———-
“26 Desember 2004, saat guncangan gempa dan terjangan tsunami meluluhlantakkan kota Banda Aceh dan sekitarnya, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, dengan memberikan perlindungan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersujud di Baiturrahman, di rumah-Nya yang penuh dengan rahmat dan kasih sayang”
———-
Bangunan itu tampak gagah dan anggun. Berwarna putih hampir di seluruh bagian dindingnya. Sinar mentari yang bersinar cukup terik di hari yang menjelang siang ini membuat bangunan itu berpendar, sehingga tampak lebih berkilau. Di bagian atapnya terpasang 7 buah kubah yang cukup besar berwarna hitam pekat.
Bangunan itu mempunyai luas 4760 m2 dan berdiri di sebuah area seluas sekitar 4 hektar. Di sebelah timur bangunan terdapat sebuah kolam buatan berbentuk segi empat dengan hiasan air mancur di tengahnya. di waktu-waktu tertentu, terutama di malam hari, air mancur ini diaktifkan demi menambah kecantikan sang bangunan.
Aku seperti membeku melihat bangunan itu. Sungguh tidak kusangka, sampai juga akhirnya aku disini. Dadaku membuncah. Subhanallah, Ahlan wasahlan di Masjid raya Baiturrahman, Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam. Kebetulan, saat aku berkunjung kesana, tanggal 31 Januari 2014 bertepatan dengan hari Jumat, sehingga aku bisa melaksanakan ibadah sholat Jumat di Masjid Baiturrahman.