Semua pembaca wongkentir pasti sudah pernah mendengar kerapan sapi. Ya, itu adalah nama sebuah perlombaan balapan sapi yang sangat termahsyur di Pulau Madura. Dalam kerapan sapi yang berlomba adalah sepasang sapi yang dikendalikan oleh seorang joki. Sepasang Sapi itu disatukan dengan cara dijepit lehernya dengan alat yang diberi nama Pangonong.
Bagi rakyat Madura, kerapan sapi bukan hanya sebuah balapan biasa, tetapi sebuah pertaruhan gengsi dan harga diri. Karena itu tidak heran, persiapan para peserta sebelum berlomba sangat luar biasa. Semua persiapan itu dilakukan bahkan beberapa minggu hingga bulan sebelum perlombaan, mulai mempersiapkan sapi, latihan demi latihan dan tidak lupa suplemen khusus untuk si sapi.
Sapi untuk kerapan bukan sapi biasa, tetapi sapi yang harus memenuhi spesifikasi khusus. Oleh karena itu harga sapi kerapan sangat mahal, kabarnya hingga mencapai ratusan juta. Apalagi jika sapi itu menjadi juara, harganya bisa lebih selangit lagi.
Kerapan Sapi diadakan setiap tahun di Madura, dengan puncaknya adalah partai final yang biasanya diselenggarakan di Bulan Oktober dan memperebutkan piala presiden.
Meski lokasi pulau Madura dengan Surabaya atau Gresik relatif dekat, Ive never seen kerapan sapi in my whole life. Ini sepertinya karena kurangnya informasi akan perlombaan itu sendiri. Aku belum pernah melihat pamflet segede gaban di tengah kota Surabaya (atau kota-kota besar Jawa Timur lainnya) yang mengumumkan akan adanya kerapan sapi di madura pada tanggal sekian. Sangat disayangkan sekali, padahal kerapan sapi adalah salah satu budaya asli Indonesia dan Madura yang bisa untuk dijual pada wisatawan, terutama wisatawan internasional. Jadi ketika mereka datang ke Jawa Timur, tidak hanya melulu ke Bromo atau ke Kawah Ijen, tapi undang mereka juga ke Madura untuk menonton kerapan sapi sambil melewati megahnya jembatan Suramadu.
Tapi Alhamdulillah, bulan Juli kemarin aku (dan istri) bisa menyaksikan kerapan sapi. Dan yang lebih asiknya lagi, kami tidak perlu jauh-jauh ke Madura. Kebetulan Pemkot Surabaya mengadakan sebuah festival yang diberi nama Cross Culture Festival dengan kerapan sapi adalah salah satu yang diadakan untuk memeriahkan festival tersebut.
Pada acara yang diadakan di Kenjeran Park Surabaya itu, ada empat pasangan sapi yang akan berlomba. Pasangan sapi-sapi tersebut mempunyai nama yang sangat unik dan kadang menggelitik ruang tawa. Nama-nama sapinya adalah Piring Terbang milik H Slawi, Merah Delima milik H Hasan, Anjing Pelacak milik H Mistawi serta Bambu Runcing milik H Tohir.
Acara sangat ramai. Tidak hanya warga Surabaya, Madura atau jawa timur saja, tetapi juga ada beberapa wisatawan asing dari Korea, China dan Pakistan.
Perlombaan dibuka dengan tari kerapan sapi, sebuah tarian yang menggambarkan betapa gagahnya sapi-sapi yang akan mengikuti perlombaan. Setalah dibuka oleh tarian acara dilanjutkan dengan kirab sapi-sapi yang akan berlomba. Kirab ini sebagaimana layaknya sebuah defile pada perlombaan olahraga seperti Olimpiade ataupun Sea Games. Pada saat kirab, para penonton dipersilahkan untuk berfoto bersama si sapi. Wah, Sapinya ternyata narsis-narsis, he he he.
Setelah sesi foto selesai, saatnya si sapi berlomba. Kecepatan lari sapi-sapi kerapan tersebut memang luar biasa cepat. Bagi para fotografer, diperlukan keberanian untuk bisa mengabadikan kerapan sapi ini. Mereka harus bisa menentukan timing kapan harus memfoto dan kapan harus menyudahi sesi foto untuk segera berlari menjauhi arena lomba.
Lomba menggunakan system gugur. Sesi pertama bertanding Piring Terbang asal Pamekasan dengan Merah Delima asal Bangkalan. Pada sesi pertama ini, Merah Delima menang tipis atas Piring Terbang. Foto garis finish menunjukkan, Piring Terbang hanya kalah setengah badan dari Merah Delima.
Sedangkan pada sesi kedua, Anjing Pelacak yang bertanding melawan Bambu Runcing unggul sangat jauh. Pada sesi kedua ini juga terjadi insiden. Karena tidak mampu mengendalikan kecepatannya Si Bambu Runcing menabrak pagar di sekitar arena perlombaan. Akibatnya tanduk kanan salah satu sapi Bambu runcing retak dan berdarah. Kasihan. Yang sabar ya sapi.
Setelah itu sapi-sapi tersebut diadu lagi. Yang kalah melawan yang kalah dulu untuk memperebutkan juara ketiga. Di sini Piring terbang menjadi pemenang dan unggul jauh dari Bambu Runcing. Mungkin karena kondisi fisik yang sudah tidak 100 % membuat Bambu Runcing tidak bisa berbuat banyak. Sedangkan juara pada lomba kali ini adalah Anjing Pelacak yang pada partai final mengalahkan Merah Delima.
Setelah lomba, sekali lagi diadakan kirab sapi yang diberi nama kirab penutup. Kirab ini memberikan kesempatan kepada para penonton yang tadi belum sempat berfoto bersama sapi.
Ah, sungguh lomba yang sangat menarik. Andai saja saat ini aku berada di pulau Madura, lomba pastinya akan lebih ramai lagi. Jadi benar-benar ingin menyaksikan kerapan sapi langsung dari Madura. Insya Allah bulan Oktober 2011 (tepatnya tanggal 23 Oktober 2011) mendatang akan diadakan kerapan sapi yang memperebutkan piala presiden di lapangan Pamekasan, Madura. Semoga nanti aku bisa menyaksikan langsung lombanya, dan tentu saja, laporannya akan kutuliskan di blog ini.
Oh pantes di Kenjeran toh, makanya kok kayaknya tempatnya nggak asing..
“Yoi mbak, kenji..”
sek-sek.. foto yang bawah itu bukannya fotoku Mas π
“Lho, iya tah?? :D”
Wah keren mas. Saya sudah lama nggak nonton Kerapan Sapi. Kapan-kapan kalau pulang ke madura, harus nonton lagi nih…
“Iya mbak, kalau ke jatim, sekalian mampir ke madura”
bayanganku kerapan sapi kuwi serem. takut kena seruduk. hehee. but you writeit beautifully sampe ngiler pengen nonton jadinya. potone bagus-bagus. eh sampean apa jadi spokeperson e pemprov madura?
se7 banget …inilah lomba asli Indonesia dari Madura π
Seumur hidup saya belum pernah lihat karapan sapi, Surya…paling juga di TV, itu juga cuan selintas aja…huhu, nggak tega lihat sapinya lo, kayaknya gimanaaaa gitu… π
Ngomong-ngomong, nama sapi peserta lombanya keren-keren…piring terbang, bambu runcing…duuuh, ada-ada aja π
Eeeeeh, keparan sapi atau karapan sapi sih…?
Saya malah nulis karapan tuh, maaf ya kalo salah π
Astagaaaa, keparan pula…kerapan, maksudnya…
*ssst, ini ngetiknya nggak pake kacamata, beginilah jadinya*
π
kebudayaan keren macam gini harus terus dilestarikan
itu yang membuat indonesia menjadi unik
jadi pengen ke madura lagi. gimana rupanya photo pre weeding samaan ama sapi ya. *liat photo terakhir.
kerapan sapi manx formula 1 di Indonesia, sayang kalo tradisi ini gk dijg
Regards
Untuk tahun 2011 kerapan sapi besar tingkat Madura memperebutkan piala presiden RI akan dilaksanakan tanggal 23 Oktober 2011, sedangkan kontes sapi sono'(sapi cantik) tanggal 22 Oktober 2011 di Pamekasan, silahkan datang !