Haidi, sang Maestro Biola Banyuwangi

Pertunjukan Barong baru saja selesai dipentaskan. Sanggar Genjah Arum yang sebelumnya riuh dengan berbagai macam suara serta kilatan lampu flash dari kamera, menjadi sedikit tenang kembali. Para pemain Barong tengah beristirahat sejenak, bersiap untuk pertunjukan selanjutnya. Sedangkan para penonton kembali ke rutinitas semula. Ada yang meneruskan membuat artikel di Laptop, makan aneka gorengan yang sudah disediakan Sanggar, bermain ponsel ataupun melanjutkan diskusi tentang kopi bersama Pak Iwan.

Mas Haidi dengan Biolanya
Mas Haidi dengan Biolanya

Aku sendiri masih terpaku di tempatku berdiri menyaksikan tari Barong tadi. Masih terngiang di kepalaku ternyata Tidak hanya Bali saja yang punya Barong, Banyuwangi juga.

Tiba-tiba, dari keheningan itu, menyeruak sebuah melodi yang menggetarkan gendang telingaku. Alunan nada yang sangat merdu dan syahdu. Untaian suara yang sangat khas dari sebuah alat musik gesek yang biasa dimainkan Henri Lamiri ataupun Sharon The Corrs. Biola. Yak itu tadi adalah suara Biola.

Bola mataku langsung bergerak, mencari dari mana sumber suara berasal. Dan, aku mendapatkannya.

Pemain biola itu tengah duduk di atas sebuah bangku. Seorang pria berpakaian hitam dengan tubuh yang cukup subur. Matanya terpejam sambil sesekali terbuka. Tampak dia sangat menikmati alunan musik yang tengah dimainkannya. Wajahnya, ah, aku sepertinya mengenalnya. Tapi aku kurang yakin, karena dia menunduk, sehingga wajahnya kurang begitu terlihat.

Begitu pria itu telah menyelesaikan satu lagu, aku langsung mendatanginya.

“Lho, mas Haidi ya. Yang tadi ada di workshop mengolah kopi tadi kan?” ujarku.

“Iya mas,” ujar Pria itu tersenyum.

“Yang tadi ngajari cara menyangrai, menumbuk, hingga menyeduh kopi itu kan?” tanyaku lagi.

“Iya mas.”

“Wah, selain jago mengolah kopi, pandai main biola juga ya ternyata.”

“He he, kebetulan saja itu mas.”

“Ha ha ha, ini bukan kebetulan mas, tapi keren mas. Lagunya barusan asyik mas.”

Sungguh, sangat beruntung aku bisa berkunjung ke Desa Kemiren, Banyuwangi ini. Disini aku bertemu dengan orang-orang hebat yang mempunyai idealisme. Setelah tadi berkenalan dengan ahli kopi bernama Iwan, sekarang aku bertemu dengan Haidi bing Slamet, 32 tahun, maestro biola dari Dusun Krajan, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.

Mas Haidi
Mas Haidi

Permainan biola Mas Haidi ini biasanya dipergunakan untuk mengiringi tarian Gandrung Banyuwangi ataupun tari Barong yang baru saja kusaksikan ini.

Dari kemampuannya bermain biola, Mas Haidi tidak hanya pernah tampil di tingkat lokal kabupaten atau nasional saja, tetapi dia pernah berkesempatan untuk menunjukkan kebolehannya di dunia internasional, yakni di benua biru Eropa tahun 2010 yang lalu. Tepatnya di Prancis selama sekitar 16 hari. Selama lebih dari dua minggu di negeri asal Pemain Sepakbola Zinedine Zidane itu, dia bersama tim berkunjung ke 5 kota, diantaranya Paris, Lyon dan Marseille untuk mempromosikan kesenian Banyuwangi ke dunia internasional.

Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa berkunjung ke Eropa mas, ujarnya dengan penuh bahagia.

Selain kemampuan memainkan alat musik, Mas Haidi ternyata juga punya kemampuan lain yang tergolong istimewa, yakni membuat biola. Hebatnya lagi, dia belajar cara membuat biola tersebut secara otodidak tanpa seorang guru.

Biola-biola ini dibuat berdasarkan pesanan, terutama bagi mereka yang sudah pernah menginjakkan kaki di Desa Kemiren. Kebanyakan memang dibuat untuk pajangan, meski tidak sedikit pula yang memang membeli untuk memainkannya. Dalam sebulan Mas Haidi bisa mengerjakan 5 hingga 6 buah biola. Meski dikerjakan dengan menggunakan manual alias handmade, Mas Haidi berani menjamin, kualitas biola buatannya tidak kalah dengan biola buatan pabrik.

“Harga satu buah biola berapa mas?”

“Ya bervariasi mas, tergantung bahan dan tingkat kerumitannya. Ya antara 600 ribu hingga 3 jutaan.”

“Tiga juta mas. Wow,” ujarku terbelalak.

“Iya mas, waktu itu yang pesan turis Perancis yang datang ke sini mas.”

“Wah, sudah menembus pasar Eropa ya mas. Kereeennn.”

“Alhamdulillah mas. Masih merintis. Doakan ya.”

Dengan kemampuan seninya yang sangat mumpuni tak heran jika di dalam komunitas Pathok (Paguyuban Tholik Kemiren), Mas Haidi didapuk jadi ketua bidang kesenian. Jadi, tidak salah juga kan jika aku menyebutnya seorang Maestro?

Berbicang-bincang dengan Mas Haidi sungguh telah memberikan inspirasi tersendiri bagiku. Keinginannya untuk mempertahankan dan melestarikan seni budaya daerah asalnya patut dicontoh oleh generasi-generasi muda yang saat ini lebih banyak meniru kebudayaan asing. Selain demi keberlangsungan seni budaya itu sendiri, banyak fakta yang menunjukkan bahwa kesenian adalah salah satu jalan yang bisa membawa kita berkeliling dunia gratis, selain menjadi diplomat, politikus atau mendapatkan beasiswa pendidikan.

Lalu keuletan, ketekunan dan kerja kerasnya dalam belajar dan berkarya, meskipun tiada guru yang mendampingi sungguh membuatku seperti tertampar. Terkadang kita yang hidup di kota, yang bergelimpangan materi dan kesempatan, cenderung menyia-nyiakan itu semua dan hanya menjadi pemalas dan penikmat saja. Uang ada, guru bertebaran dimana-mana, informasi tinggak klak klik saja, fasilitas serba ada. Sedangkan yang hidup di desa, yang semuanya serba terbatas, mampu mengatasi keterbatasan itu dan mengeluarkan kemampuannya hingga maksimal.

Bagi yang berminat dengan biola Mas Haidi, bisa kontak langsung beliau di 082301003977 atau di 085746132744

Memang benar apa yang pernah dikatakan seorang ilmuwan besar, Thomas Alva Edison, bahwa dalam sebuah keberhasilan, bakat hanya punya peranan 1 persen saja, sisanya adalah kerja keras. Dan hari ini aku belajar akan sebuah ketekunan dan kerja keras dari sosok bernama Haidi Bing Slamet.

8 thoughts on “Haidi, sang Maestro Biola Banyuwangi

  • 20/01/2014 at 20:40
    Permalink

    waah… salut untuk Mas Heidi ya… Eh, ikat kepala si mas cakep deh… batik banyuwangi kah? *motahuajaaa…

    Reply
  • 22/01/2014 at 16:26
    Permalink

    aku bacanya serius loh, cuman ga tahan ngakak pas baca tulisan “cukup subur” bwahahahaaa

    “Dasar… :D”

    Reply
  • 04/03/2014 at 08:09
    Permalink

    Wiiiih, orang-orang yang punya berbakat, pekerja keras dan menyenangkan ternyata ada dimana saja ya, Sur…
    Saya bisa ngebayangin gimana semangatnya Surya waktu bikin posting ini.
    Keren pol lah pokokya!

    “Iya mbak, dan mereka adalah guru sekaligus inspirasi buat kita”

    Reply
  • 19/04/2014 at 13:43
    Permalink

    Mantap, terinspirasi untuk mengajak anak2 belajar musik biola, kalau ada no telp, boleh minta dong…mau pesen.

    “Saya coba tanyakan ke pihak sunrise of java, nanti akan saya kontak via email ya. Terima kasih”

    Reply
  • 28/04/2014 at 14:56
    Permalink

    Keren….boleh saya minta Alamat, no telp ?….tertarik pesen juga.terima kasih sebelumnya.

    “Saya kirim Japri ya”

    Reply
  • 07/05/2014 at 23:38
    Permalink

    Gan,mau pesen gmn?minta nomer hp si pembuat dong.makasih:)

    Nomor Mas Haidi ada di 082301003977 atau di 085746132744

    Reply
  • 30/11/2014 at 19:52
    Permalink

    Gan, bisa minta alamat lengkap dan nomer Hp Galerinya pak Haidi Bing Slamet? dan apa beliau hanya membuat biola merdasarkan pesanan atau ada stok yang bisa langsung saya beli?

    “Di artikel sudah ada nomor kontaknya mas Haidi. Terima Kasih”

    Reply

Leave a Reply to Susanto Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *