————
“Jika Inggris punya Stonehenge, Indonesia punya gugusan bebatuan Belitung”
————
Mungkin tidak ada pantai di dunia ini yang memiliki keunikan seperti pantai yang sempat kukunjungi sekitar sebulan yang lalu, di hari minggu, di akhir agustus 2014. Jika biasanya, pantai yang eksotis itu identik dengan kombinasi air laut yang jernih dan berwarna hijau toska, garis pantai yang panjang serta pasir pantai yang putih dan lembut, maka untuk pantai yang satu ini berarti statusnya adalah eksotis plus, karena selain memiliki syarat tiga hal yang sudah disebutkan diatas, pantai di sebuah pulau yang terletak di utara laut jawa ini juga dihiasi oleh gugusan bebatuan hitam yang ukurannya super jumbo. Itulah kiranya anugerah yang diberikan oleh Allah kepada pulau Belitung, selain timah tentunya yang sejak dulu menjadi komoditas utama pulau.
Hari itu adalah kali pertama aku melangkahkan kaki di pulau yang sekarang dikenal sebagai Pulau Laskar Pelangi itu. Dan seketika itu aku langsung jatuh hati pada kemolekan pantai-pantainya.
Ada sebuah pertanyaan terukir dalam hati tatkala memandang batu yang sangat besar berdiri dengan tegak di Pantai Tanjung Tinggi atau yang dikenal sebagai Pantai Laskar Pelangi, karena merupakan lokasi shooting dari film Laskar Pelangi. Darimana batu-batu ini berasal ya? Ketika aku mencoba menyampaikan pertanyaan ini kepada Pak Ahad, sopir yang menemaniku berkeliling Belitung, beliau hanya menjawab, Saya tidak tahu, Pak. Yang pasti sejak saya lahir, ya sudah seperti ini pak
Ada beberapa teori yang menerangkan asal dari bebatuan di pulau Belitung ini. Dua diantaranya yang kutahu adalah batuan tersebut berasal dari lontaran material yang berasal dari aktifitas vulkasnis gunung krakatau yang meletus lebih dari seabad yang lalu. Sedangkan teori satunya menerangkan bahwa bebatuan ini berasal dari meteor yang terjatuh ke bumi beberapa abad lampau.
Penjelajahan pulau Belitung pun dilanjutkan dengan hoping islands yang mengambil start di Pantai Kelayang, yang lokasinya tak jauh dari Pantai Tanjung Tinggi.
Diatas sebuah kapal sewaaan seharga 400ribu yang menderu dengan kecepatan sedang menjelajahi kawasan laut di utara pulau Belitung itu, aku menyaksikan banyak sekali keajaiban yang dibangun oleh gugusan bebatuan itu. Ada sebuah formasi batuan yang membentuk seperti kepala burung, sehingga orang pun akhirnya menyebutnya pulau burung.
Ada lagi sebuah pulau kecil, dengan dua buah batu besar berdiri tegak di tengahnya. Dari jauh formasi bebatuan itu tampak seperti sebuah kapal layar dengan dua batu tersebut menjadi tiangnya, hingga orang pun akhirnya menjulukinya Pulau Batu Berlayar.
Di suatu titik di tengah laut, tiba-tiba aku melihat sesuatu yang ganjil. Ada riak-riak ombak kecil yang menari-nari di tengah laut seolah-olah mereka sedang berada di sebuah pantai. Aku meminta nahkoda kapal untuk mendekat perlahan-lahan. Aha, ternyata itu adalah pulau gosong, yaitu sebuah pulau kecil yang hanya terdiri dari pasir tanpa satu tumbuhan pun maupun bebatuan diatasnya. Sayang sekali, waktu itu laut masih pasang, sehingga pulau gosong-nya masih tertutup sedikit air laut. Aku pun tidak sempat menjejakkan kakiku di sana.
Dalam perjalanan hoping islands, sepanjang mata memandang, air laut tampak jernih dan berwarna hijau toska. Gelombang laut pun nyaris tak ada, hanya riak-riak kecil, sehingga perjalanan terasa cukup nyaman.
Perjalanan menjelajahi perairan belitung akhirnya berujung di atas sebuah menara mercusuar peninggalan Belanda yang terletak di Pulau Lengkuas yang merupakan pulau terluar di kawasan utara belitung. Dari papan informasi yang terpasang di atas pintu masuk, menara yang seluruh tubuhnya terbuat dari baja ini dibuat sekitar tahun 1882.
Dengan dibekali sebotol minuman yang bisa dibeli di sekitar kaki menara, segenggam mental dan ribuan sengalan nafas, aku pun menapaki satu demi satu anak tangga demi mencapai puncak menara. Total ada 18 lantai di mercusuar ini, dengan ketinggian menara sekitar 70 m.
Setelah berjuang sekitar 15 menitan, sampailah aku di puncak menara suar dengan nafas yang tak teratur dan wajah yang memerah. Tapi, lelah, penat, seketika hilang begitu melihat suguhan pemandangan dari balik menara. Subhanallah. Kali ini, aku kehabisan kata-kata dan tidak sanggup untuk menggambarkan keindahan itu, biarlah foto-foto yang berbicara.
Yang pasti, panorama masih tetap didominasi oleh formasi bebatuan yang cantik yang meskipun tampak tidak teratur, memiliki cita rasa seni yang tak terkirakan. Ajaibnya, formasi yang terbentuk oleh bebatuan itu dibuat secara alami tanpa campur tangan manusia. Aku jadi teringat akan situs stonehenge di Inggris yang masuk dalam daftar situs warisan dunia atau world heritage site. Harusnya formasi bebatuan di pulau ini juga layak diganjar sebagai salah satu situs warisan dunia dari Indonesia.
Aku berdiam diri diatas menara selama 20 menit. Selama itu, aku biarkan hembusan angin laut yang cukup kencang menerpa wajahku dan mengacak-acak rambutku. Aku bebaskan diriku dari kengerian akan ketinggian yang menyergapku. Aku lepaskan butiran-butiran air mataku yang tak sadar meleleh menyaksikan keindahan mahakarya Allah itu.
Setelah 20 menit berlalu, aku pun turun. Perjalanan turun begitu cepat, hanya memakan waktu 5 menit saja. Sebelum meninggalkan pulau lengkuas, aku menatap sekali lagi bangunan putih nan tinggi itu dan semua yang terhampar disekitarnya. Kelak aku akan kembali lagi kemari, berbagi keindahan itu bersama istri, adik-adikku dan juga anak-anaku. Insya Allah.
Catatan:
Cara terbaik menjelajahi Belitung adalah dengan menyewa mobil karena tidak ada angkutan umum di sana. Harga sewa berkisar antara 350 ribu (lepas kunci) atau 450 ribut jika dengan driver.
Untuk hoping islands hingga ke mercusuar di pulau lengkuas, bisa menyewa kapal dari pantai tanjung kelayang. Harga sewanya sekitar 400 500 ribu tergantung kepandaian negosiasi dan besarnya kapal. Harga ini belum termasuk gear untuk snorkeling atau diving. Pagi adalah waktu terbaik untuk hoping island, karena laut masih cukup tenang dan gelombang laut belum terlalu tinggi.
Tempat yang wajib dikunjungi jika ke Belitung adalah Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, SD Muhammadiyah Gantong, Pantai Burung Mandi Manggar, dan museum kata Andrea Hirata. Aku sendiri baru mengunjungi dua dari 5 tempat itu yakni Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Kelayang.
makasih banget infonya .benar benar indah sekali pemandangannya . .
Jadi kepingin keliling kesana.. Indahnya lebih
sungguh indah ciptaan Tuhan…..
terima kasih atas bahasan’ya walaupun saya belum pernak kesanan tapi serasa sudah ada di sana sangat indah
waktu aku ke belitung, menara nya lagi ditutup renovasi jadi ga naik ke atas nya
Sebenarnya pertama kali melihat foto-foto batuan di Belitung, malah ingetnya Seychelles loh. Cantik 🙂
Wah, Seychelles ya. Hmm, jadi pengen browsing2 tentang Seychelles nih. Nice info mbak 🙂