Petualangan untuk Al di Kebun Raya Purwodadi

“Al, tunggu”

Baru saja, Aldebaran, saya turunkan dari gendongan tepat di sebuah padang rumput yang cukup luas, dia sudah langsung berlarian. Sedari masih dalam gendongan, kaki-kaki mungilnya sudah bergerak kesana kemari. Badannya pun sempat menggeliat-geliat, seperti mencoba memberontak dari dekapan saya. Saya pun coba memberinya pengertian, bahwa, nanti ada waktunya, saya akan menurunkannya. Dan tampaknya dia pun paham. Badannya sudah tidak lagi meronta, namun tidak dengan sepasang kakinya. Saat waktunya tiba, saya menurunkannya dari gendongan dan melepaskan dekapan, dia langsung berlari, seolah terlepas dari sebuah belenggu.

Aldebaran dan Menara Kaca Kebun Raya Puwodadi, Pasuruan
Aldebaran dan Menara Kaca Kebun Raya Puwodadi, Pasuruan

“Al, tunggu”, ujar saya lagi, sambil setengah berlari mengejarnya.

Al bukannya berhenti, tapi makin semangat berlari.

Saya pun berlari mengejarnya. Langkah kakinya kecil, larinya pun tidak cepat, jadi hanya dengan empat langkah, saya berhasil menangkapnya.

“Adek belum pakai sepatu”, ujar saya sambil menatap wajahnya. Dia pun kemudian melihat kakinya. “Sepatunya dipakai dulu, setelah itu, baru kita main lari-larian sambil main bola”

Setelah sepatu dipakai, Al pun kemudian berlarian kesana kemari. Tidak ada orang lain di padang rumput itu kecuali hanya Al dan saya. Istri saya mengamati kami berdua, sambil duduk di sebuah ayunan.

Menara Pandang dan Rumah Kaca, Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan
Menara Pandang dan Rumah Kaca, Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan

Hari itu adalah hari Sabtu, namun suasana di Kebun Raya Purwodadi siang itu tidak terlalu ramai. Entah apakah sebenarnya pengunjungnya banyak, namun tersebar di banyak area karena begitu luasnya kebun raya, atau memang hari itu pengunjungnya tidak terlalu banyak. Sepinya padang rumput, serta tempat yang terbuka, membuat saya cukup pede untuk melepas masker.

Ini adalah kunjungan kedua saya dan keluarga di Kebun Raya Purwodadi dalam 7 bulan terakhir, tepatnya sejak pandemi covid-19 merebak di Indonesia. Di era pandemi seperti ini, tidak banyak pilihan akan tempat wisata dengan kriteria yang terbuka, hijau, pengunjung yang tidak terlalu padat serta menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya adalah di Kebun Raya Purwodadi, sehingga tempat ini akhirnya menjadi short escape pilihan kami.

Menara Pandang di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan
Menara Pandang di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan

Sudah lama sekali saya tidak berkunjung ke kebun raya. Terakhir, mungkin sudah lebih dari 10 tahun silam, sehingga saya cukup takjub melihat perkembangan yang ada. Saat ini, kebun raya purwodadi memiliki beberapa fasilitas yang memudahkan pengunjung untuk berkeliling seperti sepeda dan mobil golf. Kebun raya juga tampak lebih bersih dan rapi, dengan cukup banyaknya petugas kebersihan yang secara berkala berkeliling, serta penempatan banyak tempat sampah di sudut-sudut kebun. Oiya, sama seperti tempat wisata lainnya, kebun raya Purwodadi sekarang juga sudah ada fasilitas untuk pembelian tiket secara online (melalui situs https://kebunraya.id/), sebagai bagian dalam rangka menghadapi pandemi Covid-19 dengan mengurangi transaksi tunai.

Tempat favorit saya, dan juga Al, adalah padang rumput, yang disana terdapat sebuah bangunan rumah kaca berbentuk setengah lingkaran. Juga terdapat sebuah menara di sebelah bangunan tersebut. Dari informasi yang saya dapatkan, rumah kaca tersebut adalah tempat untuk menyimpan koleksi anggrek. Sedangkan menara di sebelahnya adalah menara pandang. Namun, dua kali kami kesana, kedua ruangan ini dalam kondisi terkunci. Mungkin, hal ini sebagai bagian dari penerapan protokol kesehatan, sehingga tempat-tempat yang berpotensi terdapat penumpukan pengunjung, untuk sementara ditutup. Dua kali, kami kesana, kami menghabiskan banyak waktu di padang rumput itu. Selain karena padang rumput itu aman jika Al terjatuh, padang rumput ini juga tidak jauh dari pintu masuk, sehingga kalau mau pulang, tidak perlu jalan jauh, he he he.

