingin menikmati suasana matahari terbenam di situ sembari menunggu adzan maghrib berkumandang. Dingin pun mulai menyerang. Untungnya kabut hari itu tidak turun, sehingga pemandangan matahari yang akan tenggelam di ufuk barat masih terlihat sangat jelas. Ambil foto dulu ah…. Jepret.
Setelah sholat maghrib, lapar pun menyerang. Kami pun menyempatkan diri makan nasi goreng dulu sebelum balik ke Cipanas. Sampai di Cipanas, kami sudah sangat capai. Aku menyempatkan diri untuk ke kos Rizna dulu. Beristirahat sejenak sambil menonton bersama DVD Rattatouile yang sengaja kubawa.
Saat jarum jam menunjukkan pukul 21.20 malam, aku kembali ke hotel dan langsung terlelap begitu merebahkan diri di tempat tidur.
Besok paginya, kami sempatkan joging sambil menikmati udara pagi Cipanas yang sangat sejuk. Setelah itu aku dan Dewi pun berkemas untuk bersiap kembali ke Jakarta. Sebelumnya kami menikmati dulu bubur ayam cianjur yang sangat terkenal itu. Ternyata rasanya biasa-biasa aja. Atau aku yang salah tempat buat beli ya??
Setelah perut kenyang, aku dan Dewi pun berpamitan ke Rizna dan siap kembali ke Jakarta. Sampai Jumpa Cipanas. Cepat atau lambat, kami akan melancong kesana lagi.
wahhhh…. pas liat foto”nya, jadi kangen sama taman bunga… pengen ke sana lagi… kapan ya….
Ayo.. ayo.. ayo..
Kira2 ada perubahan apa ya ditamannya sekarang…
tanya dunk, kalo dari cipanas ke jakarta nae bus yang tasik atau garut, nah itu nunggunya dimana yah ?? terminal yah ??
Naek jurusan Tasik atau Garut sama aja.. asal tujuannya Jakarta (biasanya tujuan akhir terminal Kampung Rambutan)
Kalau nunggu busnya, nunggu aja di Pasar Cipanas mas…
wah jd pgn ksana, hrg tiket msknya brp ? U/rombongan bisa ?
Waktu saya kesana tahun 2008, tiket masuknya 15000 per orang mas.. Kalau rombongan pastinya bisa, tapi saya kurang tahu harganya berapa…
apa klo naik bus ada tempat parkirnya
salam kenal……..
thks mas surya infonya, besok saya mau ngebolang…….
mantap……..
nz bgd tulisannya
jd tau d rute angkot kesana
tq y mass 🙂
Mas, mau nanya, penginapan yang murah dan dekat taman bunganya dimana? Soalnya saya mau jalan2 siangnya, jd penginapannya ga perlu yang mahal-mahal amat.
tarif bus jakarta-tasik via puncak ny brp tuh mas? biar ada perkiraan biaya nya
pengen ke Taman Bunga Nusantara jg nie 🙂
“Wah saya kesini sudah lama banget mas. Tahun 2007an. Sudah lupa harga tarif busnya sih.. Maaf”
kalau bis MGI yg jurusan depok – bandung, lewat nggak ya?
Saya memang pingin kesana , cuman mau pake motor biar berasa diperjalanan … Mantap
wah dokumentasi na udah lama juga ya