The story continous.. :). Di postingan kali ini, aku ingin bercerita tentang perjalanan bersama pertama kali aku dan dia sejak resmi menjadi suami istri.
Terus terang, perjalanan kami ke Singapura ini adalah unplanned trip. Kesibukan mempersiapkan pernikahan membuat kami tidak sempat merencanakan bulan madu. Sebenarnya rencana untuk bulan madu ini sesekali terlintas. Kami sudah memiliki beberapa daftar tujuan wisata mulai dari Bandung, Jakarta, Bali ataupun Lombok. Kami bahkan sudah sempat mencari informasi di internet, mulai dari harga tiket, lokasi wisata, penginapan hingga harga paket travel. Tapi semuanya hanya sebatas mencari informasi. Kami tidak pernah melakukan action seperti booking penginapan, menghubungi travel agent ataupun sekedar membuat itienery. Meski tidak merencanakan dengan detil, kami meluangkan waktu untuk melaksanakan itu semua, dengan mengambil tambahan cuti seminggu setelah menikah.
Dua hari setelah resepsi, setelah semua urusan pernikahan 80 % kelar, kami pun akhirnya mulai merencanakan itu semua. And the choice goes to.. Singapore.. :). Why Singapore?
1. Sudah sejak lama, kami berdua ingin berjalan-jalan ke Luar Negeri. Dan sempat menjadi mimpi kami dulu waktu pacaran, setelah menikah nanti, kami ingin honeymoon di Singapura atau Malaysia.
2. Ada kabar gembira dari kantor :). Tunjangan prestasi kerja cair di bulan Juni ini :). Jadi lumayan, ada tambahan uang saku.
3. Kebetulan saat itu tiket kesana relatif murah dan terjangkau. Meski tidak semurah saat promo, tapi masih lumayan masuk akal di kantong, he he he. Masuk akal untuk unplanned trip.
4. Ada teman di batam yang siap membantu jika kami kebingungan. Thanks for Mr. Joko Suprianto.
Kami memulai perjalanan hari Selasa, 15 Juni 2010. Pesawat take off dari Bandara Juanda, Surabaya pukul 11.55. Sebelum take off, kami membeli selusin dunkin donuts untuk camilan selama perjalanan. Hmm enyak. 🙂
Dari dalam pesawat, kami melihat pemandangan yang sangat indah. Pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Batam yang tampak seperti gundukan tanah diantara lautan. Juga terlihat Jembatan Barelang, Jembatan kebanggaan warga Batam yang menghubungkan batam, rempang dan galang.
Batam
Setelah mengangkasa selama 2 jam lebih, Pesawat Lion air yang kami tumpangi akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Hang Nadim, Batam sekitar pukul 14.05. Alhamdulillah. Di Bandara Hang Nadim ini kami melihat sebuah kejadian yang menurutku cukup rasialis. Di pesawat yang membawa kami menuju Batam, banyak sekali orang-orang berpenampilan lusuh dan kusut. Wajah mereka tampak kuyu dan pesimis. Mereka terlihat dikoordinir oleh beberapa orang. I guess, mungkin mereka adalah para pahlawan devisa kita. TKI dan TKW kita.
Nah sesampainya di bandara hang nadim, beberapa petugas bandara langsung meneriaki mereka. Kami sendiri sempat kaget dengan teriakan yang terdengar seperti bentakan itu. Kami sendiri sempat ketakutan karena teriakan itu terarah menuju kami juga. Apa salah kami, batinku. Ternyata teriakan itu bukan untuk kami, tapi untuk rombongan penumpang bertampang lusuh dan kusut yang kujelaskan tadi. Penumpang dengan pakaian yang relatif rapi, seperti kami, lolos dari bentakan tadi. Kasihan sekali nasib para TKI dan TKW. Di negerinya sendiri aja, mereka diperlakukan seperti itu, apalagi di negeri orang. Trus, kalau dipikir-pikir, para TKI dan TKW itu berperan sekali dalam menambah devisa Negara. Bandingkan dengan kami dan para turis Indonesia lainnya, yang malah membelanjakan uang di negeri orang. Ironis.
Oke, cukup cerita tentang para TKI dan TKW.
Sesampainya di Batam, kami sempatkan untuk Sholat terlebih dahulu. Dhuhur dan Ashar di jama Qoshor. Setelah itu kami langsung naik taksi menuju Pelabuhan Batam Center. Ongkosnya Rp. 60.000,00. Perjalanan menuju batam center ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit.
Sesampainya di Batam center, kami langsung membeli tiket kapal fery. Disana banyak sekali provider kapal fery, ada batamfast, penguin dll. Atas saran Mr. Joko Suprianto, kami membeli BatamFast. Harga tiket jika sekali perjalan SG$ 34. Jika PP SG$ 27. Kami membeli tiket PP sekaligus, jadi bisa lebih murah. Model pelayanan penumpang di pelabuhan ini mirip sekali dengan bandara. Kita harus check in terlebih dahulu sebelum naik kapal. Dan check in maksimal adalah satu jam sebelum keberangkatan. Sebenarnya kami mengincar perjalanan kapal jam 15.30 WIB. Tujuannya jelas, agar kami tidak kemalaman sampai SIngapura. Kalau kemalaman, takutnya tidak dapat kamar hotel. Kami belum booking kamar hotel, karena kalau booking harus mempunyai kartu kredit. Tapi karena waktu itu jarum jam sudah menunjukkan angka 14.55, maka kami tidak bisa ikut pelayaran jam 15.30. Kami akhirnya dapat jadwal keberangkatan jam 16.40.
Sebelum masuk ke ruang tunggu keberangkatan, kami memasuki wilayah imigrasi. Deg-degan juga, karena ini pengalaman pertama ke luar negeri, he he he. Ternyata ya biasa-biasa aja kok. Paspor di periksa, ditanya mau kemana, ada perlu apa, terus diberi beberapa form, lalu paspor kita diberi stempel di bagian halaman Visa.
Setelah menunggu lebih dari satu jam, akhirnya kami pun boarding (he he he, kayak naik pesawat aja ya). Perjalanan fery Batam – Singapura ternyata cukup lama juga. Kurang lebih satu jam. Padahal aku merasa, si Fery ini sudah cukup cepat larinya.
HarbourFront
Sesampainya di terminal Harbour Front, Singapura, kami menghadapi imigrasi lagi. Seperti biasa, paspor di periksa. Karena ini adalah kunjungan pertama kali ke Singapura, maka paspor kami di scan. Tak lupa mereka mengambil contoh sidik jari dari jempol kanan dan kiri. Setelah itu mereka bertanya, berapa lama di Singapura dan menginap dimana selama di Singapura. Dan selesailah urusan imigrasi. Im ini Singapore now.. Wow Keren (maklum, wong ndeso ke Luar Negeri, jadi agak lebay dikit, he he he he)
Berkutat dengan urusan imigrasi membuat kami lapar. Kami pun mencari tempat makan. Dari beberapa info dari teman2 backpacker di Internet, biasanya mereka makan di Hawker Food. Murah dan enak. Tapi setelah mengitari mal di harbour front selama beberapa kali, kami tidak menemukan resto itu. Akhirnya karena sudah sangat lapar, keputusan pun harus diambil. Dan pilihan pun jatuh ke McD. Yach, jauh2 ke Singapura, makannya McD juga, he he he. Tapi alangkah terkejutnya kami begitu sudah sampai di depan meja pelayanan dan melihat daftar menu dan paket yang dijual. Tidak ada tulisan maupun gambar nasi disana. Okelah, karena ini Singapura, mereka mungkin menulisnya dengan bahasa inggris. Rice, itulah bahasa inggrisnya nasi. Tapi tetep aja, tidak ku temukan tulisan rice disana. Selain tidak ada nasi, harganya juga lumayan mahal. Argghhh.. kami pun mundur teratur. Sempet bingung mau makan apa, sampai pada akhirnya istriku berkata.. Lho, bukannya kita masih punya dunkin donuts.
Oh iya, ujarku sambil menepuk dahi.
Dan malam itu, si donuts yang rencana awalnya berperan sebagai camilan, menjadi menu santap malam utama kami, he he he he.
MRT
Setelah puas menikmati sepotong donuts, kami pun melanjutkan perjalanan. Stasiun MRT menjadi tujuan kami selanjutnya. Tidak sulit mencari stasiun MRT Harbour Front karena peta dan papan informasi bertebaran dimana-mana. Sampai di stasiun, kami membeli tiket MRT yang harganya SG$ 12 dengan perincian, SG$ 5 sebagai biaya pembuatan kartu dan SG$ 7 pulsa tiketnya. Pulsa tiket ini dapat diisi ulang.
Destinasi pertama kali kami bersama MRT adalah halte Aljunied. Halte ini adalah halte terdekat menuju daerah Geylang, daerah tempat hotel yang kami incar berada. MRT ini begitu bersih, tertib dan cepat. Jadi tanpa sadar membangingkan keadaan MRT dengan angkutan umum di Indonesia. Sungguh sangat jauh berbeda. Tak heran orang-orang Singapura senang naik kendaraan umum.
Perjalanan dari Harbour Front menuju Aljunied memakan waktu sekitar 15 menit. Selama perjalanan kami sempat berpindah kereta sekali di stasiun Outram Park. Kalau di transjakarta, istilahnya pindah koridor.
Sesampainya di stasiun Aljunied, kami langsung mengambil print2an peta yang kami ambil dari google maps untuk mencari lokasi Hotel 81 Palace yang terletak di 25 Lorong 16 Geylang. Setelah itu kami susuri jalanan di daerah Geylang menuju hotel. Tidak ada becak ataupun ojek disini, jadi kalau mau kemana-mana ya jalan kaki :).
Ternyata informasi yang disajikan si mbah sangat tepat dan akurat. Alhamdulillah, kami tidak kesasar. Kalau sampai kesasar, kasihan banget istriku, dia tampaknya sudah sangat kelelahan. Kami langsung booking standard room untuk 2 malam dengan rate per malam SG$ 70. Rate ini adalah room only. Tidak ada fasilitas breakfast di hotel ini.
Kondisi kamar agak sempit. Tapi jika menilik harganya, worth it lah, karena ini Singapore bung, bukan Surabaya, he he he he.
Setelah bersih-bersih badan dan sholat (Maghrib dan Isya Jama Qoshor), aku sempatkan diri keluar hotel untuk menikmati suasana malam. Istriku tidak ikutan karena dia sudah terlalu lelah karena perjalanan.
Suasana malam di Geylang ternyata sangat menyeramkan. Ternyata Geylang adalah red district di Singapura. Dimana-mana berjajar wanita-wanita penjaja diri. Sempat ada seorang pelacur yang mengedipkan matanya kepadaku. Hayya aku langsung mempercepat jalan dan kabur.. Disana juga banyak orang-orang mabuk berkeliaran di jalanan. Beberapa orang bertampang menyeramkan dengan banyak tato di sekitar lengannya menambah suasana malam. Aku hanya bertahan 15 menit berjalan-jalan di daerah Geylang ini. Aku cuman berpikir, daerah ini tampaknya terlalu liar untuk turis ataupun orang baru sepertiku.
Dan laporan hari pertama di Singapura selesai. Kisah berlanjut di postingan selanjutnya.. 🙂
Jalan jalan di Singapura nyaman , orang2nya pun ramah dan penduduk disana lebih tau etika sama orang asing sekalipun, lain banget dengan di Jakarta.
Btw selamat menempuh hidup baru ya, saya harus baca postingan sblmnya nih 🙂
asoy geboy. mantap oiii…
Salam kenal.
Bulan madu memang terasa nyaman walau dimana saja. apalagi ke singapore 🙂
asik banget euy jadi pengen seumur umur saya belum pernah keluarnegri
selamat menunaiakan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan batin
wah…pengen..pengen…pengen…heheh 🙂
selamat menjalankan ibadah puasa mas+mba 😀
ditunggu foto2 selanjutnya 😛
“Siap!!”
mau tanya……kan saya mau kesana buat pertama kali….selama beberapa hari disana, ada referensi lain gak selain di geylang??? tapi sebenernya aman gak siy klo nginep di geylang??? trus bersih gak??? maap yah banyak tanya…suwun Mas…. 🙂
“Ada referensi dari teman, kalau niatnya backpacker, nyewa hostel aja mbak, murah, di sekitar little india atau bugis. tapi ya gitu satu kamar share sama orang lain. Kalau hotel2 81 di luar geylang, mahal2 mbak. Aku dah cek di situsnya. Daerah Geylang sih menurutku aman2 aja kok mbak. 3 hari, 2 malam di Singapura, tidak terjadi suatu apapun kepada diriku :)”
Whuaaaaa
seru sekaliiiiiii…..
emang seru an back packers aja Sur…
lebih bebas *dan irit*…hihihi
mumpung masih berdua…
pssstttt…istrinya cantiiiiik….
salam hangat untuk istrimu yaaaa:)
“Istriku cantik dunk pastinya mbak :D”
“Aniwei, ini memang dipuasin jalan-jalan dulu, sekalian menikmati masa pacaran after married :). Ternyata lebih enak, hi hi hi hi hi”
asik bangat tuch..penegen suatu saat k sana…
duuuh..cantik bener nyonya surya, salam kenal yah..
wee..ew..ntu beneran sendirian langsung cak ke sporenya? berbekal info dari internet dan peta aja? hebaaattt… bener2 hanimun yg penuh petualangan
“Jangan rame-rame mbak kalau muji dia, nanti dia ke-Ge-eR-ran, he he he”
“Iya mbak, kami cuma berbekal info internet, teman dan peta saja… Penuh petualangan dan melelahkan, karena kemana-mana jalan kaki dan naik MRT, he he he”
……. ^_^v………… nice
hehehe….kok bisa nemu foto surya di sini ya…, ke singapura gak kabar..gimana trus ubti nya???
halo mas saya lagi nyari hotel nih buat ke singapur, budget sekitar SGD 70/malam, ada saran ga mas hotel apa? Kira-2 kalau pake Agoda oke ga’ ya mas? thx ^^
Hmm… buat rame2 atau sendiri mbak? Asal jangan kayak saya mbak, nginep di Geylang, itu daerah red district soalnya, he he. Coba pakai agoda oke kok mbak. Pake Asiarooms juga ga masalah.
Cieeeeee,,, selamat ya Mas. q pengen jg ke singapura, tp ky ny dsna lebih mahal dibanding malaysia yaahhh,,
“Kalau biaya hidup, singapura lebih mahal. Tapi kalau gemerlap kota, singapura lebih gemerlapan”
Wah, menarik sekali pengalamannya. Saya tertegun dengan apa yang anda saksikan tentang TKI negara kita, miris sekali memang. Baiklah, terima kasih sudah berbagi cerita di blog ini. Semoga langgeng rumah tangganya. 🙂