Magical Morning at Borobudur

Pagi hari, saat matahari mulai menampakkan dirinya ke bumi, adalah salah satu saat-saat terindah di planet ini. Warna kuning keemasannya yang berbalut jingga di ufuk timur mulai memberikan setitik cahaya dan harapan baru bagi bumi. Guratan dan sayatan kemerah-merahan merambah garis cakrawala. Malam pun telah berlalu, dan kini pagi pun menjelang.

Saya berpose di Candi Borobudur
Saya berpose di Candi Borobudur

Melihat sunrise memberikan sensasi tersendiri bagi pemilik sepasang mata yang menatapnya. Sensasinya akan lebih terasa lagi ketika menikmati terbitnya matahari dari sebuah tempat yang sangat tinggi. Di puncak gunung misalnya.

Salah satu lokasi terbaik di nusantara untuk menikmati suasana sunrise ini adalah di Candi Borobudur. Terletak di ketinggian sekitar 269 m di atas permukaan laut, Borobudur memberikan sebuah pemandangan yang spektakuler kala sunrise, yakni melihat sang surya yang bangkit dari peraduannya dari balik megahnya sang Merapi.

Aku benar-benar terprovokasi oleh foto-foto di flickr yang menyajikan landscape suasana matahari terbit di Borobudur. Karena itu, ketika acara dinas ke Jogja selesai di hari Jumat 27 April 2012, aku tidak langsung pulang ke Surabaya. Tokh, besok hari libur. Aku pun meminta ijin istri untuk stay di Jogja hingga hari sabtu.

Sebenarnya taman wisata Candi Borobudur baru dibuka jam 6 pagi. Dengan waktu matahari terbit di daerah Magelang yang berkisar antara jam 4.30 pagi hingga 5.30 pagi, maka jika kita masuk jam 6 pagi pun, mustahil kita bisa mendapatkan foto sunrise. Lalu bagaimana cara mendapatkan foto sunrise?

Ternyata kita bisa masuk ke dalam area candi Borobudur sebelum jam 6 pagi. Ini adalah sebuah paket penawaran yang sangat eksklusif dari Hotel Manohara Borobudur. Harga yang harus dibayar untuk bisa masuk ke komplek candi sebelum jam 6 pagi adalah 335 ribu rupiah untuk turis asing, 230 ribu untuk turis domestik. Sedangkan bagi tamu yang menginap di hotel Manohara mendapatkan harga 185 ribu rupiah. Menikmati sunrise di Borobudur ternyata adalah sebuah pengalaman yang sangat mahal.

Harga itu sebenarnya sempat membuatku berpikir 2 kali. Tapi karena ingin sekali berburu sunrise di Borobudur, aku pun merelakan. Gpp, tokh itu adalah sisa uang saku dari perjalanan dinas ke Jogja.

Agar bisa menikmati sunrise, aku sudah harus berada di sekitar candi hari Jumat malam. Menginap di sana, lalu berangkat dari hotel pagi-pagi buta ke hotel Manohara.

Untuk menuju kawasan candi Borobudur dari Jogja, aku naik bus trans Jogja ke terminal Jombor. Dari terminal Jombor ada bus mini 3/4 jurusan Jogja Muntilan Borobudur yang akan mengantarku ke terminal Borobudur. Perjalanan dari Terminal Jombor ke Terminal Borobudur memakan waktu sekitar 45 menit.

Dari terminal Borobudur, aku naik becak montor ke hotel rajasa. Di hotel inilah aku menginap semalam. Dengan rate 160 ribu rupiah untuk kamar standard non AC, kamar ini cukuplah untuk sekedar menumpang tidur semalam. Apalagi suasana Borobudur sudah cukup sejuk, sehingga tidak terlalu membutuhkan AC. Konon hotel ini termasuk tinggi tingkat huniannya, karena itu dua hari sebelumnya aku sudah booking kamar by phone, untuk kemudian membayar DP lewat transfer.

Saat malam tiba, aku menghabiskan waktu dengan membaca majalah National Geographic, yang baru kubeli ketika di Jogja, di teras kamar. Karena kebetulan kamarku terletak di paling depan hotel, maka sambil membaca aku juga memperhatikan lalu lalang para tamu maupun karyawan hotel. Sebagian besar tamu yang menginap di hotel ini bertampang bule.

Di tengah asyik membaca, seorang laki-laki memanggilku. Dia adalah Mas Asmawi, salah satu karyawan hotel. Ngobrol basa basi bentar, dia pun mengabarkan bahwa malam ini di pelataran candi Borobudur, tepatnya halaman hotel manohara ada acara pentas seni dan gratis. Wah, kebetulan banget. Pas di Borobudur, pas ada acara pentas seni. Lagipula acara ini bukan acara reguler yang diadakan secara berkala.

Menikmati acara pentas seni di tengah sejuknya udara Borobudur sungguh menyenangkan. Aneka tarian dan lagu dari seluruh Indonesia di tampilkan di pentas seni yang digelar selama 4 malam ini. Yang menarik, beberapa dari penari-penari itu berwajah bule. Tapi aku tidak lama menikmati acaranya, karena aku ingin buru-buru istirahat, karena harus bangun pagi-pagi esok hari.

Keesokan harinya, ketika pagi masih sangat gelap dan jarum jam baru menunjukkan pukul 4 pagi, aku sudah siap berangkat. Berbekal jaket untuk melawan dinginnya angin Borobudur serta kamera yang sudah terhunus, aku melangkahkan kaki menuju Hotel Manohara.

Begitu keluar dari hotel, aku bertemu dengan seseorang yang ternyata juga mempunyai tujuan yang sama denganku. Yap, tanpa sengaja aku mendapatkan partner in crime bernama Hardi.

Begitu sampai di lobi hotel, suasana masih sangat sepi. Hanya kami berdua bersama sepasang bule belanda serta seorang biksuni. Karena adzan subuh sudah berkumandang, akupun menyempatkan diri untuk sholat subuh terlebih dahulu.

Begitu selesai sholat, suasana ternyata sudah sangat riuh. Aku pun langsung menggabungkan diri dengan keramaian di lobi hotel manohara itu. Dari semua wisatawan yang bersiap menikmati sunrise di Borobudur, tampaknya hanya aku dan mas Hardi yang orang local. Sisanya adalah turis mancanegara.

Sesaat sebelum keberangkatan, kami semua dipinjami kain sarung yang nantinya untuk diikatkan pada pinggang. Ternyata ada peraturan baru disini, bahwa semua pengunjung yang akan naik ke Borobudur diwajibkan mengenakan kain sarung. Kala aku berkunjung 10 tahun yang lalu, belum ada peraturan ini.

Tepat pukul 4.40 pagi, kami diantar oleh salah satu staf hotel berjalan menuju candi yang suda berusia lebih dari 10 abad itu. Dan hanya dengan waktu tempuh sekitar 10 menit, kami sudah sampai di atas candi. Suasana sejuk nan tenang langsung menyambut kami sesampainya di atas. Aku dan mas Hardi pun mulai bermain-main dengan shutter kamera kami masing-masing. Dengan kondisi langit yang masih gelap, hasil jepretan sangat luar biasa ancur, he he he.

Hingga pukul 5.10 pagi, sunrise yang kami nantikan tidak kunjung muncul. Tampaknya di ufuk timur sana, terbentuk gugusan awan yang cukup tebal sehingga menghalangi jatuhnya sinar matahari ke bumi. Yach, sayang sekali, aku tidak mendapatkan sunrise yang kuinginkan. But, hunting must go on.

Menjelang pukul 5.30 pagi, mendung di ufuk timur mulai menipis. Sinar Matahari pun mulai menampakkan diri. Meski tidak mendapatkan sunrise yang sempurna, kami mendapatkan sebuah pemandangan langit dan awan yang luar biasa indah. Shutter kameraku pun tidak berhenti bersuara.

Ketika jam menunjukkan pukul 6 pagi, candi mulai ramai dengan pengunjung. Yap, ini karena loket masuk telah dibuka. Pengunjung didominasi oleh pelajar yang tengah mengikuti study tour. Ini tampak dari pakaian mereka yang seragam. Beberapa dari pelajar itu ada yang tengah asyik berburu bule. Berburu disini maksudnya mancari bule untuk diajak ngobrol. Sepertinya mereka memanfaatkan para turis mancanegara itu untuk melatih kemampuan berbahasa Inggris. Salut buat keberanian mereka mengajak bule-bule itu bercakap-cakap, sebuah bukti kerja keras mereka dalam meningkatkan skill berbahasa mereka.

Aku melanjutkan perburuan fotoku hingga jam 8 pagi. Sebenarnya masih ingin terus berburu, tetapi lelah dan lapar yang tidak tertahan membuatku berhenti. Sebelum kembali ke hotel rajasa, kami menikmati snack ringan dan secangkir kopi/teh sebagai bagian dari pelayanan hotel manohara kepada para penikmat sunrise di Borobudur.

Hmm.. sebuah pengalaman yang sangat luar biasa. Sebuah cara mahal untuk menikmati Borobudur dari sebuah sisi yang berbeda.

15 thoughts on “Magical Morning at Borobudur

  • 02/06/2012 at 18:37
    Permalink

    Thrilling pictures Sur!

    Maturnuwun buat step by step petunjuknya kalo mau menikmati sunrise di borobudur! *daripada posting kalimat penuh keirian! :P*

    Reply
  • 04/06/2012 at 09:09
    Permalink

    Wuiihhh kereeennn, Mas!
    sudah lama nggak ke Borobudur dan ternyata bisa menikmati sunrise disana ya.. thx u infonya!

    Reply
  • 04/06/2012 at 13:26
    Permalink

    Alhamdulillah…meski tak dapat momen sunrise yg sempurna tapi masih tetep bisa mengabadikan momen2 indah lainnya… Nice pic as always.. *gak mau kalah sama pelajar2 itu utk praktek bhs inggris di sini.. hehe*

    Reply
  • 05/06/2012 at 09:42
    Permalink

    doh!!
    telat banget saya dpt info kalo bs msk ke candi ini subuh2.
    padahal maret kemarin saya kesini.
    *nangiskejer*
    πŸ˜€

    Reply
  • 05/06/2012 at 09:48
    Permalink

    eniwei tengkiu referensinya sur… next time hrs nyoba nginep d hotel itu. biar bs dpt sunrise-an
    nice shot!

    Reply
  • 10/06/2012 at 07:24
    Permalink

    Weiiitttssss, kayaknya saya terakhir ke candi Borobudur itu juga diatas 10 tahun yang lalu Surya, karena belum ada sarung atau kain yang harus dililitkan di pinggang. Dulu, kayaknya hanya Tanah Lot deh yang punya ritual ini…

    Tengkyu informasi dan foto-fotonya ya!
    Ternyata sekarang ada ‘jam foto’ buat candi ini dan sungguh, komersialisasi itu ternyata ada dimana-mana…hehehe πŸ˜€

    Eh, Dewi kok nggak ada, Sur?
    Nggak ikut ta?

    “Nggak ikut mbak.. Dia lagi ada acara di kampus”

    Reply
  • 10/06/2012 at 20:47
    Permalink

    udah beberapa kali ke borobudur
    tapi setiap ke yogya pasti selalu mampir kesini
    dan terakhir ke borobudur 3 thn yg lalu hrs kecewa
    krn terjebak macet qta dtgnya kesorean
    borobudurnya udh tutup

    suryaaaa….
    foto yg pentas seni,itu keren banget kyk air mancur….

    “Itu kebetulan ada acara mbak.. Pas banget saya datangnya.. Get lucky :)”

    Reply
  • 12/06/2012 at 08:58
    Permalink

    udah lama ga ke Borobudur, jd kangen liat foto2nya hihihiii

    “Mbak Mila kebanyakan melanglang buana ke luar negeri sih.. he he he”

    Reply
  • 12/06/2012 at 13:23
    Permalink

    Hahahaha aku ke Borobudur waktu abis Erupsi Merapi ,,, Sialnya ngak boleh masuk ke candinya karena sedang dibersihkan dari abu vulkanik , terpaksa hanya lihat didepan loket karcis.:(

    “Wah, padahal pas erupsi itu sebenarnya waktu yang tepat, bisa melihat Borobudur dari sisi yang berbeda”

    Reply
  • 14/06/2012 at 16:23
    Permalink

    Subhanallah betapa indahnya nyubuh di Candi kebanggaan Indonesia, saya blm pernah kesana nih mas πŸ˜€
    Masuk daftar wish list deh πŸ˜€

    “Harus mbak..:)”

    Reply
  • 15/06/2012 at 21:36
    Permalink

    Wahhhh,,,,,so beautiful borobudurnya kala sunrise……

    dari dulu pengen banget melihat borobudur kala senja dan fajar…..
    kerennnn pak surya…..

    “Terima kasih mas Aziz”

    Reply
  • 28/06/2012 at 15:25
    Permalink

    wah… jadi kepingin, kebetulan bulan Agustus/September aq mau ke Jogja bareng temen2. sepertinya boleh dicoba. Kalau boleh tau, jarak dari hotel tempat mas menginap ke hotel Manohara jauh tidak?? hasil fotonya bagus koq, kalo boleh tau kamera yg dipakai apa? terima kasih sebelumnya πŸ™‚

    Reply
  • 16/12/2012 at 20:58
    Permalink

    Nanya dong mas, kalo tetep nginep dihotel didaerah malioboro gitu dan pengen ikutan sunrise trip borobudur musti berangkat jam berapa ya?
    thanks

    “Hmm, sepertinya jam 4 pagi sudah harus berangkat, dengan asumsi waktu matahari terbit sekitar jam 1/2 5 Karena perjalanan Malioboro – Borobudur sekitar setengah jam kalau jam-jam pagi seperti itu”

    Reply
  • 19/02/2013 at 10:55
    Permalink

    Salam Hangat,
    Informasi yang menarik, tulisan yang bagus. Jogjakarta memang selalu menyuguhkan keindahan budaya yang terbalut dalam keramah tamahan, tak heran jika JOGJA menjadi salah satu destinasi wisata favorit.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *