Rajutan Mimpi bernama Belitung

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

————

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”

— Andrea Hirata —

————

Enam tahun lalu, simpul-simpul mimpi itu mulai terajut perlahan demi perlahan. Semua berawal dari sepasang bola mataku yang mengirimkan rekaman demi rekaman adegan yang tersaji dihadapanku ke otakku. Oleh pusat pengendali sarafku, rajutan mimpi yang belum sempurna itu disimpan dengan nama file Belitung di salah satu relung otakku.

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Enam tahun lalu. Ketika itu aku terduduk nyaman di sebuah sofa empuk berwarna merah, di ruangan besar yang temaram dan dingin. Ada puluhan lampu terpasang di atap ruangan, tapi hanya sebagian kecil saja yang dinyalakan. Dihadapanku, terhampar layar putih yang cukup lebar, hingga hampir menutupi satu sisi dinding.

Enam tahun lalu, sebuah lakon diputar di atas permukaan kain yang terbentang itu. Adegan dimulai dengan menampilkan seseorang berusia sekitar 30 tahunan yang tengah menumpang sebuah bus. Pandangannya terlempar ke arah panorama semak belukar kering yang tumbuh liar di tepi jalanan.

Read more