Al sebenarnya sangat ingin masuk ke menara pandang. Dua kali kesana, dua kali itu pula, dia merengek minta masuk ke dalam menara. Ketika kemudian saya menunjukkan bahwa pintu menara terkunci, dia pun memahaminya.

Jika pada kesempatan pertama, energi Al sudah habis di padang rumput, sehingga dia tidak tertarik lagi untuk berkeliling, kali ini dia dengan semangat mengajak kami berkeliling. Puas dari padang rumput, dia mengajak berjalan ke tempat lain. Al tidak tahu arah, jadi kami mengarahkan berjalan ke arah tempat pintu masuk/keluar, namun dari sisi yang lain. Maaf ya nak, biar jalannya tidak terlalu jauh.

Kami kemudian sampai di taman mexico yang didominasi oleh pohon kaktus yang memang banyak tumbuh di negeri yang dikenal dengan topi sombrero nya. Kaktus tampaknya merupakan bunga yang sangat dihormati di negeri latin tersebut. Hal ini tampak dari gambar kaktus yang menghiasi bendera meksiko.

Taman Meksiko di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan
Taman Meksiko di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan

Namun, bukan kaktus yang menjadi perhatian Al disana, melainkan susunan batu kali yang berserakan rapi di sekitar taman. Dengan antusias dia melangkahkan kaki diantara batu-batu kali tersebut. Reflek saya memegangi tangannya, karena khawatir terjatuh. Tapi, Al malah menepis tangan saya. Dengan percaya diri, dia melangkah dengan hati2, dan akhirnya sukses melewati batu-batu tersebut, tanpa terjatuh. Saya hanya bisa menghela nafas, sembari takjub melihat kelakukan si bocah mungil ini. Namun helaan nafas legas hanya sesaat, karena Al mengulang lagi, apa yang tadi dilakukannya.

Dari taman meksiko, kami melangkah menuju pintu keluar, karena memang sudah lebih dari 3 jam bermain main di kebun raya. Namun menjelang pintu keluar, Al tiba tiba terdiam dan tidak mau bergerak dari tempatnya berdiri. Kami berusaha mengajaknya berjalan, dia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Saya mencoba menggendongnya karena mungkin dia lelah, tapi dia justru malah berjongkok, dan menahan dirinya agar tidak bisa digendong. Dia seolah menyatakan bahwa dia tidak ingin pergi. Awalnya kami bingung, tapi tatapan matanya yang memandang lurus pada mobil golf yang tengah terparkir, membuat kami tersadar bahwa dia sepertinya ingin menumpang mobil tersebut.

Mobil Golf di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan
Mobil Golf di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan

“Al ingin naik mobil itu?”

Al tidak menjawab, tapi kemudian dia menggerakkan kakinya ke arah mobil golf itu. Saya mengikuti langkahnya dari belakang. Sekitar setengah meter dari mobil, dia berhenti. Wajahnya kemudian menjelajah mobil.

“Adek mau naik?”

Al hanya diam.

Saya pun berinisiatif menggendongnya dan kemudian mengajaknya duduk di mobil golf tersebut. Tapi ternyata dia menolak. Dia menunjuk salah satu bagian mobil, sambil mengeluarkan kata, tapi saya dan istri tidak memahaminya. Mobil, dek? Setir? Kaca? Al berusaha terus menyampaikan, tapi dia tidak puas dengan jawaban yang kami sampaikan, yang artinya jawaban kami salah. Maaf ya dek, Abi dan Mama, belum paham.

Setelahnya kami pun keluar dari area kebun raya.

Di depan mobil kami, Al kembali menyampaikan kata tadi. Kali ini sambil memegang pintu mobil. Kami masih belum paham, sampai akhirnya ketika saya membuka pintu mobil, dia berseru heboh. Saya mengernyitkan dahi.

“Maksud adek tadi, pintu?”

Wajahnya tampak puas. Lalu dia berusaha mengucapkan kata pintu.

Saya dan istri pun terkekeh.

“Ooo adek tadi bingung ya, karena mobil di kebun raya tadi gak ada pintunya?”

Lalu kami mencoba menjelaskan terkait mobil di kebun raya yang peruntukannya bukan untuk dikendarai di jalan raya, melainkan untuk kebutuhan wisata berkeliling kebun raya saja. Entah dia paham atau tidak, yang pasti kemudian dia sudah tidak membahas tentang hal itu lagi.

Kebun Raya Purwodadi, mungkin bisa menjadi salah satu tempat alternatif, untuk sekedar melepaskan lelah dan penat dengan menikmati kesegaran udaranya dan hijaunya pepohonan. Tapi tetap ya, karena masih era pandemi, jangan lupa untuk selalu patuh pada protokol kesehatan, Mencuci Tangan sesering mungkin, Menggunakan Masker dan Menjaga jarak aman, minimal 2 meter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *