Perjalanan hidup akhirnya membawaku ke Pulau Sumatera. Yah, di usia yang sudah menginjak 28 ini, aku belum pernah menginjakkan kaki di salah satu pulau besar di Indonesia ini. Memang sih aku sudah pernah ke Batam, tapi Batam kan sebuah pulau tersendiri, meski masih bagian dari salah satu propinsi di pulau sumatera. Berbekal (lagi-lagi) tiket promo dari maskapai low cost carrier terbaik di dunia, aku dan istriku akhirnya berhasil menginjakkan kaki di Pulau Sumatera.
Perjalanan dimulai hari Jumat yang lalu, 15 Juli 2011. Pesawat take off dari Bandara Juanda, Surabaya pukul 8.40 pagi menuju Medan. Perjalanan Surabaya Medan memakan waktu 3 jam. Perjalanan yang sebenarnya cukup lama dan membosankan. Untunglah istriku membawa serta mp3 playernya, jadi lumayan terhibur. Hal yang paling tidak bisa dicegah ketika perjalanan yang cukup lama ini adalah lapar, he he he. Apalagi paginya kami belum sempat sarapan karena bangun kesiangan. Jadinya ya, kamipun terpaksa membeli nasi di Pesawat, meski harganya lumayan mahal. Cukup sekotak saja, untuk dibagi dua. Romantis kan?!! Wekekekekekekeke. Hemat!! Kalau kata iklan salah satu operator telepon seluler.
Pukul 11.30 sampailah kami di Medan, tepatnya di bandara Polonia. Begitu turun dari pesawat, aku langsung menelpon perusahaan penyewaan mobil. Dalam perjalanan ke Medan ini, kami memutuskan untuk menyewa mobil. Hal ini dikarenakan Ini adalah pertama kalinya kami berdua ke Medan. Selain itu kami berdua juga tidak mempunyai saudara di Medan. Sebenarnya aku sudah mendapatkan banyak informasi tentang angkutan di Sumatera Utara. Tetapi karena lama perjalanannya tidak dapat dipastikan jika menggunakan angkutan umum, padahal target kunjungan cukup padat, maka kami memutuskan menyewa mobil.
Memang, dengan menyewa mobil, ini artinya pengeluaran akan bertambah, tetapi ini semua demi kenyamanan dan juga keamanan. Anggap saja ini adalah subsidi silang karena kami mendapatkan tiket pesawat yang cukup murah. Dan dengan ini resmi bahwa perjalanan kali ini bukan versi backpacker, he he he.
Tujuan pertama kami begitu mobil sewaan kami datang adalah makan siang. Karena perut sudah sangat lapar dan tidak bisa ditolerir lagi, begitu melihat KFC kami langsung meminta pak supir yang bernama Bang Ronal untuk berhenti. Jauh-jauh ke medan, makannya KFC juga, he he he.
Setelah makan siang, kami langsung cabut ke Parapat, sebuah kota yang terletak di tepi danau toba. Nama kota ini konon berasal dari sebuah cerita rakyat yakni legenda batu gantung.
Hari ini kota Medan tampak mendung, dan sepanjang perjalanan menuju Parapat mendung terus menggelayut. Informasi dari Bang Ronal, mendung ini disebabkan oleh asap dari kebakaran hutan yang ada di Riau. Cuaca seperti ini sudah berlangsung kurang lebih 2 mingguan. Hmm.. Entahlah apakah info ini benar atau tidak, karena memang aku tidak mencium bau asap sama sekali.
Perjalanan dari Medan ke Parapat melalui kota Pematang Siantar ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam. Waktu yang cukup lama. Jalannya lumayan bagus dan sedikit berkelok-kelok lepas dari kota Pematang Siantar. Pemandangan di sepanjang jalan didominasi oleh perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (kalau tidak salah PTPN III). Pemandangan yang tidak biasa buatku. Tanaman sawit tersebut ditanam dengan sangat rapi, dengan jarak antar pohon sekitar 5 m. Ingin sekali berhenti sejenak dan memotret kebin sawit itu, tetapi hujan mendadak turun dengan sangat deras. Didaerah sekitar kebun ini juga ada pabrik pengolahan CPO (crude palm oil) alias minyak kelapa hasil dari sawit itu.
Sesampainya di kota Pematang Siantar, kami berhenti sejenak untuk sholat (jama qoshor dzuhur dan ashar). Takutnya sesampainya di Parapat, hari sudah maghrib. Selain itu, perjalanan darat 3 jam medan siantar tadi telah membuat istriku mual dengan sukses. Jadi jeda sholat ini dimanfaatkan juga untuk beristirahat sejenak. Istriku memang tidak tahan perjalanan jauh.
Setelah istirahat cukup, kami lanjutkan perjalanan menuju Parapat. Dari kota Siantar ini, perjalanan tinggal tersisa sekitar 1.5 jam lagi. Tetapi kondisi jalanan mulai berkelok-kelok cukup tajam disertai dengan tanjakan dan turunan. Untunglah, meski berkelok-kelok dan naik turun, kondisi jalan cukup bagus, sehingga perjalanan pun masih cukup nyaman.
Dan setelah total menempuh 4 jam perjalanan, danau toba pun mulai menampakkan kegagahannya. Hmm.. luar biasa. Sayangnya cuaca saat itu mendung, jadinya foto-fotonya kurang begitu cantik. But its okay. Bagaimanapun juga sebagai penyuka fotografi alam alias landscape, kondisi alam adalah tantangan tersendiri. Alam tidak bisa disetting seperti kalau memoto model di studio. Jadi kalau mendapatkan kondisi alam seperti ini, aku harus berkreasi agar tetap bisa mendapatkan foto yang bagus. Tetapi bagaimanapun juga, aku berharap besok bisa lebih cerah, sehingga foto yang kudapat bisa lebih maksimal.
Sesampainya di Parapat, aku langsung cek in di hotel. Aku sudah membooking hotel ini sebelumnya lewat booking dot com dan mendapatkan harga yang cukup bagus karena bisa berhemat sekitar 55 ribu rupiah dari rate aslinya. Alhamdulillah.
Untuk pak supir, sesuai dengan kesepakatan dari perusahaan rent car-nya, karena aku tidak bisa memberikan penginapan, maka aku memberi beliau 100 ribu rupiah untuk mencari penginapan sendiri. Bagaimanapun juga, istirahat yang maksimal diperlukan bagi seorang supir agar maksimal pekerjaannya.
Sesaat setelah sampai di kamar, aku langsung merebahkan diri di atas kasur. Hotel di Parapat kebanyakan tidak ber-AC, karena memang Parapat sendiri sudah cukup dingin. Tapi kalau memang ingin hotel yang ber-AC juga tersedia.
Lokasi hotel Pandu Lake Side tempat kami menginap ini cukup bagus. Kami bisa langsung bermain air danau, tetapi tetap pada batas aman yang sudah ditandai oleh pihak hotel. Halamannya juga diberi asesoris tempat duduk dengan atap rumbai-rumbai, jadi sangat pas sebagai tempat untuk foto-foto.
Karena cuaca mendung, aku memang tidak mendapatkan sunset hari itu, tapi aku bersyukur karena bisa mendapatkan perfect blue hour. Kerlip lampu hotel dan restoran nun jauh di seberang sana semakin mempercantik blue hour sore ini.
Danau toba memang luar biasa cantik. Aku pun membayangkan, betapa tingginya gunung purba toba dulu kala sebelum meletus. Lalu mencoba mereka-reka kejadian saat gunung ini meletus. Bisa dibilang mungkin tidak ada mahkluk di bumi ini yang selamat dari letusan toba ini, meski lokasi mereka jauh dari toba. Asap tebal letusan toba konon diperkirakan mengorbit di atmosfer bumi dan menghalangi sinar matahari masuk kedalam. Akibatnya selama lebih dari puluhan tahun, bumi mengalami jaman es. Akibatnya banyak mahkluk yang mati karena kedinginan.
Memang, manusia itu kecil dan lemah. Jika Allah sudah berkehendak, maka tidak ada mahkluk yang bisa lari dari kehendak-Nya.
Malam harinya, kami makan malam di rumah makan padang. Pilihanku tentu saja rendang. Nasi padang disini rasanya sangat mantap, beda dengan nasi padang yang biasanya kunikmati di Surabaya. Bumbu rendangnya lebih kuat dan sambalnya luar biasa pedasss. (Lho, kok jadi komentator makanan, he he). Bisa dibayangkan, nasi padang yang pedas di suasana yang sangat dingin, pastinya maknyuss tenan.
Setelah makan kami berdua menikmati dinginnya malam di teras hotel sambil ditemani secangkir teh hangat. Hmm, sangat nikmat dan relax. Dan hari itupun berakhir.
nice blog.. perjalanan yang seru dan menarik… sukses selalu
wow jadi kangen suasana disana..kebetulan dulu saya pernah bertugas di salah satu hotel di Parapat selama 6 bulan, anda perlu menjelajahi tempat bernama Muara dan Tomok di seputaran Danau Toba.. What’s Wonderful World
Surya, sebulan yang lalu saya juga kesana lo…hehehe, sama-sama lewat Pematang Siantar juga, cuman makannya nggak di KFC…hehehe 😀
Tapi kayaknya rumah makan Padang kita di Parapat sama deh, yang ada ikan kecil-kecil itu kaaaaan? Yang rasanya mantap banget itu kaaaan?
Suryaaaa…ikut seneng baca keromantisan seperti ini, kapan-kapan main ke Garut deh, dijamin lebih deket dan nggak kalah romantis sama suasana di Danau Toba…yuuuuuk!
😀
waduhhh…. surya n mba irma baru dari siantar, kampung kelahiran saya….
huwaaa…. 😀
btw poto blue hournya manteb sur…. kerennnnnnn
saya ngga pernah berhasil nangkep gambar kayak gitu
hehe
“Oalah, kamu asli Siantar. Kok sekarang jauh banget sampai lombok??”
Mas Sur, bisa kasih info gak berapa ongkos sewa kendaraan di sana? per hari ato per jam?
“Saya pake avanza pak, ongkosnya Rp. 350.000 per hari + supir, tapi belum BBM”
mas,mau nanya ni brp tarif kamr per mlm,aq rencana mau k sna akhir bln ni
“Pandu Lake Side? Aku dulu dapat harga 340 ribu rupiah per malam”
mas Sur,itu tarif kmr yg standard
“yup mas.. Standard..”
aku waktu keliling sumatera utara pake angkutan umum mas, dan memang waktunya kurang bisa dipastikan.. kalo untuk jalan bareng sama istri kurang pas deh kalo naik angkutan umum.. ampuuunn deh pokoknya.. tapi kalo jalan sendiri atau sama temen2 ya nggak masalah.. murah sih.. saya jalan2 di sumatera utara 5 hari 4 malem cuma habis 600.000 udah termasuk transport keliling sumatera utara, makan, dan penginapan.. 😀
Halo Mas Surya..surprise banget ada jejak kaki saya di blog anda..terima kasih banyak ya..BTW saya ada rencana ke Medan juga bulan November ini. Insyaallah kami perginya berlima (saya & suami plus 3 orang anak usia 8 tahun dan 3 tahun).
1. Boleh tidak mas minta no. telp rental mobil yang mas gunakan?.
2. Apakah memungkinkan bila saya berencana day tour saja ke danau toba (kunjungan kami hanya 3 hari) atau sebaiknya menginap saja di parapat atau P. Samosir?. Jam kedatangan pesawat sama dengan yang telah mas tempuh..terima kasih..
”
Nomor 1, mungkin bisa lihat komen-komen sebelumnya mbak.. 🙂
Nomor 2, Sepertinya gak cukup mbak, soalnya dengan perjalanan dari medan ke parapat yang sudah memakan waktu 4 jam, jika mbak vicky dan keluarga naik AA dari sby, maka nyampe medan jam 12. Lalu sampai parapat kalau lancar jam 4 sore. Kalau cuman muter2 2 jam aja di danau toba dan kemudian langsung balik medan, kok kayaknya gak worth it mbak. Trus apa mbak Vicky gak pengen nyeberang ke Pulau Samosir? Banyak hal yang menurutku sangat seru di Pulau samosir mbak. Sepertinya harus menginap semalam di parapat / tuk-tuk kalau benar-benar ingin menikmati suasana danau toba dengan puas (supaya bisa diceritain ke blog).
Have fun ya mbak.. ditunggu ceritanya 🙂
”
Terima Kasih atas sarannya Mas Surya..kalau begitu saya akan ikut rute mas saja yaitu langsung menyewa mobil dan berangkat ke Parapat. Mungkin pulangnya saya akan cari alternatif tempat wisata lain (paling tidak tetap di jalur timur) karena kalau dari jalur barat sepertinya jalannya jelek ya. Bagaimana menurut mas?. BTW terima kasih atas sharingnya ya mas..saya sangat terbantu dengan tulisan Mas Surya ini..Salam kenal juga buat istri tercinta..
“Perjalanan saya sudah lebih dari satu tahun yang lalu mbak Vicky, ada kemungkinan jalanan Parapat – Tongging – Brastagi via kaban jahe sudah bagus, tapi bisa jadi juga makin jelek. Kemarin kala ke Medan, ada satu tempat yang ingin kukunjungi tapi belum sempat karena gak keburu waktu, yaitu Taman Simalem Resort, mbak. Tapi memang sewa hotelnya mahal, serta tidak bisa bermain air danau toba. Tapi pemandangan danau toba dari taman ini konon sangat luar biasa indah. Mungkin Mbak Vicky bisa mencobanya sehingga bisa memberikan cerita yang berbeda di blog :)”
Oke mas, terima kasih atas sarannya. Nanti saya coba cek keadaan jalannya dan kalau waktu memungkinkan saya akan mampir ke Simalem Resort. Sekali lagi terima kasih banyak yah..