Menyaksikan Sisa-Sisa Sejarah di Pelabuhan Paotere, Makassar

Jika tengah berkunjung ke Makassar, saya menyarankan untuk memasukkan Pelabuhan Paotere ke dalam daftar kunjungan anda. Alasan utamanya tentunya adalah status pelabuhan Paotere yang merupakan salah satu pelabuhan tertua di Indonesia yang masih berdenyut hingga saat ini. Pelabuhan ini diperkirakan sudah mulai beroperasi sejak abad ke-14 dan merupakan warisan peninggalan dari kerajaan Gowa-Tallo, sebuah kerajaan yang pernah berjaya di masa lalu, dengan salah satu rajanya yang sangat termahsyur, Sultan Hasanuddin. Setiap harinya puluhan kapal berlabuh di pelabuhan ini untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang.

Sebuah Kapal Berlabuh di Pelabuhan Paotere, Makassar
Sebuah Kapal Berlabuh di Pelabuhan Paotere, Makassar

Selain sebagai pintu masuk jalur perniagaan, pelabuhan Paotere diyakini juga menjadi salah satu pintu masuknya Islam ke tanah Makassar. Islam pun makin berkembang di Makassar ketika Kerajaan Gowa dipimpin oleh Sultan Alaudin, Raja Gowa yang memeluk Islam, sekaligus pengemban gelar “Sultan” yang pertama. Dari pelabuhan Paotere pulalah, ajaran Islam berlayar lebih jauh melintasi samudera Hindia menuju benua Australia. Islam dibawa oleh nelayan dan pedagang muslim Makassar yang tengah berlayar mencari teripang hingga ke pesisir Australia Barat, Australia Utara hingga Queensland pada sekitar pertengahan abad ke-17, satu abad sebelum kedatangan bangsa Eropa di Australia. Kedatangan nelayan dan pedagang Makassar ini disambut dengan baik oleh warga asli pesisir Australia, yang juga membutuhkan komoditas dari Sulawesi seperti tempurung kura-kura, tembakau dan juga barang-barang khas Sulawesi lainnya.

Read more

Pesona Phinisi

Pembuatan Kapal Phinisi di Bulukumba, Sulawesi Selatan

————

“Ada bukti nyata bahwa nenek moyang kita memang seorang pelaut. Datanglah ke Tanah Beru, dan saksikan bagaimana Phinisi dibuat”

————

Di suatu sore yang cerah di bulan Mei 2014 yang lalu. Ketika itu aku, istri dan kedua adikku tengah menjelajahi jalur selatan pulau Sulawesi, dari kota Makassar menuju Tanjung Bira. Sudah sekitar lima jam lebih perjalanan yang kami tempuh dengan menggunakan sebuah mobil yang kami sewa.

Mobil sendiri mulai bergerak meninggalkan kabupaten Bantaeng dan memasuki Kabupaten Bulukumba. Ini ditandai dengan adanya sebuah monumen berbentuk kapal phinisi. Ingin rasanya berhenti sejenak mengambil foto disana, tetapi entah mengapa aku hanya terdiam saja dan membiarkan mobil terus melaju ke timur. Sebuah penyesalan pun muncul didalam dadaku beberapa menit kemudian.

Pembuatan Kapal Phinisi di Bulukumba, Sulawesi Selatan
Pembuatan Kapal Phinisi di Bulukumba, Sulawesi Selatan

Tetapi, untunglah penyesalan itu ternyata tidak berlangsung lama. Menjelang beberapa kilometer lagi sampai di Bira, driver kami mendadak memberhentikan mobilnya di pinggiran jalan. Kami sempat bingung dengan apa yang terjadi dan mengira ada masalah di mobil hingga membuatnya harus berhenti sejenak.

Tapi kebingungan itu sirna, begitu kami keluar dari dalam mobil dan melihat pemandangan yang tersaji disana. Sebuah kegiatan pembuatan Kapal Phinisi. Yang lebih takjub lagi, kapal Phinisi yang kami saksikan ini sangat luar biasa besar hingga membuat penuh rasanya bola mataku. Subhanallah.

Read more