Sebuah simfoni biasanya terdiri dari beberapa perangkat alat musik mulai dari biola, piano, saxofon, terompet, bas hingga timpani. Semua alat musik itu dimainkan oleh orang yang benar-benar ahli di setiap peralatan musik dan dipimpin seorang konduktor. Tapi jika memperhatikan simfoni yang terdengar dari Saung Angklung Udjo, anda pasti akan takjub. Simfoni tetap dipimpin seorang konduktor, tetapi hanya satu alat musik yang dimainkan disana, yakni angklung. Pemainnya? Tidak perlu ahli. Anak balita bisa memainkannya. Bahkan seseorang yang baru sekali memegang angklung bisa menjadi anggota simfoni ini. Mau tau ceritanya?
Saung angklung Udjo terletak di JL Padasuka Bandung. Aku mendapatkan kesempatan berkunjung ke rumah seni ini saat acara family Gathering PT PJB UP Muara Karang 2007. Karena saat itu aku naik bis rombongan, aku tidak bisa menjelaskan secara detail bagaimana cara pergi ke sana. Tapi dari info yang kudapat dari salah satu pengisi acara di sana (kebetulan pengisi acaranya cewek cakep. Awalnya sih pingin kenalan, tapi bingung bagaimana mengawalinya. Akhirnya iseng kutanya aja bagaimana cara ke Saung Angklung Udjo ini kalau naik kendaraan umum alias angkot.), perjalanan ke Saung Angklung ini tidak terlau sulit, tapi juga tidak terlalu mudah. Dari Jakarta, naik aja bus ke Bandung. Sampai di terminal Leuwi Panjang naik angkot jurusan terminal Cicaheum. Waktu di angkot, Tanya sopirnya, kalau mau ke Saung Angklun Udjo berhenti dimana, nanti dia akan memberi tahu detailnya. Tapi bagaimanapun juga enaknya ke tempat ini adalah beramai-ramai. Mengapa? Nanti dijelaskan. Sabar dulu ya, he he he.
Saung Angklung Udjo adalah sebuah rumah seni tempat dimana kesenian angklung coba dilestarikan dan tumbuh berkembang. Kita patut berterima kasih kepada Pak Udjo sebagai pendiri saung ini karena berkat beliaulah kesenian ini masih bisa bertahan hidup di Indonesia. Selain itu berkat saung inilah kita bisa melawan negeri tetangga Malingsia yang berniat (atau bahkan sudah ya) mempatenkan angklung sebagai kesenian yang berasal dari Malingsia.
Apa saja yang terdapat di tempat ini? Begitu masuk ke dalam tempat ini, kita disambut sebuah ruangan yang berisi souvenir kerajinan tradisional sunda dan Indonesia. Ada topeng, wayang golek, topi blangkon, serta angklung itu sendiri. Ada juga jaket dan kaos khusus saung udjo. Puas melihat-lihat ruangan souvenir, kita bisa melanjutkan perjalanan ke ruangan lain. Kali ini kita bertemu dengan sebuah panggung yang mirip stadion. Bisa dilihat di gambar. Panggungnya berada di tengah dengan tempat duduk penonton berundak mengelilinginya.
Acara panggun seni dimulai dengan pertunjukan wayang golek. Eh, ternyata acara yang sering aku lewatin waktu ditayangin di tipi itu benar-benar menarik. Banyak penonton yang ketawa ngelihatnya. Terutama waktu si cepot beraksi. Wah seru banget deh pokoknya.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan kirab seorang anak kecil yang diangkat dengan tandu oleh beberapa orang dewasa. Dibelakangnya, mengekor berpuluh-puluh anak-anak kecil yang bermain-main dengan ceria. Ada yang main egrang, menari-nari hingga mainan angklung. Sempet ketawa waktu ada celetukan dari belakang, Lho-lho, anak kecilnya banyak banget. Anak siapa aja ya?
Suasana pun jadi lebih ceria, ketika anak kecil yang dikirab itu turun dari tandunya dan ikut berjoget-joget. Banyak yang gemes dengan tingkah laku anak kecil yang menurut perkiraan aku masih berusia sekitar 2 tahun itu. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha untuk mencolek dan mencubit saat anak kecil itu mendekat ke penonton.
Kemudian acara dilanjutkan dengan permainan angklung dari puluhan anak-anak didik junior saung angklung udjo. Usia mereka berkisar antara 2 hingga 10 tahun. Mereka memainkan medley lagu-lagu daerah nusantara mulai dari Bungong Joempa, Jali-jali, hingga Yamko rambek yamko. Kali ini bukan hanya decak kagum yang keluar dari mulut para penonton, tetapi ada juga yang aku liat sampai meneteskan air mata. Beberapa dari mereka terharu atas semua yang ditontonnya ini.
Puncak acara adalah saat semua penonton yang ada dipanggung dipinjami masing-masing satu angklung yang sudah ditempel angka yang menunjukkan tangga nada dari angklung tersebut. Disinilah untungnya datang rame-rame. Jika datang sendiri-sendiri dan suasana sepi, pasti permainan angklungnya tidak semeriah jika rame-rame.
Begitu penonton mendapatkan angklungnya masing-masing, suasana mendadak riuh. Semua memainkan angklungnya sesuka hati hingga bukan merdu yang terdengar, tapi kacau. Tapi suasana itu tidak bertahan lama. Begitu salah seorang putera dari almarhum Mang Udjo, pendiri Saung Angklung Udjo ini, datang, semuanya mendadak menghentikan goyangan tangannya pada si angklung. Sepatah dua patah kata beliau menyampaikan sambutan untuk kemudian dilanjutkan dengan cara memahami instruksi tangannya. Setelah paham kami semua dicoba dulu memainkan nada dasar do-re-mi-fa-sol-la-si-do. Setelah semuanya hafal instruksi tangannya, maka simfoni pun dimulai.
Lagu demi lagu kami mainkan, mulai dari lagu Indonesia seperti Lagu surgamu dari ungu, lilin kecilnya Chrisye hingga lagu-lagu internasional seperti I Have A Dream, Cant Help Falling in Love dan lain-lain. Kekuatan angklung benar-benar dahsyat. Dengan kesederhanaannya, dia bisa membentuk alunan simfoni yang sangat merdu. Simfoni yang bahkan bisa dimainkan oleh seseorang yang baru sekali itu memegang angklung.
Aku benar-benar larut dalam kebahagiaan dan terharu. Apalagi ketika sang dirigen berulang kali menyerukan kalimat, Kita harus menjaga angklung ini dari klaim negeri tetangga, Malaysia. Kita harus melestarikan kebudayaan kita ini dan membuktikan pada dunia bahwa Angklung is Indonesia.
Ya benar, kita harus menyelamatkan alat musik yang sederhana tapi hebat ini dari tangan orang lain. Kalau bukan kita sendiri, siapa lagi….
Acara ditutup dengan pertunjukkan orkestra Angklung oleh beberapa murid-murid saung Udjo yang sudah senior. Ternyata hanya dengan angklung, bisa dihasilkan melodi yang luar biasa indahnya. Gak kalah deh sama orkestranya Addie MS ataupun Dwiki Dharmawan. Ck ck… keren banget.
Mungkin itu dulu liputan dari Saung Angklung Udjo kali ini. Bagi pembaca yang mungkin lagi di kota Bandung atau berniat ke kota Bandung, sangat ku anjurkan untuk mengunjungi tempat ini. Berwisata, belajar, sekaligus memperkenalkan kepada generasi kita untuk mencintai dan melestarikan kesenian kita.
wisata alam bandung saung udjo ini memang rekomended, mantapp