Mengembara Masa SMA Bersama Novel Dilan 1990

Milea, kamu cantik.
Tapi hari ini aku belum mencintaimu.
Enggak tahu kalau sore.
Tunggu aja

Itu salah satu bait kalimat yang disampaikan Dilan pada Milea di awal perkenalan mereka. Barisan kata yang membuat saya akhirnya betah membaca buku lagi setelah sekian lama mencukupkan diri dengan komik, majalah ataupun catatan perjalanan di berbagai blog.

Cover Novel Dilan 1990
Cover Novel Dilan 1990

Dilan 1990, sebuah novel karya Pidi Baiq, seorang penulis yang mengaku sebagai imigran dari surga yang diselundupkan ke Bumi oleh ayahnya, yang bercerita tentang secuil kisah tentang seorang laki-laki bernama Dilan dan seorang gadis bernama Milea. Berbagai kisah dalam buku Dilan 1990 ini, ditulis dari sudut pandang seorang Milea.

Membaca Dilan 1990, membuat saya seperti berjalan mengendarai mesin waktu ke masa-masa sekitar 20 tahun silam, karena memang novel ini mengambil setting tahun 90an, tepatnya di tahun 1990. Masa SMA saya sendiri berlangsung antara tahun 1997 hingga tahun 2000, sehingga nuansa 90an masih terasa mirip, atau bahkan benar-benar sama. Masa-masa itu adalah masa dimana internet masih merupakan barang antah berantah. Jangankan whatsapp, sms saja belum ada di jaman itu. Untuk menelpon gebetan harus menggunakan telepon rumah, dimana bisa saja yang mengangkat telepon bukan si dia, tetapi orang tuanya.

Sebenarnya, cukup banyak novel dengan genre drama masa remaja seperti Dilan 1990, tetapi ada sebuah kekuatan karakter yang sangat menonjol pada buku ini, yaitu sosok Dilan itu sendiri. Dilan digambarkan sebagai seorang remaja yang bandel, nakal tapi cool. Dia adalah salah satu pemimpin dari sebuah geng motor di Bandung, sehingga sudah benerapa kali, dia terlibat tawuran antar sekolah. Tapi dibalik semua itu, dia adalah siswa yang pandai, karena selalu mendapatkan ranking di kelasnya. Dia juga baik dan peduli dengan sekelilingnya. Namun, ada satu hal yang membuat karakter Dilan sangat kuat, yaitu kemampuannya merangkai kata dan kalimat, seperti pada bait yang tertulis di awal artikel ini. Untuk menyampaikan sebuah maksud, Dilan tidak mengungkapkannya secara langsung, tetapi menggunakan analogi yang menurut saya sangat cerdas dan tidak biasa. Dan ini bukan gombalan. Salah satu contohnya, saya cuplik disini.

“Kamu cemburu aku pergi dengan kang Adi?”, tanya Milea.

“Cemburu itu hanya bagi orang yang tidak percaya diri,” ungkap Dilan

“Jadi?”

“Dan sekarang aku sedang tidak percaya diri”

Dilan juga seseorang yang penuh dengan kejutan. Kalau mungkin bahasa sekarangnya, out of the box. Salah satunya adalah saat Milea ulang tahun. Beni, pacar Milea saat itu, bela-belain datang dari Jakarta ke Bandung untuk bisa ngasih kado sekaligus mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung ke Milea, tepat jam 00:00. Nandan, teman sekelas sekaligus pengagum Milea, memberikan boneka sebagai kado untuk Milea. Dilan? Milea sebenarnya berharap Dilan lah yang menemui ataupun menelponnya jam 00:00, bukan Beni. Pagi hingga jam istirahat tiba, Dilan pun tidak muncul menemuinya, padahal saat ini adalah hari ulang tahunnya. Di hari yang menjelang siang, ketika bel tanda berakhirnya istirahat berbunyi, Dilan baru datang ke kelasnya. Dilan meminta ijin sejenak pada guru yang akan mengajar di kelas Milea seraya kemudian memberikan kado pada Milea. Sebuah kado yang membuat Milea tidak sabar untuk menunggu jam pulang. Sesampainya di rumah, kado yang Dilan berikan sangat “istimewa”, sebuah buku TTS. Pada buku tersebut terselip pesan

Selamat ulang tahun, Milea.
Ini hadiah untukmu, cuma TTS.
Tapi sudah kuisi semua.
Aku sayang kamu.
Aku tidak mau kamu pusing karena harus mengisinya.
Dilan!

Lain lagi saat Milea tengah sakit dan harus absen belajar selama beberapa hari dari sekolah. Jika teman-teman yang lain datang berombongan untuk menjenguk nya, Dilan justru langsung mendatangkan Bi Asih, tukang pijit langganan ibunya, untuk memijit Milea. Setelahnya, barulah Dilan datang, sekaligus untuk menjemput Bi Asih dan mangantarkan beliau pulang. Di hari-hari lainnya, Milea sering mendapatkan cokelat dari Dilan. Hanya saja yang menyampaikan bukan Dilan langsung, tetapi melalui perantara tukang sayur, tukang pos, tukang nasi goreng hingga petugas PLN. Konyol.

Dilan 1990 The Movie Art Graphic
Dilan 1990 The Movie Art Graphic

Semua hal inilah yang membuat hati Milea akhirnya luluh setelah sempat cuek di awal perkenalan karena Milea sendiri sebenarnya sudah punya kekasih. Awalnya Milea hanya didorong oleh rasa penasaran akan Dilan, yang dengan percaya diri mendekatinya tanpa basa basi dan dengan cara yang tidak biasa. Tetapi kemudian perlahan demi perlahan, rasa penasaran itu pun berubah menjadi cinta. Milea pun takluk. Dan sejak saat itu, hari-hari Milea menjadi hambar jika tanpa kehadiran Dilan. Diantara kisah yang manis tentang Dilan dan Milea, terselip juga berbagai hal yang terkait dengan setting tahun 1990an, seperti tentang tawuran antar pelajar, orde baru hingga eratnya hubungan keluarga di masa-masa itu.

Pada tahun 2018 ini, novel Dilan 1990 akan ditayangkan ke layar lebar. Film yang dibintangi Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla ini akan rilis pada hari Kamis, 25 Januari 2018. Film adaptasi ini sudah diproduksi di sepanjang 2017. Selama itu pula, banyak muncul kritikan terkait terpilihnya Iqbaal sebagai Dilan. Banyak penggemar novel Dilan menyatakan wajah Iqbaal terlalu imut untuk memerankan Dilan yang digambarkan sebagai sosok yang garang, macho, tapi romantis. Namun sang penulis novel Dilan 1990, Pidi Baiq, dan juga sutradara Fajar Bustomi sangat yakin dengan pilihannya itu.

Trailer film Dilan sendiri sudah dirilis oleh Falcon Pictures di akun youtube mereka sejak bulan Desember 2017 lalu. Hingga hari ini, trailer ini telah ditonton sebanyak 5.8 juta kali. Sekilas ketika melihat adegan demi adegan yang disajikan di trailer film Dilan 1990, saya tiba-tiba merasa bahwa, film ini sepertinya bakal menjadi legenda baru di dunia perfilman Indonesia, khususnya di genre drama romantis, seperti pencapaian Gita Cinta dari SMA di tahun 70an, Catatan si Boy di tahun 90an ataupun yang paling fenomenal, Ada Apa Dengan Cinta di era milennium.

Saya sendiri sepertinya bakal nonton film Dilan 1990 buat mengenang masa-masa SMA dulu, sekaligus mengenang indahnya masa-masa tahun 90an, dimana saat itu teknologi belum menguasai manusia seperti sekarang ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *