Hari ini, dengan susah payah, saya akhirnya berhasil menamatkan sekuel dari buku Dilan, Dia Adalah Dilanku tahun 1990 yg berjudul hampir mirip, Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1991. *Sigh* Sepertinya saya harus mengambil nafas panjang terlebih dulu sebelum menuliskan semua isi otak dan juga perasaan saya dalam review kali ini.
Oke. Saya siap.
Bagi para pecinta Dilan dan Milea yang sudah membaca buku Dilan yang pertama, ataupun yang sudah menonton filmnya, bersiaplah kecewa ketika membaca buku Dilan, Dia Adalah Dilanku 1991. Isi cerita dari lanjutan kisah asmara Dilan dan Milea karangan Pidi Baiq ini benar-benar sangat bertolak belakang dg buku pertamanya. Jika dibuku pertama, kita diajak untuk menikmati manisnya kisah cinta Dilan dan Milea, mulai dari awal perkenalan, dekat hingga akhirnya mereka resmi berpacaran, maka jangan harap kisah itu akan muncul di buku yang kedua. Kisah yang disajikan di buku yang kedua ini sangat gelap dan sukses membuat emosi pembacanya naik turun layaknya roller coaster. Dan tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah cerita ketika diakhiri dengan tidak bahagia.