Mungkin tempat ini adalah tempat dengan aroma bau durian terkuat yang pernah saya singgahi. Begitu mobil yang saya tumpangi berhenti dan pintu mobil saya buka, seketika itu pula, aroma buah khas tropis ini langsung memenuhi atmosfer. Bagi yang tidak tahan akan bau durian, disarankan jangan mendekat ke area ini, karena dijamin anda akan pusing tujuh keliling.
Dari tempat mobil terparkir, saya harus berjalan sejauh sekitar 15 meter menuju sumber aroma, yakni sebuah bangunan kedai, bercat dominan warna kuning. Semakin mendekati kedai, aroma durian terasa semakin kuat. Dan bagi penggemar durian seperti saya, aroma yang semakin kuat tersebut semakin meningkatkan hasrat untuk segera mengkonsumsi si raja buah. Yak, selamat datang di durian Ucok, Medan.
Ini adalah kunjungan pertama kali saya ke kedai durian Ucok, meski sudah belasan kali saya mengunjungi kota Medan sejak kedatangan saya pertama kali, di sekitar penghujung tahun 2011. Kedai ini sangat terkenal di seantero kota Medan dan menjadi salah satu tujuan wisata kuliner bagi para wisatawan di kota Medan.
Malam hari ini, saat saya berkunjung ke sana, suasana kedai sangat ramai. Jalanan di sepanjang kedai sudah penuh dengan mobil yang tengah parkir. Karena itu pulalah, mobil yang saya tumpangi harus parkir agak jauh dari lokasi, karena lokasi parkir terdekat sudah penuh.
Memasuki kedai, saya yang saat itu berkunjung dengan enam orang kolega langsung diantar seorang abang pelayan menuju sebuah kursi yang masih kosong. Masih dengan sebuah pisau tergenggam di tangan, sang abang pun bertanya, mau pesan durian berapa buah? Setelah menyebut jumlah dan tipe durian yang diminta, sang abang pun pergi. Tak lama kemudian, dia sudah datang kembali lengkap dengan jumlah buah durian yang dipesan. Dengan cekatan, dia membelah durian-durian itu dengan pisau yang sedari tadi digenggamnya. Silakan dicicipi dulu, kalau memang rasanya tidak pas, boleh tukar, gratis, ujarnya. Kami pun kemudian mencicipi beberapa butir dan kemudian mengacungkan jempol ke sang abang, tanda buah duriannya sudah oke. Konon itu adalah salah satu standard pelayanan di Durian Ucok.
Jika tengah musim durian, seperti bulan Januari saat kami berkunjung kesana, mendapatkan buah durian dengan kualitas baik bukan merupakan pekerjaan sulit. Tetapi jika lagi tidak musim, maka mencari durian yang rasanya pas akan sangat sulit. Jika memang lagi tidak musim, dan buah yang dia dapat kualitasnya jelek, konon Bang Ucok, si pemilik kedai, memilih untuk tidak berjualan karena takut mengecewakan pelanggannya.
Awalnya dulu, seluruh durian yang akan disajikan ke pelanggan, harus melewati validasi dari Bang Ucok terlebih dahulu sebelum disampaikan. Dengan mengandalkan indera penciumannya yang tajam serta instingnya sebagai expert durian, bang Ucok dengan mudah bisa membedakan mana durian yang baik ataupun yang buruk. Tapi saat ini, sepertinya sudah banyak ahli durian lain, hasil dari didikan Bang Ucok plus tempaan pengalaman selama bekerja, sehingga proses validasi saat ini sudah tidak wajib melewati bang Ucok.
Bagi saya, kunjungan ke kedai durian Ucok tidak hanya sekedar menikmati durian, tetapi juga belajar apa itu artinya kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Dari empat buah durian yang disajikan di meja kami, semuanya sempurna. Tidak ada cacat sedikit pun. Kami pun sangat puas. Dengan rasa yang puas, harga 50ribu per buah durian menjadi sebuah harga yang sangat pantas. Jika saya memperhatikan seluruh pelanggan yang datang ke durian Ucok malam itu, semuanya memiliki gaya yang sama. Datang, duduk, memesan durian, makan dan kemudian membayar. Tidak ada yang menanyakan harga di awal ataupun tawar menawar, karena semuanya paham dan percaya, mereka akan mendapatkan durian terbaik dengan harga yang pantas.
Sebelum pulang, ternyata kami beruntung bertemu bang Ucok yang tengah sibuk memilah-milah buah durian. Di tengah kesibukannya itu, dengan ramah, beliau mau menerima ajakan kami untuk berfoto bersama. Bahkan ketika kami masih bingung harus berpose apa, sang abang dengan asyiknya langsung merangkul pundak saya sambil mengacungkan jempol. Tampaknya bang Ucok sudah sangat berpengalaman diajakin berfoto bersama.
Kami pun kembali ke penginapan dengan perasaan yang sangat bahagia. Namun, diantara kebahagiaan itu juga terselip ketakutan, karena sudah bisa dipastikan, kadar kolesterol saya akan meningkat malam itu, he he he.