Membaca Kisah Gelap dari Buku Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991

Hari ini, dengan susah payah, saya akhirnya berhasil menamatkan sekuel dari buku Dilan, Dia Adalah Dilanku tahun 1990 yg berjudul hampir mirip, Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1991. *Sigh* Sepertinya saya harus mengambil nafas panjang terlebih dulu sebelum menuliskan semua isi otak dan juga perasaan saya dalam review kali ini.

Oke. Saya siap.

Buku Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Buku Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991

Bagi para pecinta Dilan dan Milea yang sudah membaca buku Dilan yang pertama, ataupun yang sudah menonton filmnya, bersiaplah kecewa ketika membaca buku Dilan, Dia Adalah Dilanku 1991. Isi cerita dari lanjutan kisah asmara Dilan dan Milea karangan Pidi Baiq ini benar-benar sangat bertolak belakang dg buku pertamanya. Jika dibuku pertama, kita diajak untuk menikmati manisnya kisah cinta Dilan dan Milea, mulai dari awal perkenalan, dekat hingga akhirnya mereka resmi berpacaran, maka jangan harap kisah itu akan muncul di buku yang kedua. Kisah yang disajikan di buku yang kedua ini sangat gelap dan sukses membuat emosi pembacanya naik turun layaknya roller coaster. Dan tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah cerita ketika diakhiri dengan tidak bahagia.

Saya menganalogikan, jika perjalanan cerita Dilan dan Milea adalah saga Star Wars, maka kisah Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1991 ini, bisa disamakan dengan Star Wars Episode III, The Revenge Of The Sith, yang berakhir sangat memilukan. Entahlah, saya kok jadi khawatir ya, jika novel Dilan 1991 ini benar-benar di filmkan, saya menduga jumlah penontonnya tidak akan sebanyak film Dilan 1990. Mungkin hanya fans berat Dilan Milea saja yang bakal nonton. Itupun mungkin hanya nonton sekali saja, seperti saya yang hanya bersedia membacanya cukup sekali saja.

Saya sebenarnya enggan menulisnya. Tapi, saya paksakan. Meskipun selama menulis, cukup sering saya harus menghembuskan nafas panjang untuk menahan emosi. Saya hanya ingin menyampaikan review saya. Itu saja. Ah satu lagi, saya juga perlu mengucapkan terima kasih pada ayah Pidi Baiq yang sangat sukses membuat saya sampai menahan-nahan emosi. Ini adalah pencapaian luar biasa bagi penulis.

Kisah Dilan, Dia Adalah Dilanku tahun 1991, sebenarnya diawali dg manis, yaitu resminya Dilan dan Milea berpacaran. Mereka pun seolah-olah menjadi orang yang paling berbahagia di dunia saat itu. Setelahnya, banyak kejadian manis antara mereka berdua yang diceritakan sendiri oleh Milea. Namun, ternyata itu tidak lama. Bab di buku, baru menginjak angka 4 dari total 24 bab, ketika konflik mulai berdatangan. Saat itu Dilan dikeroyok oleh orang-orang tak dikenal yang membuat wajahnya lebam. Milea pun mulai merasa cemas. Sayangnya, Milea kemudian menyelesaikan kecemasannya dengan cara sering marah-marah pada Dilan. Milea pun mulai sering mengatur Dilan. Ketika Dilan tidak meladeninya, Milea mulai mengeluarkan ancaman-ancaman, mulai dari ancaman ringan hingga berat, Putus.

Kisah pun berlanjut dengan datangnya tokoh baru. Kalau kalian mungkin tidak suka dengan orang yang sangat menyebalkan seperti kang Adi, tokoh baru ini lebih menyebalkan lagi. Untungnya tokoh baru ini keluarnya ga terlalu lama, jadi untuk beberapa saat, suasana cerita menjadi sedikit sejuk. By the way, bagi kalian yang merupakan fans berat kang Adi, jangan khawatir, di buku ini juga diceritakan kok, meski hanya di beberapa bab awal.

Pengeroyokan Dilan ini ternyata berbuntut panjang. Karena rasa solidaritas, rekan-rekan Dilan di geng motor memutuskan untuk membalas. Apalagi mereka sudah mengetahui siapa gerangan yang menyerang Dilan saat itu. Dilan sendiri ikut dalam aksi tersebut. Milea yang tiba-tiba mendapatkan info ini, kemudian menyusul Dilan dengan tujuan menghalang-halangi. Sayangnya, Dilan tidak dapat dicegah malam itu. Namun, sebelum penyerangan dilakukan, nasib naas menimpa Dilan dan kawan-kawannya ketika polisi tiba-tiba datang. Dilan pun tertangkap. Lebih parah lagi, saat itu Dilan tengah membawa senjata tajam. Bisa dibayangkan sendiri, bagaimana perasaan Lia saat tahu Dilan ditangkap Polisi. Setelah diwarnai beberapa percekcokan, hubungan Dilan dan Milea akhirnya membaik kembali.

Di pertengahan buku, konflik mencapai titik kulminasinya, ketika Akew meninggal dunia karena dikeroyok orang yang belum dikenal. Disinilah titik balik hubungan Dilan dan Milea diawali. Kematian Akew membuat Milea makin cemas dengan geng motor Dilan. Milea takut Dilan menerima nasib seperti Akew. Milea pun mulai over protektif. Salah satunya mengatur dengan siapa saja Dilan boleh berteman. Lagi-lagi, Dilan bandel. Pada suatu hari, ketika Dilan tengah berkumpul di rumah salah satu kawannya di geng motor, Polisi datang. Mereka membawa Dilan dan kawannya ke kantor polisi sebagai saksi dari kematian Akew. Tapi ini ditanggapi lain oleh Ayah Dilan, yang justru mengusirnya dari rumah selama seminggu karena sangkaan beliau, Dilan itu ditangkap, bukan sebagai saksi.

Dalam masa pengusirannya, Milea tiba-tiba datang dan kemudian menyatakan bahwa hubungan mereka sudah berakhir. Milea sendiri sebenarnya tidak berkata yang sesungguhnya, namun Dilan menanggapinya dengan sangat serius. Milea sebenarnya masih berharap dirinya dan Dilan bisa bersama kembali, namun itu semua tidak terjadi. Ah, saya jadi teringat kalimat Dilan di buku pertama, “Milea, jika ada orang yang menyakitimu, maka orang itu akan hilang”. Saya pun menduga Dilan berpendapat, jika ternyata orang yang menyakiti Milea adalah Dilan sendiri, maka Dilan bersedia untuk menghilang dalam kehidupan Milea.

Setelah kejadian putus, semua kisah yang terjadi adalah prasangka, prasangka dan prasangka. Dan dari prasangka tersebut tumbuh berbagai macam salah pahan, yang pada akhirnya membuat mereka menjauh dan semakin jauh. Lulus SMA, Milea meninggalkan Bandung, untuk melanjutkan studinya di Universitas Indonesia, Jakarta. Dilan sendiri dikisahkan berkuliah di salah satu PTN di Bandung. Mereka pun makin jauh. Milea sendiri berusaha keras untuk melupakan Dilan, meski dia tahu itu adalah sebuah usaha yang sia-sia. Dan semuanya terasa makin jauh ketika Milea kehilangan kontak Dilan karena bunda sekeluarga pindah rumah. Hingga akhirnya Milea bertemu mas Herdi yang kemudian menjadi suaminya, dan ini menjadi penutup kisah buku Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1991.

Di akhir cerita, beberapa kutipan pendek Milea menjadi sebuah penutup yang menggetarkan dan penuh kerinduan.


Dilan, kalau aku dulu berkata bahwa aku mencintai dirimu, maka kukira itu adalah sebuah pernyataan yang sudah cukup lengkap dan berlaku tidak hanya sampai di hasi itu, melainkan juga di hari ini, dan untuk selama-lamanya. Karena, sekarang aku mungkin bukan aku yang dulu, waktu membawa aku pergi, tetapi perasaan tetap sama, bersifat menjalar, hingga ke depan.


Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu


Dilan, terima kasih, kau pernah mau kepadaku. Dan kini, biarkan aku, kalau selalu ingin tahu kabarmu


Aku rindu! Kau harus tahu itu selalu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *