Mas, tunggu!!, panggilku memecah kesunyian sore dengan nafas yang tersengal. Posisiku sudah setengah merangkak. Tanganku berpegang erat pada sebuah batang pohon. Peluh membasahi wajah, tubuh hingga kakiku.
Seseorang yang berjarak sekitar 5 meter di depanku menghentikan langkahnya, seraya kemudian memalingkan wajahnya. Tubuhnya kurus. Rambutnya hitam pendek. Kumisnya tipis menghiasi mukanya. Sebuah kacamata membingkai sepasang matanya.
Dengan ringan dia melangkah ke arahku. Wajahnya tampak tenang dengan nafas yang stabil, seolah tak merasakan kelelahan. Padahal di bahunya terpanggul ransel seberat 20 kg. Aku sendiri hanya membawa beban ransel sekitar 12 kg.
Istirahat dulu ya mas, ajakku padanya.