Enjoy Bandung (Story of Bandung, Chapter 2 : Paris Van Java dan Gedung Merdeka)

Horeee, aku ke Bandung lagi. Rasanya gak bosen-bosen kembali ke kota yang sejuk ini. Terakhir kali aku ke Bandung tahun lalu (Chapter 1), ada di postingan ini. Kali ini aku ke Bandung dalam rangka temu kangen dengan istriku yang tengah mengikuti training di ITB. Kebetulan sekali, hari senin, aku ada acara dinas luar ke Labuan, Banten, jadinya momentnya pas banget.

Selama Kunjungan 2 hari di Bandung ini (8 – 9 Januari 2011), aku akhirnya berhasil mewujudkan mimpi untuk jalan-jalan di Ciwalk dan Mall Paris Van Java. Hmm, benar-benar konsep mall yang sangat bagus dan keren. Salut buat sang pengembang. Aku juga menyempatkan diri mampir di Gedung Merdeka, Gedung bersejarah tempat KTT Asia Afrika di selenggarakan 55 tahun yang lalu.

Seperti biasa, cerita diawali dari perjalanan keberangkatan. Aku take off dari Bandara Juanda Surabaya, hari Sabtu, 8 Januari 2011 jam 8 pagi dengan pesawat Sriwijaya Air, Boeing 737 seri 200. Hmm, pesawat lama ternyata.

Ini adalah penerbangan pertamaku ke Bandung. Biasanya kalau ke Bandung, kalau nggak naik kereta, ya ke Jakarta dulu. Dari Jakarta naik shuttle bus atau travel. Konon katanya, penerbangan ke Bandung cukup seru (baca:menakutkan, red). Tapi kalau kata istriku, pemandangan di sekitar saat pesawat mau mendarat indah banget. Sayangnya, aku lupa untuk memilih kursi dekat jendela.

Sepanjang perjalanan, aku mengutuki diriku yang lupa untuk memilih kursi. Setelah sekitar 55 menitan mengudara, akhirnya pesawat pun bersiap untuk mendarat. Ternyata memang suasana sebelum mendarat di Bandung sedikit berbeda. Ya mungkin karena memang pesawatnya agak tua, jadi getarannya lumayan. Selain itu, kondisi bandara Husein Sastranegara yang berada di tengah kota, membuat jarak antara pesawat dan rumah-rumah yang ada di bawahnya serasa begitu dekat. Ini gak salah mbangun bandaranya. Soalnya kan biasanya bandara itu terletak jauh dari pemukiman. Tapi memang seperti kata istriku, pemandangan di luar sebelum pendaratan sangat keren. Kita serasa masuk ke dalam sebuah lembah (atau bahkan kawah), karena disekeliling bandara adalah perbukitan dan pegunungan yang melingkari kota. Sayang aku gak duduk dekat jendela, jadi aku ga bisa mengambil fotonya.

Sesampainya di Bandara Bandung, yang cukup mungil dengan hanya satu ban berjalan untuk bagasi, aku dijemput oleh my lovely wifey. Alhamdulillah, akhirnya bisa menatap wajah cantiknya lagi. Setelah itu kami langsung memesan taksi dan berangkat menuju Ciwalk. Saat itu hari masih pagi (jam 9.30 WIB), jadinya kami belum bisa langsung ke hotel.

Di Ciwalk, aku langsung mengajaknya sarapan. Maklum lapar. Tadi waktu berangkat belum makan. Eh, ternyata Ciwalk masih belum berdenyut pagi itu. Muter-muter, akhirnya kami makan di KFC, karena tempat makan lain belum buka. Di KFC sendiri suasananya masih sepi. Meja-meja masih di lap2in. Sepertinya kami adalah pembeli pertama hari itu. *Bingo*. Harusnya dapat hadiah ya. Kan kata orang, pembeli pertama itu adalah penglaris. Ya payung atau piring cantik juga gapapa, he he.

Setelah kenyang, kami jalan-jalan muterin Ciwalk. Ternyata mallnya asyik banget. Jalan-jalan di mall, tapi tetap dapat menghirup udara segar, bukan AC seperti kebiasaan mall. Kesannya malah seperti taman. Kalau capek, ada kursi taman yang siap untuk jadi tempat pelepas lelah, sambil memandangi pengunjung yang lalu lalang.

Kami menghabiskan waktu di Ciwalk hingga jam 11.30. Setelah itu kami memulai perjalanan ke hotel yang kebetulan juga berada di JL Cihampelas. Sebenarnya pingin naik angkot ke hotelnya, tapi karena JL Cihampelas hanya satu arah ke selatan, sedangkan hotel kami terletak di utara mall, maka kami pun memutuskan untuk berjalan kaki di hotel. Lagian kalau dilihat dari google maps, hotel kami hanya berjarak 400 m dari ciwalk. Tapi aku lupa memperhitungkan kontur tanah di Bandung yang naik turun. Kebetulan dari ciwalk ke hotel jalannya menanjak, jadinya 400 m itu terasa sangat jauh dan bikin ngos-ngosan.

Sampai hotel, kami langsung merebahkan tubuh dan beristirahat.

Sorenya, sekitar pukul 3 sore, kami lanjutkan acara jalan-jalannya. Kali ini tujuannya adalah Mall Paris Van Java. Sebenarnya supaya nyaman, aku ngajakin naik taksi, tokh jaraknya tidak terlalu jauh. Tapi istriku ngajakin naik angkot. Hmm, ya sudah.

Untuk ke PVJ dari hotel kami, perlu berpindah 2 kali kendaraan umum. Nah, kalau ada yang tanya angkotnya apa, mohon maaf, aku lupa angkotnya yang mana, he he.

Sesampainya di mall PVJ, kami langsung disambut kebun Sun Flower a.k.a bunga Matahari yang lagi mekar. Busett, indah banget. Langsung saja itu jadi spot buat kami foto-fotoan. Ayo mam, action!!! Dan tenang, ga usah malu, karena yang pingin foto disana juga banyak, he he he.

Layout dan desain mall PVJ ini memang sungguh menarik. Ada tempat terbuka untuk jalan-jalan seperti Ciwalk. Tapi, kalau di PVJ, kalau panas ga perlu takut kepanasan, sebaliknya kalau hujan juga ga perlu takut kehujanan. Ini semua karena ada sebuah atap transparan yang terpasang di atas mall.

Yang paling unik adalah deretan toko-toko yang terletak di lantai UG. Mereka semua didesain mirip dengan bangunan-bangunan lawas jaman Belanda, lengkap dengan jendela antik dan cahaya yang temaram. Aku tidak terlalu bisa menjelaskan, secara arsitektur, desain model mal seperti ini namanya apa, ya biar foto aja yang berbicara ya. Ribet soalnya, he he he.

Bagian paling suka, tentu saja MU Caf yang terletak di depan mall. Berfoto didepannya serasa berfoto di depan stadion Old Trafford, wakakakakakaka. Ayo mam, foto aku di depan ini ya, pintaku pada istriku. Dan jepret

Malam harinya sebenarnya kami berniat untuk jalan-jalan ke Gedung Merdeka. Mengambil night shoot di Gedung bersejarah tersebut. Tetapi karena hujan terun lumayan deras, kami pun mengurungkan niat.

Baru keesokan paginya, kami berkunjung ke Gedung Merdeka. Karena gak mau ribet pindah-pindah angkutan, dan demi menghemat waktu, kami memutuskan naik taksi argo. Dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dan tariff sekitar 17 ribu rupiah, sampailah kami di Gedung Merdeka yang terletak di JL Asia Afrika Bandung.

Gedung Merdeka, Hmm.. gedung bersejarah yang Alhamdulillah masih terawat dengan cukup baik. Di depan Gedung Merdeka ini terdapat gedung bercat cokelat muda dengan ada tulisan Belanda. Entahlah, apa nama gedung itu. (Mungkin Bibi Titi Teliti yang aseli Bandung bisa menjelaskan, he he he).

Dari Gedung Merdeka, kami berjalan kaki menuju Jalan Braga yang cukup termahsyur. Konon biaya syuting di jalanan ini cukup mahal. Saat kami jalan di sini, kebetulan ada sebuah sesi pemotretan pre-wedding. Ternyata satu sesi pre-wedding yang serius butuh lebih dari satu orang fotografer. Yang kami lihat pagi itu, ada 3 orang fotografer yang tengah bekerja, membekukan sebuah moment. (Maklum, dulu ga pakai pre-wedding, jadi ya ga tau, he he he). Yang bikin lucu, ada seorang fotografer yang ngambil anglenya sampai posisinya gak karuan. Kepalanya di jalan, sedangkan badan dan kakinya menempel tembok. Buset, segitu susahnya ya mengambil sebuah angle.

Jalan Braga ini tampaknya salah satu pusat kesenian di Bandung. Di sepanjang jalan ini bertebaran toko-toko lukisan dan kesenian-kesenian lainnya.

Jalan Braga adalah akhir petualangan kami di Bandung kali ini. Dari jalan ini, kami kembali ke Hotel, dan aku pun berkemas untuk bersiap menempuh perjalanan ke Jakarta, lanjut ke Labuan, Banten.

10 thoughts on “Enjoy Bandung (Story of Bandung, Chapter 2 : Paris Van Java dan Gedung Merdeka)

  • 26/01/2011 at 20:54
    Permalink

    whuaaaaaa….
    Surya ke Banduuuuuung…hiks…
    *untung tidak men-sidak diriku…hihihi*

    Ah…Bandung mah emang keren keren mall nya kok 🙂
    Mangkanya daku betah 🙂

    “Niatnya mau menyidak sih, apa daya, ga tau rumahnya…”

    Reply
  • 26/01/2011 at 20:58
    Permalink

    Aku tau lah angkotnyaaaa…
    Pasti Kebon kelapa -Ledeng ya…hihihi…

    “He he he…. Orang Bandung mah memang harusnya tau… :)”

    Reply
  • 01/02/2011 at 05:26
    Permalink

    Wah, bandung…
    Ngiler liat foto2nya…
    Trkhir ke bandung pas sma..
    Kyknya skrg sdh bnyk berubah ya, mas…
    Smga thn ini saia bisa mengagendakan utk rekreasi ke bandung nih… 😉

    “SMA? dah lama banget dong mbak…”

    Reply
  • 01/02/2011 at 07:40
    Permalink

    Waaaah, iya mall-nya keren..

    Eh, mas Surya gaya berceritanya sekarang lebih mengalir, saya juga keikutan ngerasain “he-he-he” (becanda nya)

    soalnya ada fotografer yang ngambil angle sampe “Kepalanya di jalan, sedangkan badan dan kakinya menempel tembok”, saya nggak bisa bayangin posisi itu, hahahahhaa

    “Kayaknya gaya fotografernya harus difoto kemarin, biar bikin deskripsinya gak susah :)”

    Reply
  • 01/02/2011 at 16:54
    Permalink

    aih mallnya kereeen bgt
    pantesan pada seneng bgt ke Bandung..huhu

    kota yg indah dan artistik bgt deh

    “Kota yang keren emang…”

    Reply
  • 02/02/2011 at 08:15
    Permalink

    Surya…senengnya bisa jalan-jalan lagi dengan isteri tercinta 🙂
    Bandung memang punya banyak keunikan. Dan Gedung Merdeka serta Braga itu, kayaknya memang tempat favorit buat foto-foto…hehe, keren…serasa bikin foto pre wedding kali ya… 😀
    *Saya juga waktu nikah, nggak pake foto pre wedding segala kok, kita sama ternyata…*

    “Daripada prewed, mending post wed mbak, sudah halal, he he he”

    Reply
  • 02/02/2011 at 08:17
    Permalink

    PVJ memang asyik buat jalan-jalan…konsepnya seru, dan kafe-nya itu lengkap banget, kayaknya semua selera bisa diakomodir deh…
    😀

    “Iya mbak, mallnya keren”

    Reply
  • 02/02/2011 at 22:52
    Permalink

    kalo topiknya tentang jalan2 gini, saya jadi kepingin long weekend terus neh…kangen juga pingin plesiran 🙂

    Reply
  • 16/02/2011 at 06:35
    Permalink

    Kalau ke Bandung,saya mah pengennya ke Cibaduyut ama ke Dago atas.Udah lama banget gak ke Cibaduyut,liat2 Sepatu keren,klw ada yg cocok beli deh.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *