Menjelajahi Semarang, The Capital City of Central Java

Kesempatan itupun akhirnya datang juga. Ya, kesempatan menginjakkan kakiku di Semarang, salah satu kota di pulau Jawa yang menyimpan banyak sejarah. Rencananya, bersama Aris Widodo dan Ridho Adhi Hernowo, kami bertiga berniat menyusuri jalanan kota ini tanpa guide. Perjalanan rencananya akan kami mulai tanggal 24 Desember 2009 dan pulang pada tanggal 26 Desember 2009.

Tapi ternyata rencana berubah. Karena persiapan yang super duper mendadak, kami pun kehabisan tiket kereta api. Maklumlah long weekend, jadi ya namanya tiket kereta api mendadak menjadi barang langka. Kami pun memutuskan tetap melakukan perjalanan, tetapi naik bus. Agar tidak mengalami nasib kehabisan tiket pulang, sebelum berangkat kami sudah memesan tiket KA Rajawali untuk pulang dan Alhamdulillah, kami tidak kehabisan :).

Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh selama 5 jam jika menggunakan kereta api, membengkak jadi 8 jam dengan menggunakan bus. Kami pun sampai di Semarang tengah malam. Rencana pun berubah, karena ternyata baik Ridho maupun Aris tidak mengenal dengan baik kota ini.

Akhirnya, Ridho pun mengontak saudaranya dan rencana berkeliling tanpa guide pun batal, he he he he.

Perjalanan menyusuri kota Semarang dimulai keesokan harinya. Start dari Masjid Agung Jawa Tengah, karena sambil sekalian menunaikan Sholat Jumat. Arsitektur masjid ini sangat indah. Payung pelindungnya, mengingatkanku pada desain sirkuit sepang di Malaysia. Payung pelindung ini bisa dibuka dan ditutup.

Dari Masjid Agung, Nala, saudara Ridho, mengantarkan kami menuju Gang Lombok. Ternyata daerah Gang Lombok ini sangat terkenal sebagai pusat dari jajanan khas Semarang, yang tak lain, tak bukan adalah Lumpia. Benar-benar luar biasa cita rasa Lumpia disini. Kalau kata salah seorang pembawa acara kuliner, “Manyus pemirsa”. Di gang lombok ini juga terdapat beberapa klenteng serta sebuah kapal yang bernuansa oriental.

Dari Gang Lombok, kami menuju pusat jajanan Joewana. Disini dijual berbagai macam jenis makanan dan kue. Ada Bandeng Joewana, Lumpia (tapi menurut Nala, masih kalah jauh rasanya dibandingkan Lumpia Gang Lombok), Wingko, Bika Ambon dll. Bungkus dulu deh, buat oleh2 saudara 🙂

Setelah puas belanja oleh-oleh dan kenyang menikmati Lumpia khas Semarang, kami melanjutkan perjalanan menuju Sam Poo Kong yang tak lain tak bukan adalah sebuah Klenteng. Sama seperti yang di Gang Lombok, tapi klenteng di Sam Poo Kong jauh lebih besar. Sam Poo Kong ternyata adalah salah satu landmark dari kota Semarang. Banyak juga pengunjung yang dating ke tempat ini. Jepret dulu ah

Sorenya kami pun pulang. Mandi, sholat maghrib dan bersiap untuk petualangan paling dahsyat, mengunjungi landmark termahsyur Semarang, Lawang Sewu. Tetapi sebelum ke Lawang Sewu, kami menyempatkan diri dulu untuk mengunjungi kota tua Semarang. Menikmati malam di kawasan yang cukup eksotis ini. Foto2, jelas tidak lupa lah, he he he he.

Semarang1

Kami tiba di Lawang Sewu saat jarum jam menunjuk angka 10 malam tepat. Hujan gerimis menyambut kedatangan kami di tempat yang reputasi keseramannya cukup tinggi ini. Tetapi malam ini suasana seram tidak begitu terasa, justru suasana meriah yang terasa, karena begitu banyak pengunjung yang melancong ke sini mala mini. Nala dan Amik, adik kakak cah semarang aseli, saudara Ridho, mengajak kami tur bawah tanah. Tentu saja dengan memakai jasa tour guide yang memang sudah mengenal medan Lawang Sewu ini. Karena pertimbangan psikologis, aku menolak tawaran mereka, tetapi Aris dan Ridho memutuskan untuk ikut serta dalam tur. Jadilah malam itu aku menghabiskan malam dengan menunggu mereka di luar sambil mengambil beberapa gambar dari suasana di daerah simpang lima Semarang yang ramai ini.

Dan acara tour de Semarang ini pun berakhir keesokan harinya. Kereta Rajawali mengantarkan kami meninggalkan Semarang untuk kembali ke Surabaya. Thanks for Nala dan Amik sekeluarga yang sudah memberikan kami tumpangan selama berada di Semarang. Thanks for Aris dan Ridho yang sudah jadi partner in crime yang sip Kapan2 jalan lagi boy..

16 thoughts on “Menjelajahi Semarang, The Capital City of Central Java

  • 02/02/2010 at 11:35
    Permalink

    jadi pengen pulang kampung
    untuk sekedar bernostalgia…
    hmmm….”Gambang Semarangan”
    salam kenal mas…

    Reply
  • 02/02/2010 at 12:31
    Permalink

    wah….ke semarang ya
    gak ada ngasih kabar sih, hehehe..*emang sok tau

    saya tinggal di semarang padahal

    jiah …dah pergi…….
    ke tugu muda sudah kan, yg depan lawang seweu
    konon, kalao anda memegang tugu muda nya tersebut, anda akan kembali lagi ke kota yang terkenal dng lumpia nya ini. hehehe

    salam

    Reply
  • 02/02/2010 at 13:17
    Permalink

    @kidungwengi : Aseli semarang mas? Salam kenal juga mas.
    @asmarie : gak ngasih kabar ya mas?? Lain kali kalau ke Semarang, kukasih kabar ya mas 🙂
    Minimal dapet tumpangan istirahat… 🙂
    Tugu Muda tentu saja sudah mas, kan tinggal loncat aja dari Lawang Sewu
    @All : Thanks yach, dah mampir ke blogku… Harigato Ghosaimazu..

    Reply
  • 02/02/2010 at 16:19
    Permalink

    hehe sayang banget mas nggak ikut tur bawah tanah lawang sewu.. menarik.. dan yang jelas nggak serem2 amat koks

    salam kenal yaa…

    Reply
  • 02/02/2010 at 16:53
    Permalink

    @Mas Ben : 🙂

    @mels : iya sih, sebenarnya gak serem, lha wong waktu itu suasananya rame banget, mungkin setannya pada kalah banyak sama manusianya, he he he. Tapi karena waktu itu aku agak ragu2, jadinya ya mending gak ikutan…

    Reply
  • 02/02/2010 at 18:21
    Permalink

    Semarang memang menyimpan banyak tempat wisata sejarah. Sy beberapa kali ke Semarang, tapi kalo punya kesempatan ke sana lagi yg saya ingin kunjungi lagi yaitu Kelenteng Gang Lombok. Arsitektur nya indah banget. Masih asli ornament nya sangat detail.
    Dua tahun lalu sy ke Lawang Sewu, cat nya masih buram – sy lihat di foto ini sudah di cat ulang , tambah cantik. Sayang pengelolaannya masih kurang profesional karena gedung ini masih dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia. Beruntung juga sempat dialog sama sang Kuncen nya, mbah Ratno yang sering ngadem di bangunan tambahan samping merangkap rumah tinggalnya. Masih ada yg belum saya kunjungi yaitu Museum Ronggowarsito, someday harus kesana ….

    Reply
  • 02/02/2010 at 21:07
    Permalink

    hmm, asli surabaya ya?
    kalo ke semarang lagi, ajak2 saia dong 😀

    Reply
  • 02/02/2010 at 21:25
    Permalink

    @surya : iya mas asli Semarang,tapi saiki nembe “nguli” neng jakarta,he2

    Reply
  • 02/02/2010 at 23:06
    Permalink

    @masjoker : salam kenal juga mas. Thanks for visiting..
    @berwisata : Kami sudah mampir ke Gg Lombok mas, liat kapal laks cheng ho sekaligus makan lumpia.. Enak tenan mas… maknyusss…
    @vany : Siap!!! lain kali kalau mau ke Semarang, saya hubungi mbak vany 🙂
    @kidungwengi : Semangat mas nguline, demi masa depan.. Semoga sukses selalu.. 🙂

    Reply
  • 03/02/2010 at 04:40
    Permalink

    mantap…
    sy udh pernah ke semarang tapi belum sempat jalan2…
    mksih udh berbagi..
    slam

    Reply
  • 27/05/2011 at 14:22
    Permalink

    aku cah semarang asli tp durung pernah ning Sam Poo Kong 😀

    “Lha kowe ning ndi wae kang.. :D”

    Reply
  • 31/08/2016 at 17:07
    Permalink

    Waktu ke lawang sewu ga nangkep atau ngalain kejadian yang aneh-aneh mass??

    Reply

Leave a Reply to surya Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *