Lok Baintan, The Greatest Floating Market

Setelah sehari sebelumnya, aku mengunjungi Pasar Terapung di Muara Kuin, kota Banjarmasin, Hari itu aku dan teman-teman mengunjungi satu lagi pasar terapung yang berada di propinsi Kalimantan Selatan. Namanya Pasar Terapung Lok Baintan. Terletak di aliran Sungai Tabuk, pasar terapung ini berjarak sekitar satu jam lima belas menit perjalanan dari kota Banjarmasin. Untuk menuju pasar terapung ini dari kota Banjarmasin, kita bisa menggunakan kelotok, dengan menyusuri sungai ataupun dengan mobil. Kalau berkunjung kesana pagi itu, kami lewat jalur darat.

Kunjungan sehari sebelumnya ke Pasar Muara Kuin membuatku tidak berekspektasi terlalu banyak pada Lok Baintan. Bayangan tentang riuhnya pasar terapung dengan ratusan jukung, ibu-ibu pedagang yang bertopi lebar lengkap dengan aneka macam hasil bumi, yang pernah ku lihat di beberapa foto ku hapus jauh-jauh dari pikiranku. Bukannya meremehkan sebenarnya, tetapi mencoba berdamai dengan hati. Aku takut kecewa, seperti yang telah kualami kemarin. Tapi, begitu mobil yang kutumpangi sampai di desa Lok Baintan, aku melihat sebuah pemandangan yang berbeda dari kemarin. Bagiku, ini sangat spektakuler. Yap, dan akhirnya terobati juga kekecewaanku.

Aku dan rombongan berangkat dari hotel sekitar jam 6 pagi. Lebih siang dari hari kemarin, saat akan berkunjung ke Pasar Muara Kuin. Dan ini sebenarnya adalah sebuah kesalahan. Dengan lokasi pasar yang semakin jauh, harusnya kami berangkat lebih pagi, bukan lebih siang. Sempat pesimis bahwa kami bakal ketinggalan pasar, karena konon, kata Pak Dani, driver kami, jam operasional pasar maksimal sekitar jam 9. Tapi biasanya jam 8an, pasar sudah mulai sepi.

Jalanan menuju Desa Lok Baintan tidak terlalu mulus. 2 km terakhir menuju area pasar adalah saat-saat terberat bagi sang mobil yang ku tumpangi. Jalanan berbatu dengan beberapa kali melewati jembatan kayu membuatnya harus mengerahkan kemampuan terbaiknya. Perutku pun dibuat agak mual karena di kocok terus-terusan. Aku pun hanya bisa berharap, semoga hal ini tidak mengganggu puasaku. Kami pun sempat berpikir apakah kami tidak salah jalan? Tapi Pak Dani sudah memastikan bahwa kami tidak salah jalan dengan bertanya kepada warga desa yang tengah berpapasan. Konon sebenarnya cara paling asyik menuju Lok Baintan adalah menggunakan kelotok karena kita bisa melihat episode pagi dari sebuah daerah yang terkenal dengan nama negeri seribu sungai ini.

Tapi semua susah payah itu terbayar begitu sampai di Desa Lok Baintan. Sebuah pemandangan yang luar biasa indah tersaji di depanku, sebuah pasar terapung yang sangat riuh. Sungguh keren. Alhamdulillah, kami tidak ketinggalan suasana pasarnya. Empat abad yang lalu mereka memulai cara ini, dan sampai sekarang masih digunakan. Luar biasa. Tanpa menunggu lama, aku pun langsung mengeluarkan kamera.

Lagi-lagi dalam rangka melestarikan keberadaan pasar terapung, aku dan rombongan menyempatkan diri untuk berbelanja. Tapi yang sempat bikin kaget, disini ternyata kita tidak bisa membeli secara satuan, tetapi harus sekeranjang. Entahlah, itu aturan disini atau enggak, tapi yang jelas, dua kali kami bernegosiasi dengan pedagang, mereka mintanya belinya sekeranjang. Ya sudah, karena kami memang berbanyak orang, kami pun beli sekeranjang. Kami membeli buah mentega. Aku juga baru dengar ada buah mentega.

Selain ramai oleh jukung pedagang dan pembeli, sungai tabuk diramaikan pula oleh kelotok-kelotok wisata yang penuh oleh wisatawan. Kebanyakan pengunjung disini adalah para bule. Mereka tampak sangat menikmati setiap detik demi detik suasana di pasar ini. Aku sempat iseng menyapa (dengan sedikit berteriak) sepasang bule yang tengah berada di dalam sebuah kelotok di tengah pasar. Aku sendiri juga tidak tahu, bagaimana mendapatkan kekuatan untuk iseng itu, he he he.

Wisatawan Asing di Pasar Terapung Lok Baintan
Wisatawan Asing di Pasar Terapung Lok Baintan

Hai!, sapaku.

Hi

Where are you from?!

Netherland!

Do you enjoy it?

Yes, I love it, Its great. It is the greatest floating market

Karena ini pasar terapung, maka pasar tidak hanya berhenti di satu titik saja. Semakin siang, pasar semakin bergerak ke hilir mengikuti aliran arus sungai. Kami pun turut bergerak mengikuti pergerakan pasar hingga sampailah kami di Jembatan gantung Lok Baintan. Dari sini, kami disuguhi satu lagi pemandangan yang spektakuler dari atas jembatan gantung. Dan bagiku, inilah spot terbaik bagi para fotografer yang ingin mengabadikan keriuhan pasar.

