Banyak orang bilang, adaptasi adalah kunci sukses dari sebuah perjalanan. Perjalanan disini tidak terbatas pada perjalanan traveling saja, tetapi juga perjalanan hidup, perjalanan karir dan perjalanan-perjalanan yang lain. Arti adaptasi bisa kita dapatkan dalam sebuah pepatah lama, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, yang artinya dimana kita berada, hendaknya kita menghormati dan menghargai akan budaya yang ada disana.
Dulu, saya mengira pepatah ini, hanya cocok ditujukan pada manusia. Namun, ternyata salah. Kalau digali lebih dalam lagi, pepatah ini memiliki sebuah pemahaman yang sangat luas. Rumah misalnya. Antara rumah yang dibangun di daerah rawan gempa dan yang tidak rawan gempa, pasti akan berbeda desainnya. Begitu juga dengan pakaian. Pakaian untuk negeri 4 musim dengan negeri 2 musim, pastinya juga akan berbeda. Pakaian yang digunakan warga di dataran rendah dan dataran tinggi juga pasti berbeda. Dan yang terbaru, saya menemukan arti adaptasi pada sebuah makanan.
Hari Jumat sore yang lalu, sengaja saya pulang dari kantor relatif tepat waktu. Sore itu tiba-tiba saya pengen makan ketoprak langganan saya yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari kantor. Sudah lama sekali saya tidak menikmatinya karena seringnya saya pulang malam, sehabis sholat maghrib. Alhasil ketopraknya sudah habis. Terakhir saya mampir sudah sekitar 5 bulan yang lalu.