————
“Martapura, Kota Baintan”
————
Berkunjung ke Banjarmasin dan propinsi Kalimantan Selatan, tidak lengkap rasanya kalau tidak mampir ke Martapura. Kota yang terletak di sebelah timur kota Banjarmasin dan hanya berjarak satu jam perjalanan saja ini sudah lama tersohor sebagai penghasil intan terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.
Intan, salah satu jenis bahan mineral yang dimanfaatkan sebagai perhiasan selain emas, perak dan permata, adalah komoditas utama Martapura dan salah satu roda penggerak ekonomi utama propinsi Kalimantan Selatan, selain batubara. Intan di martapura sudah digali sejak ratusan tahun yang lalu, tepatnya ketika masa penjajahan kolonial Belanda.
Salah satu kawasan yang paling terkenal sebagai pusat penambangan intan di Martapura adalah Desa Cempaka. Kandungan intan di desa Cempaka ini adalah yang terbesar di antara wilayah lain. Sejarah mencatat, pada tahun 1846, pernah ditemukan intan seberat 20 carat (satuan berat untuk intan. 1 carat kurang lebih sekitar 0.2 gram) di Martapura. Dan empat tahun kemudian, tepatnya di tahun 1850, ditemukan lagi intan yang lebih besar lagi, seberat 167,5 carat.
Kondisi wilayah yang kaya akan intan ini serta merta membuat mata pencaharian penduduk di sekitarnya tidak jauh dari intan. Sebagian besar penduduk di desa Cempaka adalah pendulang intan, dan ini sudah diwariskan secara turun temurun.
Mendulang intan diibaratkan seperti mengadu nasib. Tidak mudah ternyata untuk menemukan butir demi butir intan diantara gumpalan lumpur basah. Perlu ketelitian tingkat tinggi dan keberuntungan. Kondisi ini ditambah dengan makin banyaknya pendulang, sehingga persaingan untuk mendapatkan intan juga semakin tinggi. Tapi, kondisi ini tidak lantas membuat para pendulang berkecil hati, karena selain hanya mendulang intan-lah satu-satunya keahlian yang mereka miliki, harga intan yang super mahal juga menjadi daya tarik tersendiri. Sekali mereka berhasil menemukan butir-butir intan, maka pundi-pundi jutaan rupiah dipastikan akan mengucur deras ke kantong mereka.
Selanjutnya intan yang berhasil ditemukan akan dibawa ke tempat pengolahan intan yang banyak terdapat di pusat kota Martapura. Disini nantinya intan akan dibersihkan, digosok dan kemudian diolah menjadi berbagai macam bentuk perhiasan. Setelah itu intan siap untuk diperjual belikan di pasar maupun di kirim ke berbagai wilayah Indonesia maupun dunia.
Pasar intan terbesar di Martapura adalah kompleks pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS) yang terletak di jantung kota Martapura, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Martapura. Di kompleks CBS ini yang dijual tidak hanya intan, melainkan juga berbagai macam pernak pernik seperti bros, tasbih, kalung dan lain sebagainya. Meski menyandang status sebagai pusat perdagangan batu permata dan cindera mata, tetapi kondisi kompleks pertokoan tidak semewah namanya. Kondisinya sama seperti pasar tradisional di indonesia pada umumnya. Bahkan beberapa toko sering terlihat tutup daripada buka. Ini disebabkan sang pemilik toko lebih senang berjualan secara asongan yakni menawarkan langsung barang dagangannya kepada calon konsumen dari pada harus menunggu konsumen datang ke tokonya.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan bagi wisatawan yang berminat untuk membeli intan adalah untuk selalu memeriksa keaslian batu intan. Bisa dengan mengajak rekan yang memiliki pengetahuan tentang intan atau dengan memeriksakannya menggunakan peralatan yang dimiliki oleh hampir seluruh toko di sini. Jika hanya bermodal percaya saja, tanpa memeriksa keasliannya, maka bisa jadi intan yang dibeli adalah palsu.
Didepan pertokoan Cahaya Bumi Selamat, terukir salah satu firman Allah, yakni sepenggal dari ayat ke-275 dari surat Al Baqarah yang artinya Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Jadi, bagi anda penggemar dan pecinta intan, berburu intan di Martapura tentu saja menjadi kegiatan wajib yang tidak boleh anda lewatkan. Selamat berburu
Daerahnya bernuansa timur tengah..
mantep sur
btw seumur2 rasanya saya belum pernah liat intan,
atau mgkn udah pernah tp ngga tau itu barang namanya intan 😀
kalau ke kalimantan harus masukin ke list wajib kunjung nih 🙂
haaa ga bilang2 mau ke martapura, aku pengen nitip batu hehee
Perlu ketelitian tingkat tinggi dan keberuntungan…ah, rasanya saya udah nyerah duluan Sur, kalau disuruh jadi pendulang intan.
Saya pernah ke Martapura sekali, itu juga udah jaman duluuuu banget. Nggak beli intan sih, cuman batu-batuan aja yang seingat saya dulu juga banyak terdapat disana 🙂