Semoga pasar terapung Lok Baintan ini akan selalu ada, karena kehadirannya telah menambah khazanah budaya di negeri ini. Kedepannya, semoga manajemen pasar semakin baik, sehingga semakin menguntungkan bagi pedagang, pembeli serta dunia pariwisata Indonesia.

Setelah puas memotret dari Jembatan gantung, kami pun mengakhiri perjalanan kami di desa Lok Baintan ini karena hari semakin siang dan kami harus segera melanjutkan perjalanan menuju lokasi projek. Sebelum naik mobil, aku sempat mengabadikan tingkah laku dua orang rekanku yang memang termasuk dalam kategori mahkluk tuhan paling konyol.

Idrus dan Raga Sertijab
Idrus dan Raga Sertijab

Oh iya, dalam postingan kali ini, aku menyertakan sebuah video reportaseku di Lok Baintan. Ya, pengen bergaya ala kamga tangga kala membawakan acara Explore Indonesia yang dulu pernah tayang di Kompas TV. Lagi-lagi, aku tidak tahu bagaimana muncul ide untuk membuat reportase seperti itu. Tiba-tiba muncul aja, dan kebetulan hpku bisa digunakan untuk merekam. So, jadilah rekaman ini. Semoga pembaca sekalian gak ketawa melihatnya, he he he.

Oh iya, nambah se paragraph lagi. Semoga ada production house acara traveling yang tertarik dengan videoku ini dan kemudian merekrutku sebagai reporter lepas untuk acara jalan-jalan, he he. Kan lumayan jalan-jalan gratis. Ngarep dot com, he he he.

9 thoughts on “Lok Baintan, The Greatest Floating Market

  • 09/09/2012 at 01:34
    Permalink

    Sur, youtube yang lagi buka vidclip e Rihanna We Found Love sampe ta tutup demi melihat videomu. Gaya ngomongmu masih sama dengan waktu kuliah dulu. Uhuhuy. *gak jelas*

    Dulu pernah lihat poto penjual di pasar terapung ini di ambil dari atas dan sangat *stunning*, berarti diambil dari spotmu itu ya?

    *amiiin buat harapannya direkrut, kalo kejadian sebut namaku kayak namaku disebut di postingan ini yah * -dicemplungin kali-

    “Ha ha ha.. masih medok banget :D.. Anyway, iyo e, namamu kesebut. Lha gimana lagi dan, namanya memang entu.. :)”

    Reply
  • 10/09/2012 at 09:08
    Permalink

    Woooo, kereeeennnn uda sampe Lok Baintan juga… Aq blom sempat kesini… Lanjutkan mas!
    Btw, 2 makhluk tuhan paling gila itu bergaya apa ceritanya? mestinya bisa dibuat komik hehehehe

    “Ceritanya sertijab pak lurah lok baintan lel.. wkwkwkwkwkwk.. Padahal keduanya pada gak mau kalau penempatan lok baintan :D”

    Reply
  • 10/09/2012 at 09:44
    Permalink

    hahaha… saya turut mendoakan semoga ada produser acara travelling yg tertarik sama videonya, ntar jgn lupa ajak2 saya yaaa….

    “Amiiiinnnn :)”

    Reply
  • 10/09/2012 at 12:58
    Permalink

    Enaknya mas bisa main ke pasar apung, eeh buah mentega nya enak gag tuuh terus wujudnya kayak gimana?? #kepowati πŸ˜€

    “Enak Niar, bentuknya kayak buah manggis… Sayangnya aku lupa moto.. :(“

    Reply
  • 11/09/2012 at 10:47
    Permalink

    Suryaaaaaa…
    ituh pasar apung sih kereeeen…tapi ngeri bok *penakut*
    Gak pake life vest pulak…

    masih mending aku pernah naik kayak berdua ama si Ricky…
    Kalo kecemplung, minimal aku nyemplung bareng ama Ricky Kim…hihihi…

    “Yeee… maunya.. Aku bilangin abah loh.. :p”

    Reply
  • 11/09/2012 at 10:49
    Permalink

    Dan…
    ternyataaaa…jawa mu medok yah Sur…hahaha…
    D nya nge bledug gituh kalo kata orang sunda mah…hihihi…

    Dan kenapa ituh orang naik perahu dibilang romantis pulak?
    duh, lagi pada mabok laut ituh sebenernya….hihihi..

    “Romantis lho.. serasa naik gondola di Venice mbak.. hi hi hi hi”

    Reply
  • 12/09/2012 at 13:30
    Permalink

    Kerennnnn ada video reportasenya juga uhuyy πŸ˜€

    “He he he .. Iya mbak. Sapa tau nanti ada produser yang tertarik.. :D”

    Reply
  • 16/09/2012 at 12:27
    Permalink

    aiih..komen yg sebelumnya menguap.. yo wis, nulis maneh :
    cuma mau bulang, foto2 seribu kelotoknya eksotis, juga reportasenya bagus (cuma jangan diulang-ulang kalimatnya ya.. hehe..)
    oya, buah mentega yg kaya apa siih? *penasaran byanget*

    “Ha ha ha mbak, maklumlah tanpa teks. Amatiran pula.. he he he. Buah mentega itu bentuknya kayak manggis mbak”

    Reply
  • 07/10/2012 at 23:44
    Permalink

    Huuuaaaa…foto pasar terapung yang diambil dari atas jembatan itu keren banget, Suryaaaa!
    Trima ksih sudah berbagi cerita saya jadi bisa memahami kenapa bule-bule itu niat banget buat berkunjung ke Lok Baintan, keren soalnya πŸ˜€

    “Sama-sama mbak Irma :)”

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *