Jika anda bukan warga kota Surabaya dan ingin berkunjung ke Surabaya, saat sekarang ini, saat yang tepat untuk datang ke kota Pahlawan ini. Jika selama ini Surabaya lebih banyak dikenal sebagai kota kunjungan untuk kegiatan MICE alias Meeting Incentif Convention Exhibition ataupun pintu gerbang destinasi wisata di Jawa Timur seperti Gunung Bromo, Batu, Kawah Ijen, maka di bulan Mei ini, justru Surabaya-lah menjadi pusat kegiatan wisata di Jawa Timur.
Bulan Mei adalah bulannya kota Surabaya. Di akhir mei nanti, tepatnya di tanggal 31 Mei, kota Surabaya merayakan hari jadinya. Untuk menyemarakkan hari jadinya, Surabaya menggelar banyak sekali acara dan festival selama bulan Mei ini. Serangkaian kegiatan itu sayang sekali untuk dilewatkan, baik oleh warga Surabaya sendiri maupun para wisatawan yang berkunjung ke kota Surabaya. Untuk mengetahui jadwal lengkap rangkaian kegiatan dalam rangka Hari Jadi Kota Surabaya ini dapat membuka situs resmi Pemerintah Kota Surabaya di www.surabaya.go.id
Salah satu kegiatan yang mengundang banyak sekali animo Masyarakat Surabaya dan Wisatawan adalah Parade Budaya dan Pawai Bunga. Untuk tahun 2014 ini, Parade sudah dilaksanakan hari Minggu, 4 Mei 2014 yang lalu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Parade ini mengambil start di Tugu Pahlawan pada pukul 14:00 WIB. Dari Tugu Pahlawan parade lalu melewati rute-rute JL Kramat Gantung JL Gemblongan JL Tunjungan JL Gubernur Suryo JL Yos Sudarso dan finish di Taman Surya Balai Kota Surabaya.
Sebagai warga kota Surabaya, aku dan Dewi juga tidak ketinggalan untuk meramaikan Parade Pasadena-nya Surabaya itu. Berangkat dari rumah bada sholat Dzuhur, aku memarkir motor di Grand City mall Surabaya. Alasannya sederhana, demi keamanan dan kenyamanan. Dari Grand City, aku tinggal berjalan kaki menuju Taman Surya, lokasi garis finish dari Parade.
Suasana di sekitar Balai Kota dan di Jalan Yos Sudarso sudah sangat ramai dengan warga. Aku pun berjalan-jalan mencari lokasi yang paling pas untuk berburu foto. Beberapa menit kemudian aku sudah menemukan lokasi yang kucari. Aku pun sudah siap memotret dengan kamera terhunus. Aku ambil beberapa frame foto untuk memanasi shutter kamera.
Tapi, beberapa menit kemudian rencana berubah. Hari yang awalnya cerah dan terik, mendadak berubah menjadi mendung gelap. Tidak ada lagi yang kupikirkan selain lokasi untuk berteduh karena hari itu, kami tidak mempersiapkan payung. Melihat cuaca yang terik ketika berangkat dari rumah, kami tidak membayangkan bakal terjadi perubahan cuaca yang ekstrem seperti ini. Ketika gerimis mulai turun, aku dan Dewi terpaksa pergi meninggalkan lokasi dan menuju sebuah kedai kopi untuk berteduh serta menyelamatkan kamera dari hujan.
Tepat jam 2 siang hujan deras mengguyur kota Surabaya. Sedikit kecewa memang, tapi aku bersyukur masih bisa menemukan tempat yang nyaman untuk berteduh. Menikmati hujan deras Surabaya sambil menyesap hangatnya kopi.
Untungnya hujan tidak berlangsung terlalu lama. Sekitar jam 3 lebih 15 menit, hujan pun mereda, menyisakan rintik-rintik gerimis romantis. Kami pun langsung keluar dari kedai kopi dan sejurus kemudian menembus keramaian manusia yang lebih padat daripada saat kami tinggalkan tadi. Luar biasa orang-orang ini. Di tengah hujan deras tadi, mereka ternyata tidak mencari tempat berteduh, melainkan tetap berdiri tidak bergeming dari lokasinya.
Parade sendiri ternyata tetap berlanjut meski hujan deras. Setelah mendapatkan lokasi yang lumayan pas, aku pun mulai memotret. Hmm, senang sekali rasanya, akhirnya aku mendengarkan kembali suara shutter kameraku yang sudah sekitar sebulanan absen memotret.
Setelah mengambil beberapa frame, aku mencoba mencari lokasi baru untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar yang berbeda, tapi ternyata itu bukan hal mudah. Aku harus bersaing dengan banyak orang yang juga tengah menghunuskan kamera DSLR-nya masing-masing. Kalau dilihat sekilas, tampaknya mereka bukan fotografer professional ataupun wartawan, tapi hanyalah penghobi foto sepertiku. Hmm, tampaknya kamera DSLR sekarang memang sudah menjadi kamera sejuta umat.
Parade Budaya dan Pawai Bunga tahun 2014 ini diikuti oleh sekitar 75 peserta, mulai dari Institusi Pendidikan seperti beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Surabaya, Pusat Perbelanjaan, Komunitas Agama, Komunitas Seni hingga Perumahan. Sebagian besar dari peserta menampilkan mobil hias yang bentuknya kreatif dan unik. Mobil yang dihias mulai dari yang kecil menggunakan pick up, hingga truk container. Selain mobil hias, beberapa peserta juga menampilkan aneka kesenian seperti drum band, tarian hingga fashion show dengan kostum yang unik seperti yang ada di Jember Fashion Carnival. Bagiku, ini sangat menarik.
Puncak dari Parade sekaligus penutup dari seluruh rangkaian pawai adalah rombongan besar reog ponorogo. Sayangnya dalam parade kali ini, tidak ada atraksi khusus dari para reog, mereka hanya menari-nari kecil sambil berjalan mengikuti jalur Parade.
Karena tadi memilih untuk berteduh, aku pun ketinggalan cukup banyak moment. Tapi ya lumayanlah, meski ketinggalan, aku masih cukup puas dengan hasil-hasil jepretanku. Alhamdulillah. Lagipula, better late than never, right. Semoga acara Parade ini bisa diadakan secara konsisten dan berkelanjutan. Dan setiap tahun lebih berkualitas baik dari segi jumlah peserta maupun mobil hias dan atraksi yang disuguhkan kepada warga dan wisatawan yang datang ke Surabaya.
Maju terus kotaku tercinta, Surabaya!!
Bangg menjadi warga surabaya…
Seruuu bangeetth pawainya
keren banget surabaya..harus bangga yang menjadi penduduk surabaya (y)
Diikuti 75 peserta?
Kebayang serunya ya…jadi kayak pawai di Pasadena itu ya, Sur…ternyata Surabaya juga udah bisa bikin acara keren yang dipersiapkan dengan sungguh-sungguh…duh, jadi kangen pulang kesana deh!
🙁
Indonesia memang kaya akan budaya, salam.