Perjalanan kami telah memasuki kota Temanggung setelah lepas dari Magelang. Dua buah gunung langsung menyambut kedatangan kami dengan kegagahan dan keelokannya. Sindoro Sumbing, nama dua buah gunung tersebut.
Setelah menderu dengan cukup santai, karena jalananan yang relatif datar serta macet di kota Magelang, kami memasuki kembali trek yang berkelok-kelok.
Kami beruntung kabut tidak terlalu pekat di kota Temanggung saat itu. Dari dalam kaca mobil kami bisa melihat bagaimana wujud dari Sang Gunung yang tinggi menjulang di tengah langit yang membiru dengan gumpalan kapas memenuhi bagian puncaknya. Di kaki gunung, tampak hamparan hijau bagaikan untaian permadani zamrud. Di antara hijaunya pepohonan terlihat rumah-rumah penduduk yang berdiri berhimpitan.
Ingin rasanya aku meminta mobil berhenti sejenak untuk memberikanku kesempatan untuk memotret, tapi itu tidak mungkin, karena jalanan yang kami lewati berkelok-kelok dan tidak terlalu lebar, sehingga jika kami berhenti, maka itu akan membuat kemacetan, serta membahayakan kami sendiri maupun pemakai jalan yang lain. Jadi aku puas-puaskan mataku untuk merekam keindahannya.
Jalan raya Temanggung – Wonosobo arah Purwokerto ini cukup ramai dengan kendaraan, berbeda dengan jalanan di daerah Selo dan Ketep yang sepi. Ini disebabkan jalan raya ini adalah jalan utama transportasi Semarang Purwokerto via Temanggung. Beberapa kali kami berpapasan dengan bus antar kota Semarang Purwokerto.
Sampai pada akhirnya, kami berhasil menemukan area yang cukup lapang untuk memarkir mobil sejenak di pinggir jalan. Turun dari mobil, kameraku langsung beraksi mengabadikan pemandangan yang terhampar di sepasang mataku ini. Sesaat aku seperti merasa bahwa aku tidak berada di Indonesia. Sungguh. Bagiku apa yang sekarang kusaksikan saat itu seperti foto-foto negara di Eropa sana, khususnya Swiss, yang pernah kulihat di internet. Jika Bandung mendapat julukan Paris Van Java, aku berikan julukan ke daerah Temanggung Wonosobo ini dengan sebutan Switzerland van Java, meski mungkin tidak ada salju di Temanggung maupun Wonosobo. Coba perhatikan dua gambar dibawah ini.
Foto Swiss credit by Wallcoo.net
Bagaimana pendapat anda? Layakkah kuberi julukan Switzerland Van Java
Disinilah aku menyadari, betapa sangat sangat cantiknya negeri ini. Sayang sekali, aku seperti terlambat menyadarinya. Jadi memahami, apa yang dirasakan dan hendak dicari rekan-rekan pecinta Alam yang giat sekali mendaki gunung selain kepuasan batin bisa menaklukan puncak gunung. Tentu saja mereguk kedamaian dan keindahan alam nusantara.
Perjalanan berlanjut ke kota Wonosobo. Disini kabut mulai turun kembali. Sindoro dan Sumbing mulai hilang tertelan kabut. Di kabupaten Wonosobo inilah, objek wisata Dieng Plateau berada. Tapi karena keterbatasan waktu, kami tidak singgah di Dieng.
Memasuki Wonosobo, perut kami berenam mulai merasa kelaparan kembali, he he he, terutama ketika Hikma mulai sering membahas tentang tempe mendoan. Jadinya kami pun singgah sejenak di sebuah kedai berbentuk Joglo di sekitar Wonosobo.
Namun sayang sekali, sore itu menu tempe mendoan tidak tersedia karena tempenya sudah habis siang tadi. Yang tersisa tinggal tahu mendoan, tahu goreng dan pisang goreng. Sedikit rasa penyesalan terselip dalam hati. Yap, kerinduan lidah akan tempe mendoan musti ditunda dulu hingga sampai di Purwokerto nanti.
Tapi, ketika lembutnya tahu mendoan menyentuh pori-pori lidahku, hilang penyesalan yang tadi sempat muncul. Ugghh, maknyus pemirsa. Apalagi ketika sesapan teh poci hangat masuk ke relung-relung mulutku, sensasinya sungguh luar biasa. Di tengah sore hari yang sejuk dan dingin, hangatnya tahu dan teh tadi seperti telah me-re-charge kembali energi kami berenam yang sudah mulai lelah setelah menempuh lebih dari 12 jam perjalanan. Dan kami pun siap untuk kembali menempuh sekitar lima sampai enam jam sisa perjalanan menuju kota Purwokerto.
Di wonosobo dinginnya ugal2an, emang kyk di swiss (kyk pernah kesono aje) hahahaaa
“Ya kalau belum pernah kesono, yang tiruannya juga gpp Mil :D”
Akhirnya saya membaca lagi tulisan eks wartawan JP hehehe. Tulisannya tetap menarik seperti dulu 🙂 Dan saya setuju Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang menarik dan tidak kalah dibandingkan obyek wisata luar negeri.
“Thanks ya Pus, sudah mampir :)”
Weeeittts…saya belum pernah nyobain tahu mendoan, Surya…kayaknya ok juga tuh buat camilan sore-sore… 😀
Oyaaa, kanapa sambelnya merah ya, padahal setahu saya, sambel mendoan itu kan kecap manis yang diirisin cabe rawit tipis…duh, jadi detail deh komennya!
“Saya juga baru nyobak kemarin itu mbak… Maknyus tenan lho :)”
Trima kasih sudah berbagi cerita perjalanan ini, Suryaaa…seneng ngebacanya, saya juga jadi terinspirasi buat jalan-jalan ke daerah-daerah yang Surya sebutkan ini, terutama buat nyobain soto kuali dan tahu mendoan itu tadi…hehehehe 😀
“Saya aja pengen mengulanginya mbak… Asyik memang.. Indonesia memang indah :)”
Menyenangkan nih jalan-jalan ke Wonosobo.